Latest News

pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja

Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, disatu pihak remaja mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia mulai
memikirkan kehidupan secara mandiri, terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulitadalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang awalnya belum pernah ada, juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Ia harus mempertimbangkan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, membentuk kelompok sosial baru dan nilai-nilai baru memilih teman.

A. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Umur 4 – 6 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut jenis kelamin, peranan ibu dan ayah atau orang –tua pengganti ( nenek, kakek dan orang dewasa lainnya ) sangat besar. Peran sebagai “ wanita “ dan “ Prias” harus jelas. Dalam mendidik, ibu dan ayah harus bersikap konsisten , terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah, tegas, dan dapat lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah. Masa remaja merupakan pengembangan identitas diri, dimana remaja berusaha mengenal diri sendiri, ingin mengetahui bagaimana orang lain menilainya, dan mencoba menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.

1. Pola asuh keluarga
Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga.
?? Sikap orang-tua yang otoriter, mau menang sendiri, selalu mengatur, semua perintah harus diikuti tanpa
memperhatikan pendapat dan kemauan anak akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian remaja. Ia
akan berkembang menjadi penakut, tidak memiliki rasa percaya diri, merasa tidak berharga, sehingga proses
sosialisasi menjadi terganggu.

?? Sikap orang-tua yang “permisif “ (serba boleh, tidak pernah melarang, selalu menuruti kehendak anak, selalu memanjakan) akan menumbuhkan sikap ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial diluar keluarga.

?? Sikap orang-tua yang selalu membandingkan anak-anaknya, akan menumbuhkan persaingan tidak sehat dan saling curiga antar saudara.

?? Sikap orang-tua yang berambisi dan selalu menuntut anaknya, akan berakibat anak cenderung mengalami
frustrasi, takut gagal, dan merasa tidak berharga.

?? Orang-tua yang “ demokratis “, akan mengakui keberadaan anak sebagai individu dan makluk sosial serta mau mendengarkan dan menghargai pendapat anak. Kondisi ini akan menimbulkan keseimbangan antara
perkembangan individu dan sosial, sehingga anak akan memperoleh suatu kondisi mental yang sehat.

2. Kondisi keluarga
Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya, Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan “ melarikan diri “ dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

3. Pendidikan moral dalam keluarga
Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai–nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak di rumah . Pengertian budi pekerti mengandung nilai-nilai :
a) Keagamaan. Pendidikan agama diharapkan dapat menumbuhkan sikap anak yang mampu menjauhi hal-hal
yang dilarang dan melaksanakan perintah agama. Menaamkan norma agama dianggap sangat besar peranannya terutama dalam menghadapi situasi globalisasi yang berakibat bergesernya nilai kehidupan. Remaja yang taat norma agama akan terhindar atau mampu bertahan terhadap pengaruh buruk di lingkungannya.
b) Kesusilaan, meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain, misalnya sopan santun, kerjasama,
tenggang rasa, saling menghayati, saling menghormati , menghargai orang lain dan sebagainya.
c) Kepribadian, memiliki nilai dalam kaitan pengembangan diri, misalnya keberanian, rasa malu, kejujuran,
kemandirian dan sebagainya.

Penanaman nilai-nilai budi pekerti dalam keluarga dapat dilakukan melalui keteladanan orang-tua atau orang
dewasa. Bacaan yang sehat , pemberian tugas, dan komunikasi efektif antar anggota keluarga. sebaliknya, apabila keluarga tidak peduli terhadap hal ini, misalnya membiarkan anak tanpa komunikasi dan memperoleh nilai diluar moral agama dan sosial, membaca buku dan menonton VCD porno, bergaul bebas, minuman keras, merokok akan berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa remaja.

B. Lingkungan Sekolah
Pengaruh yang juga cukup kuat dalam perkembangan remaja adalah lingkungan sekolah. Umumnya orang-tua
menaruh harapan yang besar pada pendidikan di sekolah, oleh karena itu dalam memilih sekolah orang–tua perlu mempertimbangkan hal sebagai berikut :

1) Susunan Sekolah
Prasyarat terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajar mengajar adalah suasana sekolah, Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin sekolah Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja yaitu dalam hal :
(a) Kedisiplinan
Sekolah yang tertib dan teratur akan membangkitkan sikap dan perilaku disiplin pada siswa. Sebaliknya suasana sekolah yang kacau dan disiplin longgar akan berisiko, bahwa siswa dapat berbuat semaunya dan terbiasa dengan hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap saling menghormati, cenderung brutal dan agresif.
(b) Kebiasaan belajar
Suasana sekolah yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar akan berpengaruh terhadap menurunnya minat dan kebiasaan belajar. Akibatnya, prestasi belajar menurun dan selanjutnya diikuti dengan perilaku yang
sesuai dengan norma masyarakat, misalnya sebagai kompensasi kekurangannya di bidang akademik, siswamenjadi nakal dan brutal.
(c) Pengendalian diri
Suasana bebas di sekolah dapat mendorong siswa berbuat sesukanya tanpa rasa segan terhadap guru. Hal ini
akan berakibat siswa sulit untuk dikendalikan , baik selama berada di sekolah maupun di rumah. Suasana sekolah yang kacau akan menimbulkan hal-hal yang kurang sehat bagi remaja, mosalnya penyalahgunaan Napza,perkelahian, kebebasan seksual, dan tindak kriminal lainnya.

2) Bimbingan Guru
Di sekolah remaja menghadapi beratnya tuntutan guru, Orang tua dan saratmya kurikulum sehingga dapat menimbulkan beban mental. Dalam hal ini peran wali kelas dan guru pembimbing sangat berarti Apabila guru pembimbing sebagai konselor sekolah tidak berperan, maka siswa tidak memperoleh bimbingan yang sewajarnya. Untuk menyalurkan minat, bakat dan hobi siswa, perlu dikembangkan kegiatan ekstrakurikuler dengan bimbingan guru. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak sekedar mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kurilukum tertulis (Written Curriculum), melainkan juga memberikan nilai yang terkandung didalamnya (hidden curriculum), misalnya kersama, sikap empati, mau mendengarkan orang lain,
menghargai dan sikap lain yang dapat membuahkan kecerdasan emosional. Apabila guru tidak peduli terhadap hal tersebut, sulit diharapkan perkembangan jiwa siswa secara optimal. Oleh sebab itu dalam upaya
mengoptimalkan perkembangan jiwa remaja di sekolah guru diharapkan :
- Memperhatikan ,pendekatan yang berbeda.
- Bersedia mendengarkan dan memperhatikan keluhan siswa individual ,karena setiap siswa memiliki
sifat, bakat,minat dan kemampuan
- Memiliki kepekaan “ membaca “ kondisi batin ( mood ) siswa
- Perilaku guru dapat dijadikan teladan bagi siswa.
- Memperhatikan dan menciptakan rasa aman bagi seluruh siswa di sekolah.
- Menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui proses pembiasaan misalnya sopan santun , menghargai
orang lain ,bekerja sama,mengendalikan emosi, kejujuran dan sebagainya.
- Berpikir positif ( positive thinking ) terhadap siswa
- Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa
- Bersikap sadar,dewasa dan terbuka dalam menilai perilaku siswa.
- Memahami prinsip dasar perkembangan jiwa remaja agar dapat memahami dan menghargai siswa
- Menghindari sikap mengancam terhadap siswa.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasi kan diri
- Mengendalikan emosi dan menyusuaikan diri dengan cara siswa berkomunikasi.

C. Lingkungan Teman Sebaya
Remaja lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya, Jadi dapat dimengerti bahwa sikap, Pembicaraan, minat, Penampilan dan perilaku teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga misalnya, jika remaja mengenakan model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh kelompok menjadi lebih besar Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol. rokok atau zat adiktif lainnya, maka remaja cenderung mengikuti tanpa mempedulikan akibatnya.

Didalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa
mempedulikan sanksi–sanksi dunia dewasa. K elompok sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman seusianya, Disinilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai yang negatif, akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini cenderung tertutup (closed group), dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompok nya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok, sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya.

D. Lingkungan Masyarakat
Dalam kehidupanya, manusia dibimbing oleh nilai-nilai yang merupakan pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai yang baik harus diikuti, dianut, sedangkan yang buruk harus dihindari, sesuai dengan aspek rohaniah dan jasmaniah yang ada pada manusia, maka manusia dibimbing oleh pasangan nilai materi dan nonmateri. Apabila manusia hendak hidup secara damai di masyarakat, maka sebaiknya kedua nilai yang merupakan pasangan tadi diserasikan akan tetapi kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa nilai materi mendapat tekananlebih besar daripada nilai non-materi atau spiritual. hal ini terbukti dari kenyataan bahwa sebagai tolok ukur peranan seseorang dalam masyarakat adalah kebendaan dan kedudukan.

Lingkungan masyarakat terdiri dari :
Sosial Budaya
Dalam era globalisasi, dunia menjadi sempit, budaya lokal dan budaya nasional akan tertembus oleh budaya
universal, dengan demikian akan terjadi pergeseran nilai kehidupan, kemajuan ilmu Pengetahuan dan teknologi
sangat berpengaruhterhadap pesatnya informasi. Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi dengan sekejap
diketahui oleh seluruh penghuni bumi. Di rumah dan di sekolah, Orang –tua dan guru, lebih banyak mengharapkan nilai spiritual menjadi pegangan remaja. Namun, kenyataan membuktikan sebaiknya ini karena yang diajarkan berbeda dengan yang dilihat di luar rumah dan di luar sekolah. Remaja menjadi bingung, mana yang harus dilakukan. Situasi ini menimbulkan konflik nilai yang dapat berakibat terjadinya penyimpangan perilaku, seperti yang terlihat di masyarakat, misalnya waria, pergaulan bebas, mabuk, dan homoseksualitas.

Dalam era globalisasi pengakuan akan hak asasi manusia mulai memesyarakat. Bagi Indonesia yang kini sedang dalam era reformasi, pelaksanaan hak asasi manusia merupakan masalah tersendiri. Nilai sosial yang selama ini diutamakan bergeser pada nilai individual. Bagi remaja yang sedang dalam masa mencari identitas diri dan penyesuaian sosial, situasi Ini merupakan titik kritis, Bukan tidak mungkin hal ini akan berakibat terjadinya konflik kejiwaan pada sebagian remaja, Remaja akan merasakan adanya nilai “ kekolotan “ pada orang dewasadan nilai “ inovatif “ atau “ Pembaharuan “ pada orang dewasa dan nilai “ inovatif “ atau “ pembaharuan “ pada generasinya.

Sementara itu ada tuntutan dari pihak orang dewasa agar remaja mengikuti aturan budaya, kecemasan akan menghadapi hukuman, ancaman dan tidak adanya kasih sayang merupakan dorongan yang menyebabkan remaja terpaksa mengikuti tuntutan lingkungan budaya (socialized anxity) . Kalau kecemasan ini terlalu berat, akibat yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku. Remaja yang bersangkutan jadi serba ragu, serba takut, dan dapat menjurus kepada keadaan cemas yang patologis. Tetapi dalam kondisi yang tepat, Kecemasan ini mendorong remaja untuk lebih bertanggung jawab, hati-hati dan menjaga tingkah lakunya agar selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Remaja dapat bertingkah laku normal sesuai dengan harapan masyarakat.

Sebenarnya remaja sadar akan pentingnya kebudayaan sebagai tolok ukur terhadap tingkah laku sendiri. Kebudayaan memberikan pedoman arah, persetujuan, pengingkaran, dukungan, kasih sayang dan perasaan aman kepada remaja. Akan tetapi mereka juga punya keinginan untuk mandiri. Inilah yang menyebabkan remaja membuat tolak ukur mereka sendiri, yang berbeda dari tolak ukur orang dewasa, Mereka membuat kebudayaan sendiri yang berbeda dari kebudayaan masyarakat umumnya. Kebudayaan yang menyimpang inilah yang dikenal sebagai kebudayaan anak muda (youth culture). Nilai yang dominan dalam budaya anak muda adalah keunggulan dalam olah raga, disenangi teman, senang hura-hura senang pesta, tidak dianggap pengecut, dan sebagainya.

Media Massa
Abad ini adalah abad informasi, yang ditandai oleh kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi informasi
kemajuan teknologi komunikasi yang luar biasa membawa kegembiraan, menyenangkan serta wawasan yang lebih luas, tetapi juga membawa kesedihan, Betapa tidak, hubungan antar manusia bergeser menjadi hubungan antar mesin. Melalui radio, televisi, Internet manusia saling berhubungan, hubungan antar manusia yang manusiawi menjadi pudar.Remaja sibuk “ berkomunikasi “ dengan televisi, radio,VCD, atau internet. Media elektronik yang saat ini melanda setiap rumah adalah televisi. Suatu penelitian di Amerika menunjukkan bahwa remaja menonton tv lebih dari 3 jam setiap harinya. Bagaimana di Indonesia, khususnya di kota-kota besar ? Televisi telah merenggut waktu luang yang sangat berharga di rumah. Hubungan antar anggota keluarga menjadi sangat minim. Komunikasi dalam keluarga yang bisa menumbuhkan saling pengertian, kasih sayang, kerjasamamenjadi surut, Tidak sekadar kehilangan waktu luang yang berharga, tetapi remaja lebih rugi karena menikmati program yang sering kurang mendidik, misalnya tayangan kekerasan dan kehidupan seksual. 

Kemajuan media elektronik yang sedang melanda saat ini membuat remaja menyerbu kenikmatan memutar vcd dan internet, dengan tayangan dan berita yang kurang mendidik. Bagi remaja media massa dimanfaatkan sebagai pengisi waktu luang untuk lebihbanyak meresapi nilai kehidupan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang ada. Dikhawatirkan nilai yang diserap tersebut akan mempengaruhi perilaku dan gaya hidupnya sehari-hari. Sesuai dengan perkembangan heteroseksualitasnya ,remaja menikmati media cetak, dan cenderung ke arah media cetak yang berisikan kehitdupan seksual. Keingin tahuan tentang seksual merupakan pendorong bagi remaja untuk memanfaatkan media cetak dalam pemenuhan kebutuhannya. Apakah hal ini yang mengakibatkan kecenderungan adanya “ kemerosotan “ moral dikalangan remaja, belum ada penelitian yang membuktikannya.

0 Response to "pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...