Latest News

ASUHAN KEPERAWATAN dan perubahan fisiologis SISTEM respiratory PADA lansia

A. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi pada lansia
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ.
1. Perubahan Anatomik Sistem Respirasi
Menurut Stanley, 2006, perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat penuaan sebagai berikut :
a. Paru-paru kecil dan kendur.
b. Hilangnya recoil elastic.
c. Pembesaran alveoli.
d. Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu.
e. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.
f. Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.
g. Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru.
h. Kelenjar mucus kurang produktif.
i. Penurunan sensivitas sfingter esophagus.
j. Penurunan sensivitas kemoreseptor.

2. Perubahan-perubahan fisiologis Sistem Respirasi
Proses penuaan menyebabkan beberapa perubahan structural dan fungsional pada toraks dan paru – paru. Kita ketahui bahwa tujuan pernapasan adalah untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan darah. Pada lansia ditemukan alveoli menjadi kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler – kapiler yang kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru – paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh.
Daya pegas paru – paru berk urang, sehingga secara normal menahan thoraks sedikit pada posisi terkontraksi disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, amka menyebabkan kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun. Dekalsifikasi iga dan peningkatan klasifiaksi dari akrtilago kostal juga terjadi. Membran mukosa lebih kering, sehingga menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi pernapasan. (Maryam, 2008).
Sedangkan menurut Stokslager, 2003 perubahan fisiologis pada sisitem pernapasan sebagian berikut:
1. Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus.
2. Atrofi umum tonsil.
3. Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua.
4. Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan metabolism kalsium dan kartilago iga.
5. Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan ukuran alveolus.
6. Kifosis.
7. Degenerasi atau atrofi otot pernapasan
8. Penurunana kapasitas difusi
9. Penurunanan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi; penurunan kapasitas vital
10. Degenerasi jaringan paru, yang menyebabkan penurunan kemampuan recoil elastic paru dan peningkatan kapasitas residual.
11. Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas ) yang mengakibatkan penurunan area permukaan untuk pertukaran gas dan pertukaran tekanan oksigen.
12. Penurunan saturasi oksigen sebesar 5%
13. Penurunana cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian risisko infeksi paru dan sumbat mukus.
14. Toleransi rendah terhadap oksigen.

B. Penyakit – Penyakit pada Sistem Respirasi
Dalam hal ini kelompok hanya menyampaikan beberapa penyakit yang sering terjadi pada lansia khususnya pada sistem respirasi.

1. PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun)
PPOM adalah penyebab kematian utama pada lansia PPOM meliputi 3 kondisi yang terjadi dalam bentuk satu umum yaitu abstuksi aliran ekspirasi. Jika proses abstruksi bisa dapat di perbaiki hal itu disebut asma, jika abstuksi dihubungkan dengan hipersekresi mucus hal itu disebut bronchitis kronis dan jika terdapat kerusakan jaringan alveolar hal itu dikenal dengan empisema. Meskipun 3 hal ini dapat terjadi secara terpisah tetap sering juga terjadi bersama-sama. (Stanley, 2006)

2. Tuberkulosis
Tuberkulosis disebabkan oleh organisme mikro bacterium tuberkulosis. Pada lansia kemungkinan kehadiran TB dikarenakan adanya pengaktivan kembali dari organisme yang aktif yang berada dalam tubuh individu yang telah lama, Perubahan sistem imun pada lansia meningkatkan resiko terjadinya reaktifitas dari TB. Tubercolosis tampilan klinis pada lansia tidak khas oleh karena itu mungkin tidak diketahui atau salah diagnosis batuk kronis keletihan dan kehilangan berat badan dihubungkan dengan penuan dan penyakit yang dideritanya. (Meiner, 2006)

3. Pneumonia
Pneumonia adalah suatu inflamasi dari parenkim paru, yang biasanya menyatu dengan pengisian alveoli oleh cairan. Pneumonia menjadi penyakit serius pada lansia yang bisa mengakibatkan kematian. Keadaan yang merosot dari sistem imun lansia dipengaruhi adanya penyakit kronik yang mendasar, kelemahan reflek batuk dan kurangnya gerakan/mobilisasi. (Meiner, 2006)

4. Kanker paru
Penyebab kematian utama yang berhubungan dengan kanker pada pria dan wanita adalah kanker bronkogenik. Angka insidensi telah meningkat secara tetap, dengan peningkatan paling besar terjadi pada wanita. (Stanley, 2006)

C. Konsep Dasar Penyakit PPOM
1. Pengertian
Penyakit paru obstruksi menahun juga disebut sebagai penyakit keterbatasan aliran udara kronis , ditandai dengan pengecilan lumen jalan napas, yang disebabkan oleh penebalan mukosa, dan peningkatan perlebaran jalan napas, yang disebabkan oleh kerusakan lumen.(Stokslager,2003).
Termasuk dalam kelompok PPOM adalah Asma, Bronchitis kronik dan Emfisema (Brunner dan Suddarth, 2002).
a. Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, revirssible di mana trakea dan bronki berespon berlebih terhadap stimulus tertentu.
b. Bronchitis kronik adalah batuk kronis yang terjadi minimal 3 bulan dalam satu tahun atau setidak-tidaknya 2 tahun. Batuk yang dihubungkan dengan bronkkitis kronis disebabkan oleh hipersekresi bronkus.
c. Emfisiema adalah suatu disistensi abnormal ruang udara diluar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli.

2. Etiologi
Berikut adalah etilogi dari kelompok PPOM (Asma, Bronchitis kronik dan Emfisema menurut Stokslager, 2003 diantaranya adalah.
a. Asma
Asma ditandai dengan peningkatan rektivitas bronchial trehadap berbagai stimulus, yang menghasilkan spasme bronkusepisodik dan obstruksi jalan napas dalam yang berkaitan dengan inflamasi jalan napas. Beberapa pasien telah menderita asma selama hidupnya dan lainnya mengalami saat lanjut usia

b. Bronkitis kronis
Penyebab yang paling umum dari bronchitis kronis adalah merokok rokok kretek , meskipun beberapa penelitian juga menujukkan predisposisi genetik pada penyakit ini. Penyakit bronchitis kronis scara langsung dikaitkan dengan polusi berat dan lebih banyak terjadi pada orang- orang yang terpajan jenis debu tertentu( seperti debu serutan kayu, dan debu plesteran) serta gas berbahaya.

c. Emfisiema
Enfisiema disebabkan oleh merokok rokok kretek. Inflamasi berulang yang berhubungnan dengan pelepasan enzim proteolitik dari sel-sel paru menyebabkan peleberan ruang udara distal bronkiolus terminal yang tidak normal dan ireversible.hal ini menyebabkan kerusakan dinding alveolar, yang mengakibatkan rusaknya elastisitas.

3. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang dapat terjadi diantaranya adalah sebagai berikut (Stokslager,2003) :
a. Asma
1. Riwayat serangan dispnea dan mengi intermitten
2. Mengi sedang yang memburukmenjadi dispnea berat, mengi yang dapat didengar, sesak napas dan batuk yang menghasilkan mucus yang kental
3. Ekspirasi lama, retraksi interkosta dan supraklavikuler pada inspirasi, penggunaan otot pernapasan aksesoris, napas cuping hidung, takipnea, takikardia, evaporasi, kemerahan.


b. Bronchitis kronis
Flu yang dikaitkan dengan peningkatan sputum dan perburukan dispnea, yang memerlukan waktu yanag lama untuk sembuh; sputum yang banyak (abu-abu, kuning, atau putih).;pertambahan berat badan akibat edema, sianosis, takipnea, mengi, waktu ekspirasi lama; penggunaan otot pernapasan aksesoris

c. Enfisiema
1. Dispnea
2. Anoreksia , penurunan berat badan, malaise, dada berbentuk barrel , penggunaan otot pernapasan aksesoris,periode ekspirasi lama dengan grunting, pursed-lip breathing, takipnea.
3. Hiperresonansi pada perkusi
4. Penurunan bunyi napas dan bunyi jantung lemah pada aukskultasi

4. Komplikasi
Komplikasi PPOK dapat mencakup infeksi saluran napas berulang, cor pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan gagal napas. Penyakit ulkus peptikum terjadi diantara 20% dan 25% orang penderita PPOK . selain itu vesikel dan bula alveoular dapat rupture , yang menyebabkan pneumotoraks spontan atau pneumomediastium.(Stokslager, 2003)

5. Patofisiologi
Pada bronchitis kronis maupun enfisiematerjadi penyempitan saluran napas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada bronchitis kronik, saluran napas kecil yang berdiameter dari 2mm menjadi lebih sedikit, berkelok-kelok, berobblitersi. Penyempitan ini terjadi karena metasplasia sel goblet, saluran napas besar juga menyempit karena hipertrofi dan hyperplasia kelenjar mucus. Pada enfisiema paru penyempitan saluran napas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru. (Mansoer, 2000)
6. Pemeriksaan Diagnostik
Berikut adalah pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah (Stokslager, 2003) :
1. Sinar X dada menunjukkan diagfragma yang rata, penurunan jejas vaskuler pada paru bagian perifer, masuknya udara yang yangn berlebihan pada paru,diameter dada anteroposterior membesar, jantung vertical, dan ruang udara retrasternal besar.
2. Pemeriksaan funsi paru biasanya menandakan peningkatan volume residu dan kapasitas paru total serta penurunan kapasitas difusi,. Pada emfisiema aliran inspirasi meningkat dan kapasita difusi menurun. Pada bronchitis kronis komplians static dan kapasitas difusi normal,serta aliran ekspiras menurun. Pada asma volume ekspirasi paksa menurun dan membaik secara signifikan setelah inhalasi bronkodilator; volume penurunan tekanan parsial oksigen arteri residu meningkat.
3. Analsisis gas darah ateri(AGD) biasanya menunjukkan penurunan tekanan parsial oksigen (PaO2) dan tekanan parsial karbondioksida (PaCO2) normal sampai penyakit berada pada tahap lanjut.
4. Pada bronchitis kronis dan emfisiema , elektrokardiografi (EKG) dapat menunjukkan gelombang P tinggi secara simetris pada lead II.II, AVF, sumbu QRS vertical; serta tanda- tanda hipertrofi ventrikel kananpada penyakit tahap lanjut. Pada asma, EKG dapat menunjukkan sinus takikardi dan selama serangan hebat, tanda- tanda cor pulmonal(deviasi sumbu kanan, gelombang P memuncak) yang sembuh setelah serangan.
5. Hitung sel darah merah biasanya menunjukkan peninngkatan kadar hemoglobin pada penyakit tahap lanjut saat pasien mengalami hipoksia berat yang persisten.
6. Spesimen sputum dapat menujukkan banyak mikroorganisme dan neutrofil pada bronchitis kronis. Sputum dapat menunjukkan spiral Curshmann(structural tubular jalan napas). Kristal charcot-leyden dan eosonofil pada asma.

7. Penatalaksaan
Penanganan yang paling efektif adalah berhenti merokok dan menghindari polutan udara sebanyak mungkin. Penanganan yang diresepkan dapat berupa antibiotik untuk mengobati infeksi, yang berulang, bronkodilator untuk meredakan bronkospasme dan menfasilatasi pembersihan mucus , deuritik untuk mengobati edema, serta kortikosteroid untuk meredakan inflamasi (meskipun risiko pada lansia dapat melebihi manfaatnya).
(Stokslager, 2003)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT YANG TERJADI PADA LANSIA : RESPIRATORY (PPOM)

A. Pengkajian
1. Pengkajian Pada lansia dengan Gangguan sistem pernapasan menurut Maryam, 2008 adalah sebagai berikut :
a. Adanya kesulitan bernapas (dispnea). Hal ini terjadi pada klien dengan kelelahan/ aktivitas berlebih, penyempitan saluran napas, sumbatan saluran napas dan infeksi saluran napas.
b. Perubahan frekuensi dan irama pernapasan (napas cepat/ lambat, terengah – engah).
c. Obesitas
d. Anemia
e. Adanya secret
f. Adanya bunyi saat bernapas.
g. Adanya batuk
h. Adanya nyeri dada dan berdebar – debar.
i. Peningkatan suhu (demam).

2. Pengkajian Pada lansia dengan Gangguan sistem pernapasan:CPOPD/ PPOM menurut Meiner 2006 adalah sebagai berikut :
a. Kaji fisik berupa bentuk dan kesimetrisan dada, kecepatan napas, pola napas, warna, temperature dan ekstremitas.
b. Kaji sputum : warna, jumlah, konsistensi, dan bau.
c. Kaji apakah ada sianosis atau tidak. Jika lansia berkulit hitam atu gelap sebaiknya perawat melakukan pemeriksaan ditempat yang penerangan nya baik. Periksa tempat sianosis ditemukan apakah dibibir, kuku, daerah sirkumoral, tulang pipi, maupun cuping telinga.
d. Kaji kondisi lingkungan (misal kondisi udara) dan gaya hidup/ prilaku klien misal nya merokok ataupun penggunaan obat – obatan yang bisa menyebabkan vasokonstriksi.
e. Obseravasi manifestasi klinik dari kurangnya oksigen pada otak. Misalnya terjadi perubahan pada tingkat kesadaran, peningkatan kecepatan napas, penggunaan otot bantu pernapasan.
f. Palpasi dan perkusi dada adalah indikasi untuk mengkaji peningkatan traktil fremitus, penyimpangan pergerakan dada dan diafragma. Ketika melakukan auskultasi pada dinding dada, perawat sebaiknya memberika waktu/ menyuruh klien lansia untuk menarik napas dalam demi kenyamanan tanpa merasa pusing.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada lansia dengan gangguan pada sistem pernapasan : PPOM menurut Kushayadi , 2010 adalah sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan :
- Infeksi
- Trauma
- Kerusakan perseptual/ kognitif
- Bronkospasme
- Peningkatan produk secret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental
- Penurunan energy/ kelemahan

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan :
- Perubahan aliran darah
- Perubahan kapasitas angkut oksigen oleh darah.
- Perubahan supplay oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, dan jebakan udara)
- Kerusakan membrane alveo – kapiler.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :
- Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap makanan karena faktor biologis dan psikologis.
- Dispnea
- Kelemahan
- Efek samping obat
- Produksi sputum
- Anoreksia, mual/ muntah

d. Resiko Tinggi terhadap Infeksi berhubungan dengan faktor resiko :
- Kurangnya pengetahuan untuk menghindar dari lingkungan pathogen.
- Tidak adekuatnya pertahanan utama (kulit luka, penurunan kerja silia, menetapnya secret).
- Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada lingkungan).
- Proses penyakit kronis
- Malnutrisi

e. Kurang Pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, pengobatan berhubungan dengan :
- Kurang informasi/ tidak mengenal sumber informasi.
- Salah mengerti tentang informasi.
- Kurang mengingat/ keterbatasan kognitif.

Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul lansia dengan COPD/ PPOM (Gordon, 2002 dikutip dalam Meiner , 2006) adalah sebagai berikut :
a. Tidak efektinya kebersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan secret.
b. Kerusakan pertkaran gas berhubungan dengan perubahan supplai oksigen.
c. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan tidak efektifnya koping individual.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, sekunder dan penyakit kronik.
e. Defisit Pengetahuan: COPD berhubgan dengan kurang terpajannya informasi.
f. Tidak adekuatnya nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengunyah atau mencerna makanan ataupun untuk absorbs makanan.
g. Perubahan tingkat peran berhubungan dengan perubahan persepsi diri dan perubahan kapasitas fisik untuk melanjutkan peran.
h. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan kerusakan muskoskletal dan penurunan energi atau keletihan.
i. Ketidakmampuan untuk menahan ventilasi secara spontan berhubungan dengan kelemahan/ keletihan otot respirasi.
j. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supplai dan pertahanan oksigen.

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN dan perubahan fisiologis SISTEM respiratory PADA lansia"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...