Latest News

Dampak Interaksi wilayah Desa - Kota


Dampak Interaksi wilayah Desa - Kota
Dalam geografi dibahas interaksi spasial yang menyangkut kota dan desa. Menurut Ullman interaksi spasial mencakup gerak dari barang, penumpang, migran, uang, dan informasi. Perkembangan bidang transportasi dan pembangunan jalur-jalur jalan baru telah meningkatkan interaksi desa-kota. Peningkatan interaksi juga disebabkan perkembangan di bidang pendidikan, budaya, teknologi, dan ekonomi penduduk. Akibat interaksi ini akan berpengaruh terhadap wilayah satu dengan wilayah yang lain. Dampak apakah yang timbul dari interaksi desa dan kota? Interaksi desa-kota dapat menimbulkan dampak positif dan negatif bagi desa dan kota.

a. Dampak Interaksi bagi Desa
Interaksi antara dua atau lebih daerah yang berbeda akan berpengaruh pada masing-masing wilayah sehingga akan memicu terjadinya perubahan. Seberapa besar perubahan yang terjadi tergantung dari jarak, jumlah penduduk, dan berbagai faktor pendukung lainnya seperti sarana transportasi, komunikasi, listrik, dan lain sebagainya. Dampak positif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1) Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena banyak sekolah dibangun di desa. Demikian pula informasi perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan yang diterima penduduk kota dengan mudah menyebar ke desa. Misalnya, pengetahuan tentang bibit unggul, pengawetan kesuburan tanah, dan pengolahan hasil panen.
2) Jumlah guru dan sekolah yang banyak terdapat di desa memungkinkan menjadi penggerak kemajuan penduduk desa melalui pendidikan. Angka buta huruf penduduk desa semakin berkurang.
3) Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor telah menjangkau daerah perdesaan sehingga hubungan desa-kota semakin terbuka. Hasil panen dari desa menjadi mudah diangkut ke kota. Kelangkaan bahan pangan di kota dapat dihindari karena suplai bahan pangan mudah dilakukan.
4) Produktivitas desa makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat guna. Kehadiran teknologi tepat guna akan meningkatkan kesejahteraan penduduk desa.
5) Pelestarian lingkungan hidup perdesaan , seperti pencegahan erosi dan banjir, penyediaan air bersih, serta pengaturan pengairan dapat dilakukan dengan hadirnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu.
6) Peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk berkualitas, seperti kerajinan tangan, industri rumah tangga, teknik perhubungan dan perbengkelan, serta peternakan dapat dilakukan karena pemerintah turun tangan.
7) Pengetahuan tentang kependudukan bisa sampai ke masyarakat desa yang umumnya memiliki banyak anggota keluarga. Kesadaran memiliki keluarga kecil telah diterima oleh masyarakat desa.
8) Koperasi dan organisasi sosial yang berkembang di perdesaan telah memberi manfaat dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dan pembangunan desa.

Sedangkan dampak negatif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1) Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi pokok kehidupan mereka. Misalnya, budaya kontes kecantikan, peragaan busana, dan foto model.
2) Siaran televisi yang dapat ditangkap di pelosok desa dapat meningkatkan konsumerisme dan kriminalitas. Penduduk desa dengan mudah meniru iklan dan tindak kejahatan dalam film atau sinetron yang ditayangkan televisi.
3) Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak tenaga muda yang lebih tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan di kota banyak kesempatan kerja dengan upah yang tinggi. Akibatnya, di desa hanya tinggal orang tua dan anak-anak yang tidak produktif.
4) Perubahan tata guna lahan di perdesaan akibat perluasan wilayah kota dan banyak orang kota membeli lahan di wilayah perbatasan desa-kota. Tindakan orang kota ini menyebabkan lahan di perbatasan desa-kota berubah menjadi permukiman atau bangunan lain.
5) Tata cara dan kebiasaan yang menjadi budaya kota masuk ke pelosok desa dan cenderung mengubah budaya desa. Banyak kebudayaan kota yang tidak sesuai dengan kebudayaan atau tradisi desa, sehingga sering menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat desa.
6) Ketersediaan bahan pangan yang berkurang, peningkatan pengangguran, dan pencemaran lingkungan menjadi masalah penting akibat interaksi desa-kota.

b. Dampak Interaksi bagi Kota
Urbanisasi merupakan salah satu bentuk dari interaksi desakota. Menurut Hope Tisdale Eldrige (1956), pengertian urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk ke kota atau daerah permukiman padat. Istilah urbanisasi juga digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kelompok sosial yang terjadi sebagai akibat konsentrasi manusia. Urbanisasi dapat juga berarti proses perubahan daerah desa menjadi daerah kota. Pengertian urbanisasi tersebut menunjukkan bahwa penduduk desa lebih mengenal kota. Banyak penduduk desa meninggalkan daerahnya dan pindah ke kota terdekat. Sebagian dari mereka bekerja di kota, tetapi bertempat tinggal di desa.

Dampak positif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1) Tercukupinya kebutuhan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang sebagian besar berasal dari daerah perdesaan , seperti sayuran, buah-buahan, beras, dan lain sebagainya.
2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk dari desa yang pergi ke kota.
3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan dapat dipasarkan sampai ke pelosok desa sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.

Sedangkan dampak negatif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1) Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan permasalahan bagi daerah perkotaan, yaitu semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin.
2) Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan, dan lain sebagainya.
3) Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan atau tempat yang tidak layak untuk permukiman, misalnya di bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, kuburan, dan kolong jembatan. Umumnya permukiman yang terbentuk adalah permukiman kumuh. Menurut para geograf, wilayah perkampungan kumuh memiliki empat ciri khas, yaitu tidak tersedia air bersih untuk minum, tidak ada saluran pembuangan air, penumpukan sampah dan kotoran, serta akses ke luar perkampungan yang sulit.
4) Terjadi degradasi kualitas lingkungan.
Peningkatan jumlah penduduk kota yang pesat mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota. Permukiman baru muncul di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Balikpapan, dan Makassar. Pertumbuhan permukiman yang cepat di perkotaan berpengaruh terhadap penurunan atau degradasi kualitas lingkungan.

Degradasi kualitas lingkungan dapat terjadi pada lingkungan fisik dan sosial. Degradasi kualitas lingkungan fisik dapat disebabkan oleh pencemaran. Bentuk pencemaran lingkungan fisik misalnya pencemaran air, udara, dan suara.
a) Pencemaran Air
Pencemaran air dapat menjadi masalah kota karena sifat air yang mengalir dan dibutuhkan semua penduduk kota. Penduduk kota mengambil air dari air permukaan dan air tanah (sumur). Sumber pencemaran air, antara lain sampah rumah tangga, air bekas pencucian (detergen), limbah cair industri, dan sampah hasil metabolisme tubuh (tinja dan air kencing).
b) Pencemaran Udara
Pencemaran udara dapat meliputi wilayah yang luas. Pencemaran ini ditimbulkan oleh pembakaran sampah, gas buang dari kendaraan bermotor, dan asap pabrik.
c) Pencemaran Suara
Suara yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan wilayah kota dapat mengganggu atau merusak pendengaran. Suara yang melebihi 75 desibel dapat mengganggu saraf dan konsentrasi kerja. Suara yang mencapai 145 desibel dan terus-menerus didengar akan menimbulkan rasa sakit. Suara sepeda motor pada umumnya antara 45–120 desibel. Pencemaran suara dapat berasal dari klakson kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, dan alat-alat berat.

Jenis pencemaran yang dapat digolongkan sebagai degradasi kualitas lingkungan sosial sebagai berikut.
a) Kepadatan lalu lintas kendaraan yang banyak dimiliki penduduk kota dapat menimbulkan perasaan jengkel dan kesal pemakai jalan akibat kemacetan.
b) Semakin berkembangnya sikap hidup materialistis dan individualistis.
c) Tumpukan sampah yang terdapat di banyak tempat, terutama dekat permukiman, mengganggu kesehatan dan keindahan lingkungan.
d) Rumah dan bangunan kota yang telantar atau tidak terawat mengganggu pemandangan di sekitarnya.

Proses perkembangan wilayah kota dan perubahan struktur tata guna lahannya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu gaya sentrifugal dan gaya sentripetal kota. Gaya sentrifugal mendorong penduduk dan kegiatannya bergerak ke luar. Dorongan ini menyebabkan dispersi kegiatan penduduk serta relokasi sektor-sektor dan zona-zona kota. Sedang gaya sentripetal sebaliknya, mendorong penduduk dan kegiatannya menuju pusat sehingga terjadi konsentrasi di pusat.

Apakah yang mendorong gerak sentrifugal kota? Gerak sentrifugal kota disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
a. Terjadi gangguan keadaan kota yang berkali-kali, seperti kemacetan lalu lintas, polusi udara, polusi air, dan kebisingan. Gangguan ini menjadikan penduduk kota tidak nyaman tinggal dan bekerja di kota.
b. Industri modern di kota membutuhkan lahan yang luas dan relatif kosong. Wilayah pinggiran kota dimungkinkan terdapat lahan yang tidak padat penduduknya dan luas, sehingga lalu lintas kendaraan lancar dan memudahkan parkir mobil.
c. Sewa tanah di pinggiran kota jauh lebih murah dibanding dengan di tengah kota.
d. Perluasan industri lebih dimungkinkan di wilayah luar kota, karena lahan kosong masih tersedia dan dengan biaya lebih murah dibanding lahan di tengah kota.
e. Pembangunan rumah yang luas, sehat, dan mengikuti model mutakhir dapat dilakukan di luar kota.
f. Kecenderungan penduduk kota untuk bermukim di luar kota yang masih alami.

Adapun gerak sentripetal kota disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
a. Lokasi strategis untuk industri terletak dekat pelabuhan atau persimpangan jalan utama. Lokasi strategis umumnya berada di wilayah tengah kota.
b. Lokasi untuk kegiatan bisnis dan perusahaan cenderung memilih dekat dengan stasiun kereta api atau terminal bus di tengah kota.
c. Tempat-tempat praktik para ahli, seperti dokter, apoteker, notaris, pengacara, dan pedagang pengecer saling berdekatan.
d. Pemusatan pertokoan yang menjual berbagai jenis barang, seperti toko tekstil, toko sepatu dan tas, toko perhiasan, toko buku, toko pakaian, swalayan, serta toko elektronik dalam satu kompleks di tengah kota. Kompleks tersebut kemudian menjadi pusat perbelanjaan. Contoh: Braga (Bandung), Malioboro (Yogyakarta), Pasar Baru (Jakarta), dan Tunjungan (Surabaya).
e. Pengelompokan gedung-gedung yang sejenis, misalnya perkantoran, perumahan flat (apartemen), dan pertokoan memengaruhi penurunan pajak sewa dan harga tanah.
f. Tempat berolahraga, hiburan, dan seni budaya yang dapat dikunjungi sewaktu-waktu menyebabkan warga memilih bertempat tinggal di dekatnya.
g. Pertimbangan jarak antara tempat tinggal dan tempat bekerja yang berdekatan merupakan alasan warga tinggal di tengah kota.

0 Response to "Dampak Interaksi wilayah Desa - Kota"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...