Latest News

Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Perubahan Sistem Persarafan

A. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf Pada Lansia
Sistem persarafan pada manusia yang normal, maupun pada lansia yang telah mengalami perubahan adalah sebagai berikut :
1. Otak
Perbandingan pada otak yang normal dan otak pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut :
a. Normal
Otak terletak di dalam rongga kepala, yang pada orang dewasa sudah tidak dapat lagi membesar, sehingga bila terjadi penambahan komponen rongga kepala akan meningkatkan tekanan intra cranial.
Berat otak ≤ 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat.

b. Lansia
Penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur angsur tonjolan dendrite dineuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria. RNA, Mitokondria dan enzyme sitoplasma menghilang, inklusi dialin eosinofil dan badan levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi granulovakuole. Corpora amilasea terdapat dimana-mana dijaringan otak.
Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrita, input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin, posisi sendi). Tampilan sesori motorik untuk menghasilkan ketepatan melambat.

2. Saraf Otonom
Perbandingan pada saraf otonom yang normal dan saraf otonom pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut :
a. Normal
• Saraf simpatis
Bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan pernafasan serta menurunkan aktifitas saluran cerna.

• Saraf parasimpatis
Bekerjanya berlawanan dari saraf simpatis.

b. Lansia
Pusat penegndalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin. Perubahan pada “neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolin-asetilase.
Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin. Hal ini menyebabkan predisposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas atau dingin terganggu, otoregulasi disirkulasi serebral rusak sehingga mudah terjatuh.

3. Sistem Saraf Perifer
Perbandingan pada sistem saraf perifer yang normal dan sistem saraf perifer pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut:

a. Normal
• Saraf aferen
Berfungsi membawa informasi sensorik baik disadari maupun tidak, dari kepala, pembuluh darah dan ekstermitas. Saraf eferen menyampaikan rangsangan dari luar ke pusat.
• Saraf eferen
Berfungsi sebagai pembawa informasi sensorik dari otak menuju ke luar dari susunan saraf pusat ke berbagai sasaran (sel otot/kelenjar).

b. Lansia
• Saraf aferen
Lansia terjadi penurunan fungsi dari saraf aferen, sehingga terjadi penurunan penyampaian informasi sensorik dari organ luar yang terkena ransangan.
• Saraf eferen
Lansia sering mengalami gangguan persepsi sensorik, hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan fungsi saraf eferen pada sistem saraf perifer.

4. Medulla spinalis
Perbandingan pada sistem saraf perifer yang normal dan sistem saraf perifer pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut:

a. Normal
Fungsinya :
• Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu, Cornu motorik/ cornu ventralis.
• Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks lutut.
• Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum.
• Mengadakan komun ikasi antara otak dan semua bagian tubuh.
b. Lansia
Medulla spinalis pada lansia terjadi penurunan fungsi, sehingga mempengaruhi pergerakan otot dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk menggerakkan otot dan sendinya secara maksimal.

B. Masalah-masalah Akibat Perubahan Sistem Persarafan Pada Lansia
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dari atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Constantinides, 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara ilmiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan – kekurangannya yang menyolok (deskripansi). Adapun masalah-masalah perubahan sistem persarafan pada lansia adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Gangguan pola istirahat tidur
Seringkali lansia mengalami perubahan pola tidur atau perbandiangan bangun dan pengaturan suhu pada lansia. Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur. Gangguan pola tidur dan pengaturan suhu terjadi akibat adanya penurunan pada hypothalamus pada lansia.

2. Gangguan gerak langkah (GAIT)
Pada usia lanjut secara fisiologik terdapat perubahan gerak langkah menjadi lebih pendek dengan jarak kedua kaki lebih lebar, rotasi pinggul menurun dan gerak lebih lambat (Hadi Martono, 1992).
Keadaan ini sering diperberat oleh gangguan mekanik akibat penyakit yang menyertai, antara lain adanya arthritis, deformasi sendi, kelemahan fokal atau menyeluruh, neuropati, gangguan visual atau vestibuler atau gangguan integrasi di SSP (Friedman, 1995).



3. Gangguan persepsi sensori
Perubahan sensorik terjadi pada jalur sistem sensori dimulai dari reseptor hingga ke korteks sensori, merubah transmisi atau informasi sensori. Pada korteks lobus parietal sangat penting dalam interpretasi sensori dengan pengendaian penglihatan, pendengaran, rasa dan regulasi suhu. Hilang atau menurunnya sensori rasa nyeri, temperature dan rabaan dapat menimbulkan masalah pada lansia.

4. Gangguan eliminasi BAB dan BAK
Perubahan sistem saraf pada lansia juga sering terjadi pada sistem pencernaan maupun pada sistem urinari. Hal ini disebabkan karena pada lansia terjadi penurunan sistem saraf perifer, dimana lansia menjadi tidak mampu untuk mengontrol pengeluaran BAB maupun BAK, sehingga bisa menimbulkan beberapa masalah, seperti konstipasi, obstipasi, inkontinensia urin, dll.

5. Kerusakan komunikasi verbal
Pada lansia sering terjadi kerusakan komunikasi verbal, hal ini disebabkan karena terjadi penurunan atau ketidakmampuan untuk menerima, memproses, mentransmisikan dan menggunakan sistem simbol. Adapun yang menjadi penyebab lain masalah tersebut dikarenakan terjadinya perubahan pada persarafan di sekitar wajah.

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram (EEG)
Elektroensefalogram ini adalah rekaman catatan grafik dari gelombang aktivitas listrik otak.

2. Elektromiogram (EMG)
Merupakan pemeriksaan untuk mengukur dan mencatat elektrik otot skeletal dan konduksi saraf.

3. CT scan
Computed Tomography Scanning dapat memberikan gambaran secara mendetail bagian-bagian dari otak. Misalnya dapat menentukan bentuk, ukuran dan posisi, mendeteksi adanya perdarahan, dan edema.

4. Magnetic resonance imaging (MRI)
Magnetik Resonance Imaging menggunakan medan magnet dan sinyal-sinyal frekuensi radio. Perubahan-perubahan energi yang dihasilkan akan diukur dan digunakan komputer MRI untuk menghasilkan gambar. Gambar akan tampak sebagai potongan-potongan dua dimensi.

5. Indeks Katz
Indeks Katz dalam aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan alat yang digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lanjut usia. Indeks Kartz meliputi keadekuatan pelaksanaan dalam enam fungsi seperti mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen, dan makan (Kart, 1963).

6. Pengkajian status kognitif/afektif (status mental)
Pemeriksaan status mental memberikan sampel perilaku dan kemampuan mental dalam fungsi intelektual. Pemeriksaan singkat terstandarisasi digunakan untuk mendeteksi gangguan kognitif sehingga fungsi intelektual dapat di uji melalui satu/dua pertanyaan untuk masing-masing area. Saat instrumen skrining mendeteksi terjadinya gangguan, pemeriksaan lebih lanjut kemudian akan dilakukan.

7. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual. Pengujian terdiri dari 10 pertanyaan yang berkenaan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh, dan kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer, 1975).




Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Perubahan
Sistem Persarafan


A. Pengkajian
Pengkajian ini meliputi identitas klien, status kesehatan saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik sistem persarafan, pola aktifitas sehari-hari, serta pengkajian psikososial dan spiritual.
Identitas klien
Identitas pasien meliputi :
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Status perkawinan
e. Agama
f. Suku

Status kesehatan saat ini
a. Status kesehatan secara umum
b. Keluhan kesehatan saat ini
c. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan

Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit masa kanak-kanak
b. Penyakit serius atau kronik
c. Pernah mengalami trauma

Riwayat kesehatan keluarga
a. Hipertensi
b. Kejang
c. Arthritis, masalah kesehatan mental
d. Stroke
e. Kematian mendadak yang tidak jelas sebabnya

Pemeriksaan fisik sistem persarafan
a. Memeriksa keadaan umum pasien.
b. Test fungsi cerebral/kortikal.
c. Test fungsi saraf cranial.
d. Test fungsi motorik dan cerebellum.
e. Test fungsi sensori.

Pola aktivitas sehari-hari
a. Tingkat latihan dan aktivitas.
b. Pekerjaan :
• pola bekerja
• pemajanan terhadap benda-benda toksik.
c. Riwayat perjalanan, yang terakhir.

Pengkajian psikososial dan spritual
a. Psikososial
b. Spiritual
c. Konsep Diri :
• Gambaran Diri
• Ideal diri
• Harga Diri
• Peran
• Identitas Diri
d. Identifikasi masalah emosional




A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa-diagnosa berikut ini adalah sebagian diagnosa yang dapat di angkat pada pasien lansia dengan gangguan sistem persarafan yang di kutip dari diagnosa keperawatan NANDA.
1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan kognitif.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh.
3. Gangguan persepsi sensori (visual, auditori, kinestetik, pengecapan, taktil, penciuman) berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori, transmisi dan integrasi.
4. Gangguan pola eliminasi BAB dan BAK berhubungan dengan penurunan neuromuskuler.
5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan perubahan frekuensi dan jadwal tidur.
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan/penurunan sistem saraf.

B. Intervensi
Di bawah ini adalah intervensi dan kriteria hasil dari diagnosa keperawatan yang telah di angkat yang di kutip dati buku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC.
1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan kognitif.
Tujuan :
• Pasien bebas dari resiko cedera.
• Tidak memperlihatkan tanda cedera fisik.

Intervensi :
• Kaji status mental dan fisik.
• Lakukan strategi untuk mencegah cedera yang sesuai untuk status fisiologis.
• Pertahankan tindakan kewaspadaan.
• Singkirkan atau lepaskan alat-alat yang dapat membahayakan pasien.
• Hindari tugas-tugas yang membahayakan.


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh.
Tujuan :
• Pasien akan mengidentifikasikan aktifitas dan/atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktivitas.
• Pasien dapat menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).


Intervensi :
• Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.
• Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.
• Hindari menjadwalkan aktivitas selama periode istirahat.
• Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala dan ambulasi yang dapat di toleransi.

3. Gangguan persepsi sensori (visual, auditori, kinestetik, pengecapan, taktil, penciuman) berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori, transmisi dan integrasi.
Tujuan :
• Pasien dapat menunjukkan kemampuan kognitif.
• Pasien dapat mengidentifikasikan diri, orang, tempat, dan waktu.

Intervensi :
• Pantau perubahan status neurologis pasien.
• Pantau tingkat kesadaran pasien.
• Identifikasikan factor yang berpengaruh terhadap gangguan persepsi sensori.
• Pastikan akses dan penggunaan alat bantu sensori.
• Tingkatkan jumlah stimulus untuk mencapai tingkat sensori yang sesuai.

4. Gangguan pola eliminasi BAB dan BAK berhubungan dengan penurunan neuromuskuler.
Tujuan :
• Pasien dapat memenuhi kebutuhan eliminasi seperti biasa.
• Pasien mampu mengidentifikasikan apabila ingin melakukan eliminasi.
Intervensi :
• Kaji pola eliminasi BAB dan BAK klien.
• Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas optimal.
• Berikan privasi dan keamanan saat pasien melakukan eliminasi.

5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan perubahan frekuensi dan jadwal tidur.
Tujuan :
• Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan rutinitas istirahat tidur.
• Menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologis.

Intervensi :
• Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik yang dapt mengganggu pola tidur pasien.
• Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang sebelum tidur.
• Bantu pasien untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang mungkin menyebabkan kurang tidur, seperti ketakutan, masalah yang tidak terselesaikan, dan konflik.
• Bantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan menyediakan aktivitas yang meningkatkan kondisi terjaga.

6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan/penurunan sistem saraf pusat.
Tujuan :
• Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

Intervensi :
• Kaji kemampuan berbicara, menulis, membaca, dan memahami simbol.
• Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk memberikan stimulasi sebagai komunikasi.
• Anjurkan pasien untuk berkomunikasi secara perlahan.

0 Response to "Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Perubahan Sistem Persarafan"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...