Latest News

ASUHAN KEPERAWATAN dan perubahan fisiologis sistem pencernaan / gastrointestinal pada lansia

A. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Sistem Gastrointestinal pada lansia
Menurut Darmojo-R. Boedhi, H. Hadi Martono.1999, perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi pada sistem gastrointestinal akibat penuaan sebagai berikut :
1. Rongga mulut.
Gigi religi mulai banyak yang tanggal, disamping juga terjadi kerusakan gusi karena proses degenerasi. Kedua hal ini sangat mempengaruhi proses mastikasi makanan. Lansia mulai sukar, kemudian lama-kelamaan malas, untuk makan makanan berkonsistensi keras.
Kelenjar saliva menurun produksinya, sehingga mempengaruhi proses perubahan komplek karbohidratmenjadi disakarida (karena ensim ptialin menurun ) juga fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang, sehingga proses menelan lebih sukar. Pentol pengecap diujung lidah menurun jumlahnya, terutama untuk rasa asin, sehingga lansia cendrung untuk makan makanan yang lebih asin.

2. Faring dan Esophagus.
Banyak lansia sudah mengalami kelemahan otot polos sehingga proses menelan sering sukar. Kelemahan otot esofagus sering menyebabkan proses patologis yang disebut hernia hiatus.

3. Lambung.
Terjadi atrofi mukosa. Atrofi dari sel kelenjar, sel parietal dan sel chief akan menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan factor intrinsic berkurang. Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil sehingga daya tampung makanan menjadi berkurang.
Proses perubahan protein menjadi pepton terganggu. Karena sekresi asam lambung berkurang rangsang rasa lapar juga berkurang.

4. Usus halus.
Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang, sehingga jumlah vili berkurang dan selanjutnya juga menurunkan proses absorbs. Didaerah duodenum ensim yang dihasilkan oleh pancreas dan empedu juga menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti ini sering menyebabkan gangguan yang disebut sebagai maldigesti dan mal absorbs.

5. Pancreas.
Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase akan menurun sehingga kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga akan menurun. Pada lansia sering terjadi pancreatitis yang dihubungkan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula Vateri akan menyebabkan oto-digesti parenkim pancreas oleh ensim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam empedu.

6. Hati.
Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Disamping juga memegang peran besar dalam proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konyugasi bilirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia, secara histologik dan anatomic akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous. Hal ini akan menyebabkan penurunan fungsi hati dalam berbagai aspek yang telah disebut tadi. Hal ini harus diingat terutama dalam pemberian obat-obatan.

7. Usus besar dan rectum.
Pada usus besar kelokan-kelokan pembuluh darah meningkat sehingga motilitas kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan absorbs air dan elektrolit meningkat ( pada kolon sudah tidak terjadi absorbs makanan ). Feses menjadi lebih keras, sehinggs keluhan sulit buang air merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia.
Konstipasi juga disebabkan karena peristaltic kolon yang melemah gagal mengosongkan rectum. Proses defekasi yang seharusnya dibantu oleh kontraksi dinding abdomen juga seringkali tidak efektif karena dinding abdomen sudah melemah, walaupun demikian harus dicatat bahwa konstifasi tidak selalu merupakan keadaan fisiologik, dan asesmen yang teliti harus dilaksanakan sebelum menentukan penyebab konstifasi.

8. Imunitas gastrointestinal pada usia lanjut
System imun mucosal pada traktus gastrointestinal merupakan salah satu alat pertahanan primer tubuh manusia terhadap factor lingkungan yang masuk melalui mulut. Setiap saat, epitel saluran makan harus mengatasi intigen yang dapat mengganggu fungsi tubuh. Seolah-olah sebagai suatu pagar yang sangat selektif yang harus mampu memilih substansi pathogen dan antigen asing untuk segera ditolak, tetapi tetap menyerap bahan nutrisi yang diperlukan.
System imunitas ini berbeda dengan system imunitas sistemik. Factor penting yang sangat berpengaruh pada system imunitas terhadap infeksi pada orang tua adalah nutrisi. Walaupun masih memerlukan penelitian yang lebih luas, pada umumnya disepakati nutrisi yang kurang baik akan menyebabkan penderita menjadi lebih renta terhadap infeksi. Kontroversi yang sampai sekarang masih terjadi adalah tentang mekanisme terjadinya imunosenesens.
Imunosenesens adalah perubahan gradual pada system imun yang terjadi pada individu yang telah mencapai kematangn seksual. Perubahan ini berhubungan erat dengan proses involusi dan atrofi kelenjar timus.

B. Penyakit – Penyakit pada Sistem Gastrointestinal
1. Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histopatologik dapat dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, atas dasar: (Darmojo-R. Boedhi, H. Hadi Martono.1999).

2. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum dapat terjadi di esophagus, lambung dan duodenum. Sekitar 1/3 penderita dengan ulkus duodenum berusia diatas 60 tahun. Walaupun kadar asam lambung pada lansia sudah menurun, insidensi ulkus dilambung masih lebih banyak disbanding ulkus duodenum. Pria lebih banyak dibanding wanita (pada usia muda perbandingan wanita dan pria = 5-10:1).
Walaupun gejala pada banyak penderita lanjut usia mirip dengan yang terdapat pada usia muda, sebagian lainnya memberikan gejal tak spesifik, antara lain penurunan berat badan, mual dengan rasa tak enak diperut. Tingkat komplikasi pada usia lanjut cukup tinggi, pada saat ini 50% perforasi terjadi pada mereka yang berusia diatas 70 tahun.
Pada beberapa penderita, perforasi yang terjadi tidak memberikan gejala khas (silent). Diagnosis dibuat dengan melakukan pemeriksaan endoskopi atau radiografi dengan kontras barium.



3. Kanker
Kanker adalah penyakit yang mempengaruhi sel- sel, unit dasar kehidupan tubuh.
Macam- macam kanker disaluran gastrointestinal:
a. Kanker mulut
b. Kanker esophagus
c. Kanker lambung
d. Kanker colo-rectal

4. Sirosis bilier primer (Darmojo-R. Boedhi, H. Hadi Martono.1999).
Walaupun penyakit ini khas pada wanita usia pertengahan, kadang bisa dijumpai pada usia lanjut. Gambaran klinik yang sering dijumpai antara lain pruritus, pigmentasi kulit, sindroma malabsobsi, jari tubuh, pembesaran hati dengan tepi rata, splenomegali, dan lain-lain.
Beberapa penderita menunjukan gejala yang mengesankan terkenanya beberapa system lain antara lain: sindroma CRST ( calcinosis, raynaud’s disease, selerodactily and telangi-ectasia ), penyakit tiroid atau sindroma Sjogren.

5. Konstipasi
Konstipasi adalah keadaan buang air besar jarang, kurang dari 3 kali seminggu dengan tinja yang keras. Ada yang menyebutkan berkurangya buang air besar sebanyak 25% dari yang normal (H. Ali Sulaiman dkk,1997).

6. Hernia hiatal
Hernia hiatal adalah defek pada diafragma yang memungkinkan sebagian dari lambung menembus lubang diafragma kedalam dada yang secara umum tidak menimbulkan tanda atau gejala (Jaime l. stockslarger,2007)

C. Konsep Dasar Penyakit kanker
1. Pengertian
Kanker adalah penyakit yang mempengaruhi sel-sel, unit dasar kehidupan tubuh. Untuk mengerti segala tipe dari kanker, adalah berguna untuk mengetahui tentang sel-sel normal dan apa yang terjadi ketika mereka menjadi bersifat kanker.
Tubuh terbentuk dari banyak tipe-tipe dari sel-sel. Normalnya, sel-sel tumbuh, membelah, dan menghasilkan lebih banyak sel-sel ketika mereka diperlukan. Proses ini memelihara tubuh sehat dan berfungsi dengan baik. Adakalanya, bagaimanapun, sel-sel tetap membelah ketika sel-sel baru tidak diperlukan. Massa dari sel-sel ekstra (tambahan) membentuk suatu pertumbuhan atau tumor. Tumor-tumor dapat menjadi jinak atau ganas.
Tumor-tumor jinak adalah bukan kanker. Mereka biasanya dapat dikeluarkan atau diangkat dan, pada kebanyakan kasus-kasus, mereka tidak kembali. Sel-sel pada tumor-tumor jinak tidak menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Yang paling penting, tumor-tumor jinak adalah jarang suatu ancaman pada nyawa.
Tumor-tumor ganas adalah kanker. Sel-sel pada tumor-tumor ganas adalah abnormal dan membelah tanpa kontrol atau aturan. Sel-sel kanker ini dapat meyerang dan menghancurkan jaringan disekitar mereka. Sel-sel kanker dapat juga melepaskan diri dari suatu tumor ganas dan memasuki aliran darah atau sistim limfatik (jaringan-jaringan dan organ-orga yang menghasilkan, menyimpan, dan mengangkut sel-sel darah putih yang memerangi infeksi dan penyakit-penyakit lain). Proses ini, disebut metastasis, adalah bagaimana kanker menyebar dari tumor asal (primer) untuk membentuk tumor-tumor baru (sekunder) pada bagian-bagian lain tubuh.

Kanker yang mulai di esophagus (juga disebut esophageal cancer) dibagi kedalam dua tipe-tipe utama, squamous cell carcinoma dan adenocarcinoma, tergantung pada tipe dari sel-sel yang ganas. Squamous cell carcinomas timbul di sel-sel squamous yang melapisi esophagus. Kanker-kanker ini biasanya terjadi pada bagian atas dan tengah dari esophagus. Adenocarcinomas biasanya berkembang pada jaringan yang berkelenjar pada bagian bawah dari esohagus. Perawatan adalah serupa untuk kedua tipe-tipe dari kanker esophagus.
Jika kanker menyebar keluar dari esophagus, ia seringkali pertama pergi ke nodus-nodus limfa. Nodus-nodus limfa adalah struktur-struktur yang kecil berbentuk kacang yang adalah bagian dari sistim imun tubuh. Kanker mulut,kanker esofagus,kanker lambung, serta kanker kolo-rectal dapat juga menyebar ke hampir semua bagian lain tubuh, termasuk hati, paru-paru, otak, dan tulang-tulang.
Macam-macam kanker yang terjadi pada sistem gastrointestinal yang terjadi pada lansia:
a. Kanker mulut
Terkait dengan konsumsi alkohol maupun tembakau dan sebagian besar dijumpai pada individu berusia diatas 45 tahun. Sebagian besar kanker mulut berasal dari selsquamous, namun mungkin juga sel epitelial, basal, dan karsinoma lain metatastasis pada lokasi berdekatan atau leher relatif cepat dan pasien biasanya tidak menyadarinya, yang membuat kanker mulut sulit dideteksi pada tahap- tahap awal. Luka mulut atau leher membutuhkan evaluasi cermat dengan biopsi. Lesi premalignan (leukolakia, erythroplasia, eryhtroplakia) ditangani dengan biopsi, dan pasien diminta menghentikan konsumsi alkohol dan tembakau. Pemeriksaan mulut dan gigi serta higiene mulut yang baik dibutuhkan sebagai tindak lanjut pada pasien beresiko tinggi.


b. Kanker esofagus
Menurut Jaime L. Stockslager , 2007, kanker esofagus Paling umum terjadi pada usia 60 tahun, kanker esofagus hampir selalu berakibat fatal. Karena pasien biasanya asimtomatik selama stadium awal kanker esofagus, diagnosa umumnya terlambat sampai kanker telah menyebar atau tidak dapat direseksi. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, tetapi insidennya bervariasi secara geografis.
Tumor esofagus biasanya berjamur dan menjadi dan menginfiltrasi. Pada sebagian besar kasus, tumor tersebut memperkecil sebagian lumen esofagus. Metastasis regional terjadi dini melalui limfatik submukosa, tempat metastasis yang tidak umum mencakup tulang, ginjal, dan kelenjar adrenal.
Meskipun penyebab kanker esofagus tidak diketahui, beberapa faktor predosposisi telah diidentifikasi. Faktor-faktor ini mencakup iritasi kronis akibat merokok berat atau mengkonsumsi alkohol yang berlebihan.

c. Kanker lambung
Kanker lambung umumnya ditemukan pada semua ras diseluruh dunia, insiden kanker ini memperlihatkan perbedaan geografik, budaya, dan jenis kelaminyang tidak dapat dijelaskan. Meskipun penyebab kanker lambung tidak diketahui, faktor-faktor predisposisi, seperti gastritis disertai atrofi lambung dan ulkus lambung, meningkatka resiko terjadinya kanker ini.
Namun faktor diet juga sepertinya berpengaruh, misalnya jenis preparat dan pengawet makanan tertentu (khususnya makanan yang diasap, sayuran yang diasamkan dan ikan serta daging yang diasinkan) dan sifat fisik beberapa makanan yang meningkatkan resiko. Selanjutnya, konsumsi alkohol yang tinggi dan merokok meningkatkan kemungkinan mengalami kanker lambung.

d. Kanker kolo-rectal
Neoplasma viseral yang paling umum keduadi Amerika Serikat dan Eropa, kanker kolorektal menyerang pria dan wanita dalam jumlah yang sama tetapi paling umum menyerang orang di atas usia 40 tahun. Meskipun penyebab kanker kolorektal belum diketahui, penelitian menunjukkan insiden yang lebih besar pada daerah yang perkembangan ekonominya lebih tinggi, yang menunjukkan kaitannya dengan diet (lemak hewan yang berlebihan, terutama sapi dan diet rendah serat). Faktor-faktor lain mencakup saluran pencernaan, riwayat kolitis ulseratif, dan riwayat keluarga yang menderita penyakit tersebut.

2. Etiologi (H. Ali Sulaiman,Dkk,1997)
a. Kanker mulut dan kanker esofagus
1) Merokok
2) Minuman berakohol
3) Makanan

b. Kanker lambung
1) Faktor lingkungan
2) Faktor genetik
3) Makanan yang banyak mengandung garam

c. Kanker kolo-rectal
1) Faktor genetik
2) Diit banyak serat
3) Makanan yang tercemar zat-zat yang bersifat karsinogen
4) Penderita yang menderita kolitis ulserosa selama kurang lebih 20 tahun (50%)
5) Penderita yang menderita karsinoma payudara dan ovarium (8%)
3. Tanda dan gejala (Jaime L. Strcklager,2007)
a. Tanda dan Gejala kanker mulut:
1) Sulit mengunyah
2) Sulit menelan
3) Sulit membuka mulut
4) Terdapat luka

b. Tanda dan Gejala kanker esofagus:
1) Pada awalnya mengeluh disfagia ringan
2) Merasa penuh, merasa terdapat tekanan, tidak dapat menelan, atau merasa seprti terbakar di substernum
3) Mengeluh minta diberi antasida untuk meredakan gangguan pada GI
4) Penurunan berat badan
5) Suara serak
6) Batuk kronis (kemungkinan akibat aspirasi)
7) Anoreksia
8) Muntah
9) Perubahan penampilan stadium lanjut (kurus, kakheksia, dan dehidrasi)

c. Tanda dan Gejala kanker lambung:
1) Nyeri punggung
2) Nyeri epigastrik
3) Perasaan penuh, berat, dan distensi abdomen sedang setelah makan
4) Penurunan berat badan
5) Mual dan muntah
6) Muntah berwana kopi (jika tumor terletak di kardia)
7) Kelemahan dan keletihan
8) Disfagsia
9) Massa abdomen
10) Pembesaran kelenjar getah bening

d. Tanda dan Gejala kolo-rectal:
1) Feses berwarna hitam, anemia, nyeri pada abdomen, tekanan, serta kram tumpul.
2) Terjadi kelemahan, diare, konstipasi, anoreksia, penurunan berat badan, dan muntah.
3) Perdarahan rektal dan terjadi tekanan pada rectal
4) Merasapenuh pada rektal yang memburuk yang menjadi nyeri tumpul dan kadang-kadang nyeri konstan yang terbatas pada bagian rektum atau sacrum
5) Pelebaran vena pada abdomen
6) Bising usus yang tidak normal pada auskultasi abdomen
7) Terdapat massa abdomen saat di palpasi

4. Pemeriksaan Diagnostik (Jaime L. Stockslager,2007)
a. Pemeriksaan diagnostik pada kanker mulut:
1) Ultrasound
2) CT
3) magnetik resonance imaging (MRI)

b. Pemeriksaan diagnostik pada kanker esofagus:
1) Foto esofagus
2) Esofagoskopi
3) Bronkoskopi
4) Ultrasonografi endoskopik esofagus
5) CT scan
c. Pemeriksaan diagnostik pada kanker lambung:
1) Foto barium saluran GI
2) Gastroskopi
3) pemeriksaan stimulasi asam lambung
4) pemeriksaan darah
5) CT Scan

d. Pemeriksaan Diagnostik pada kanker kolo-rectal:
1) Pemeriksaan rektum digital dapat mendeteksi hampir 15% kanker kolorektal
2) Pemeriksaan darah samar dalam feses dapat mendeteksi darah dalam feses, yang merupakan tanda kanker rectal
3) Proktoskopi atau sigmoidoskopi dapat mendeteksi hampir 65% kanker kolorektal
4) Kolonoskopi
5) Pemeriksaan barium enema
6) CT Scan

5. Penanganan (Jaime L.Stockslager)
a. Penanganan pada kanker mulut
Pengobatan kanker mulut bergantung pada lokasi dan stadium tumor tersebut. Tumor stadium awal biasanya ditangani dengan radiasi atau pembedahan. Sedangkan kanker yang invasif membutuhkan keduanya yaitu radiasi dan pembedahan sedangkan tumor stadium lanjut diterapi dengan obat yang meringankan penderitaan namun obat ini tidak menyembuhkan (palliatif).

b. Penanganan pada kanker esofagus
Kanker esofagus bisanya dalam keadaan stadium lanjut saat didiagnosis, sehingga pembedahan dan terapi lainnya hanya dapat meredakan efek penyakit. Terapi paliatif terdiri atas terapi untuk mempertahankan esofagus tetap terbuka, yang mencakup dilatasi esofagus, terapi laser, dan pemasangan selang prostetik untuk mengukur tumor.
Pasien dapat dipasang prostetik untuk menyumbat fistula yang terjadi. Pasien juga dapat diberikan terapi laser endoskopik dan elektrokoagulasi bipolar untuk memperbaiki proses menelan dengan menguapkan jaringan kanker.

c. Penanganan pada kanker lambung
Pembehan untuk mengangkat tumor merupakan penanganan pilihan pada banyak kasus. Eksisi lesi dengan margin yang tepat dapat dilakukan pada lebih dari satu pertiga pasien. Sifat dan luasnya lesi menentukan tipe pembedahan, yang meliputi gastroduodenostomi, gastroyeyunostomi, reseksi lambung parsial, atau gastrektomi total. Jika metastasis telah terjadi, omentum dan limpa mungkin harus diangkat juga.

d. Penanganan kolo-rectal
Penanganan yang paling efektif untuk kanker kolorektal adalah pembedahan untuk mengangkat tumor ganas tersebut dan jaringan yang berdekatan, bersamaan dengan kelenjar getah bening yang mungkin mengandung sel-sel kanker. Setelah pembedahan, penanganan diteruskan dengan kemeotrapi, terapi radiasi, atau keduanya.
Untuk tumor rektum bagian atas, pembedahan biasanya mencakup reseksi bagian anterior. Metode baru dengan menggunakan stepler, yang memungkinkan reseski lebih ke bawah dibandingkan dengan yang dapat dilakukan sebelumnya. Tumor pada rektum bagian bawah memerlukan reseksi abdominoperineal dan kolostomo sigmoid permanen.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT
DENGAN KANKER SALURAN PENCERNAAN

A. Pengkajian
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : Gangguan pola tidur, insomnia dini hari, kelemahan, perasaan hyper atau ansietas, peningkatan aktifitas atau pertisifasi dalam latihan energy tinggi.
Tanda : Periode hyperaktifitas, latihan keras terus menerus

2. Sirkulasi
Gejala : Perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat
Tanda : TD rendah, Takikardi, Bradikardi, Distritmia

3. Integritas ego
Gejala : Ketidakberdayaan atau putus asa, gangguan (tak nyata) gambaran diri, melaporkan diri sendiri sebagai orang gendut dan terlihat tebalnya tubuh yang sangat berlemak, terus menerus memikirkan bentuk tubuh dan berat badan, takut berat badan meningkat atau menurun, harapan diri tinggi, marah ditekan.
Tanda : Status emosi defresi, menolak, marah, ansietas.

4. Eliminasi
Gejala : Diare atau konstifasi

5. Nyeri abdomen tak jelas dan distress, kembung

6. Penggunaan laktasif atau deuretik

7. Makanan dan cairan
Gejala : Lapar terus menerus atau menyangkal lapar, napsu makan normal atau meningkat (kadang menghilang sampai gangguan lanjut).
Tanda : Penurunan berat badan 15% atau lebih dibawah yang diharapkan (anoreksia) atau berat badan dapat normal atau sedikit dibawah, penampilan kurus kulit kering, kuning atau pucat, dengan turgor buruk, pembengkakan kelenjar salipa, luka, implamasi rongga mulut, luka tenggorokan terus menerus.

8. Hygien
Tanda : Rambut dangkal atau tak bersinar, kuku rapuh, kondisi gigi buruk.

9. Neurosensori
Tanda : Afek depresi (mungkin depresi), perubahan mental (apatis, bingung, gangguan memori) karena malnutrisi atau kelaparan.

10. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.

11. Keamanan
Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya proses infeksi (indikasi penekanan system imun), eksem atau masalah kulit lain.




12. Interaksi social
Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, rasa takberdaya, menolak teman atau kontak social.

13. Seksualitas
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut, menyangkal atau kehilangan minat social.
Tanda : Atropi payudara, amenorea.

B. Diagnose keperawatan
Diagnose untuk pasien usia lanjut pada kanker mulut meliputi:
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan menelan.
2. Gangguan struktur tubuh berhubungan dengan kesulitan menerima perusakan bentuk mulut sesudah operasi yang sekunder
3. Ketertarikan pembedahan berhubungan dengan hasil diagnosa kanker

Diagnose untuk pasien usia lanjut pada kanker esophageal meliputi:
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan gizi yang tidak cukup oleh karena dysphagia
2. Nyeri berhubungan dengan proses menelan
3. Resiko aspirasi yang berhubungan dengan sumbatan di esofagus
4. Ketakutan berhubungan dengan ramalan tidak pasti, perusakan fungsi tubuh, dan hilangnya kemampuan untuk makan

Diagnose untuk pasien usia lanjut pada kanker lambung meliputi:
1. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek merugikan pada GI.
2. Keletihan yang berhubungan dengan anemia
3. Ansietas yang berhubungan dengan diagnosis kanker

Diagnose untuk pasien usia lanjut pada kanker kolo-rectal meliputi:
1. Konstipasi yang berhubungan dengan adanya tumor kanker pada area kolon aatau rectum
2. Diare yang berhubungan dengan adanya tumor kanker pada area kolon atau rectum
3. Ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan kanker kolorektal berulang atau metastasis

C. Intervensi
Intervensi keperawatan kanker mulut
1. Ilmu gizi cukup.
2. Promosi tentang kesehatan mulut.
3. Memfasilitasi pasien untuk berkomunikasi.

Intervensi Keperawatan esofagus (Jaime L. Stockslager,2007)
1. Pantau asupan makanan dan cairan pasien
2. Berikan periode istiahat sebelum makan
3. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
4. Tempatkan pasien pada posisi fowler ketika makan.
5. Berikan analgetik yang diprogramkan untuk meredakan nyeri bila diperlukan
6. Lindungi pasien dari infeksi
7. Pantau TTV, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta asupan dan haluran
8. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi kegiatan dan tindakan keperawatan yang akan meningkatkan kenyamanan dan relaksasi pasien
9. Anjurkan pasien untuk istirahat di antara aktivitas dan menghentikan semua aktivitas yang melelahkan atau menyebabkan nyeri.

Intervensi Keperawatan lambung (Jaime L. Stockslager,2007)
1. Berikan diet TKTP serta suplemen diet, seperti vitamin dan zat besi
2. Pantau asupan nutrisi pasien
3. Timbang berat badan pasien secara teratur
4. Berikan antisida untuk meredakan nyeri epigastrik dan asam lambung
5. Berikan analgetik opoid untuk meredakan nyeri
6. Berikan steroid atau antidepresan
7. Libatkan paien dan anggota keluraga pasien dalam mengambil keputusan terkait dengan perawatan pasien.

Intervensi Keperawatan kolo-rectal (Jaime L. Stockslager,2007)
1. Siapkan pasien untuk pembedahan, sesuai indikasi
2. Pantau pola defekasi pasien
3. Pantau modifikasi diet pasien dan keadekuatan asupan nutrisinya
4. Perhatikan adanya reaksi yang merugikan, seperti mual, muntah, dan malaise
5. Dengarkan ketakukan dan kekhawatiran pasien, dan temani pasien selama periode stres dan cemas berat
6. Libatkan pasien dan anggota keluarganya dalam mengambil keputusan
7. Dorong pasien untuk mengidentifikasi tindakan keperawatan yang akan meningkatkan kenyamanan dan relaksasinya

D. Perencanaan
Hasil yang diharapkan untuk klien yang lebih tua dengan kanker esophageal meliputi:
1. Menstabilkan berat beban dan memenuhi nutrisi pada usia lanjut.
2. Nyeri klien berkurang pada waktu menelan sehingga nutrisinya bisa tetap terjaga.
3. Menyatakan ketakutan secara lisan berhubungan dengan hasil diagnosa dan ramalan.

E. Evaluasi
Evaluasi meliputi dokumentasi pada usia lanjut tentang penjelasan dan pencegahan yang telah dijelaskan serta tingkat pengertian pada usia lanjut tersebut.

F. Contoh kasus dari kanker esophageal.
Mr. E berumur 65 tahun adalah seorang pensiunan veteran dan ia seorang pasien rawat jalan klinik satelit. Dia mengalami keluhan dysphagia. Pada 4 bulan yang lalu ia mempunyai kesukaran untuk menelan makanan padat. Oleh sebab itu, ia hanya makan makana yang lembut, kemudian makanan cair. Tetapi pada bulan ini ia mengalami kesulitan untuk menelan. Ia melaporkan peristiwa ini pada malam hari minggu yang lalu. Gejala lain meliputi hilangnya 2 kg berat badan dan kelemahan dari bulan lalu. Mr. E dengan rasa malu mengakui bahwa ia masih merokok, tetapi telah mengurangi dari dua bungkus rokok menjadi satu bungkus rokok perharinya. Sebagai tambahan, ia mengakui masih mengkonsumsi bir dan minuman keras, walaupun ia telah mengurangi jumlah dari minuman tersebut dari tahun lalu.
Tim medis tidak bisa berkomentar dengan kondisinya, kecuali melakukan pemotongan dua jari pada tangan kanan nya. Dia hidup dengan seorang putrinya dan negaranya meyakinkan dia untuk datang klinik ketika ia tidak makan apapun pada malam hari.
Dia masih dapat dibangunkan dengan baik. Temperaturnya 98' F atau 36.6° C, denyut nadinya kurang dari normal, tekanan darahnya 120/82 mmHg. Pemeriksaannya tidak mengungkapkan kelainan kecuali pertumbuhan gigi lemah. Ia dijadwalkan untuk suatu endoscovy hari berikutnya. Ia kembali ke klinik 1 minggu kemudiannya untuk mendapatkan hasilnya, dan hasil diagnosanya adalah kanker esophageal.

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN dan perubahan fisiologis sistem pencernaan / gastrointestinal pada lansia"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...