Zona Interaksi Wilayah Desa dan Kota
Interaksi desa-kota telah memberi pengaruh pada kedua wilayah. Bahkan, interaksi tersebut memunculkan kota kecil baru di perbatasan wilayah desa-kota. Inti kota (city) terletak di pusat atau tengah-tengah. Kota dikelilingi oleh zona suburban (faubourgh), yaitu daerah yang berlokasi di dekat pusat atau inti kota dan merupakan daerah penglaju atau subdaerah perkotaan (commuters). Zona urban fringe adalah daerah batas luar kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota, kecuali inti kota. Zona ini merupakan jalur tepi daerah perkotaan paling luar. Zona rural-urban fringe adalah zona antara daerah kota dan desa yang ditandai dengan penggunaan lahan campuran. Zona ini merupakan jalur batas desa-kota.
Zona interaksi yang digambarkan sebagai daerah yang membentuk jalur-jalur linier yang teratur di atas merupakan gambaran yang ideal. Pada kenyataannya, zona tersebut tidak lagi bersifat konsentris meskipun unsur-unsurnya masih dapat diamati. Interaksi antarzona dapat terjadi, baik dari zona-zona yang berdekatan maupun yang berjauhan. Zona suburban, suburban fringe, urban fringe, dan rural urban fringe merupakan daerah yang memiliki suasana kehidupan kota sehingga dapat disebut daerah perkotaan. Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau Central Business Districts (CBD) biasanya dikelilingi zona-zona sebagai berikut.
a. Lokasi Pertokoan dan Perdagangan
Di daerah perkotaan, setiap toko, agen, dan kantor penjualan menempati sepanjang jalan-jalan utama untuk mendekati konsumen. Dengan alasan ini, maka berbagai kegiatan jasa akan memilih lokasi di dekat atau di dalam Daerah Pusat Kegiatan (Central Business District) atau selaput inti kota. Lokasi ini dapat berada di sepanjang jalan utama di sekitar terminal bus atau stasiun kereta api.
Pertokoan dapat dibedakan menurut barang-barang yang dijual. Perbedaan jenis dan macam barang yang dijual berpengaruh terhadap lokasi dan luas bangunannya. Toko atau tempat belanja yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari, seperti sabun, rokok, sampo, pasta gigi, dan obat-obatan cenderung memiliki lokasi agak di luar dari pusat daerah kegiatan serta mendekati permukiman. Toko yang menjual barang-barang mewah lebih suka memilih lokasi dekat inti kota karena faktor keamanan. Lokasi yang dipilih juga mempertimbangkan calon pembeli yang berasal dari golongan elite atau kaya. Jadi, pertokoan yang dibangun di kota dapat dibedakan menjadi Primary Shopping Centers dan Secondary Shopping Centers.
Pada masa kini, muncul banyak toko-toko dengan tipe ”supermarket”. Toko jenis ini lebih suka memilih lokasi di zona selaput inti kota karena harga tanah yang lebih murah dibanding harga tanah di zona inti kota, dan juga alasan persaingan yang ketat di zona inti kota. Strategi supermarket dalam menyaring konsumen adalah dengan menyediakan segala kebutuhan penduduk di sekitarnya.
Antara Daerah Pusat Kegiatan (DPK), Secondary Shopping Centers, dan supermarket tidak saling menjatuhkan. Bagaimana dapat terjadi? DPK dilengkapi berbagai fasilitas, seperti fasilitas rekreasi, permainan, dan gedung bioskop. Selain itu, toko-toko di pusat kegiatan memberikan pelayanan lebih dari satu macam, misalnya selain menjual barang juga membuka usaha rumah makan atau agen travel.
Perkembangan dari DPK memunculkan kegiatan di bidang finansial, pertokoan, rekreasi, dan lain-lain di zona tepi inti kota yang disebut ”subclusters of services”. Selain itu muncul dan berkembang juga Secondary Business Centers di sepanjang jalurjalur utama. Munculnya pusat kegiatan tersebut dapat mengaburkan teori-teori zona yang sudah ada.
Perdagangan sayur-sayuran dan buah-buahan tidak memerlukan lokasi di dalam inti kota. Para pedagang lebih suka memilih lokasi di tepi kota yang mempunyai daerah terbuka dan luas. Lokasi yang cocok biasanya berdekatan dengan terminal truk dan kereta api serta pelabuhan laut.
b. Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi pabrik di kota besar lebih mempertimbangkan faktor biaya daripada faktor konsumen. Lokasi pabrik banyak ditentukan oleh pengeluaran biaya yang minimal dari bahan mentah, bahan bakar, air, listrik, modal, dan pengangkutan, serta lahan. Lahan dibutuhkan untuk mendirikan bangunan pabrik, gudang, kantor, dan sisa hasil produksi (disposal of waste).
Lokasi pabrik dapat dijumpai pada tiga zona sebagai berikut.
1) Zona pinggiran kota (periphery).
2) Zona di dekat daerah perdagangan (trade districts).
3) Zona di sepanjang jalur lalu lintas angkutan berat (heavy freight traffic).
Pembangunan industri besar sering memerlukan beberapa lokasi (multiple locations). Kantor untuk pegawai dan keperluan administrasi berlokasi di dalam kota. Gudang tempat penyimpanan produk berlokasi di pinggir kota atau tepi laut untuk mempermudah pengiriman produk ke luar daerah. Kadang-kadang industri besar memerlukan bangunan laboratorium yang ditempatkan pada lokasi tertentu. Jadi, suatu industri belum tentu hanya memiliki satu kompleks, tetapi beberapa kompleks. Kenyataan ini memperlemah kedudukan teori zona konsentris.
c. Lokasi Permukiman
Lokasi permukiman tidak hanya mengelompok pada satu tempat, tetapi menyebar di beberapa tempat di daerah perkotaan. Penyebaran lokasi permukiman menurut Burgess (1929) dipengaruhi oleh faktor saingan (competition), hak milik pribadi (private ownership), perbedaan keinginan (differential desirability), topografi, transportasi, dan struktur asal (inertia of earlier structure).
1) Saingan
Antara penduduk kota satu dengan lainnya saling bersaing untuk mendapat tempat tinggal yang sesuai dengan keinginannya. Keinginan ini dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masing-masing. Faktor ekonomi perorangan menjadi penentu keteraturan kompleks perumahan.
2) Hak Milik Pribadi
Lahan yang sudah dimiliki perseorangan umumnya digunakan untuk membangun rumah. Lahan perseorangan tidak mudah diminta pihak lain. Terlebih apabila lahan itu letaknya strategis. Kepemilikan lahan perseorangan dapat mempersulit perencanaan zonasi kota.
3) Perbedaan Keinginan
Penilaian warga kota terhadap lokasi perumahan satu dengan yang lain tidak sama. Penilaian ini berkaitan dengan keinginan pribadi, prestise, masalah sosial, dan lainnya.
4) Topografi
Topografi berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap pembangunan perumahan. Misalnya, lahan dengan kemiringan yang tajam kurang diminati dibanding lahan yang datar; lahan yang berada di ketinggian tertentu dengan pemandangan alam yang indah menjadi daya tarik untuk dijadikan permukiman. Lahan bertopografi kasar dan tidak subur memiliki nilai jual yang rendah dan kurang diminati untuk perumahan.
5) Transportasi
Transportasi memengaruhi waktu dan biaya perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Lokasi dan perkembangan permukiman sangat berkaitan dengan prasarana dan sarana transportasi. Permukiman akan cepat berkembang di lokasi yang dilalui atau berdekatan dengan rute transportasi.
6) Struktur Asal
Kota yang memiliki bangunan-bangunan historis bernilai budaya tinggi sering mempersulit dalam pengaturan permukiman masa kini. Biasanya, struktur asal ingin tetap dipertahankan sebagai monumen bersejarah.
0 Response to "Zona Interaksi Wilayah Desa dan Kota"