Latest News

Asuhan Keperawatan dan perubahan fisiologis sistem muskuloskeletal pada Lansia

Asuhan Keperawatan dan perubahan fisiologis sistem muskuloskeletal pada Lansia
A. Perubahan Struktur dan Fungsi Sistem Muskuloskeletal pada lansia
Sistem muskuloskeletal banyak dipengaruhi oleh proses penuaan. Penurunan massa dan kekuatan otot terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu. Jumlah sel otot yang berkurang, dan digantikan oleh jaringan ikat fibrosa. Akibatnya, massa otot dan dan tulang terjadi penurunan . Elastisitas ligamens, tendon, dan tulang rawan menurun, seperti halnya massa tulang, yang menyebabkan tulang lemah. Disk intervertebralis kehilangan air, menyebabkan penyempitan ruang tulang belakang, penyusutan ini dapat mengakibatkan hilangnya 1,5 sampai 3 inci tinggi. Kurva lordotic atau cembung dari rata kembali, dan keduanya fleksi dan ekstensi dari punggung bawah mengalami penurunan. Postur dan mengubah gaya berjalan. Postur, sebagai akibat dari perubahan dalam tulang belakang, mengasumsikan posisi fleksi. Perubahan dalam hasil sikap dalam pergeseran pusat gravitasi. Pada pria, gaya berjalan yang menjadi kecil melangkah dengan sikap yang berbasis lebih luas. Perempuan menjadi busur berkaki, dengan basis berdiri sempit, dan berjalan dengan gaya berjalan waddling. Ini belum terbukti baik akibat langsung dari proses penuaan atau hasil dari keausan pada sendi. (Meiner, 2006)
Semua perubahan yang disebutkan dapat menyebabkan rasa sakit, mobilitas terganggu, defisit perawatan diri, dan meningkatkan risiko jatuh untuk lansia. Sekitar sepertiga dari jumlah tersebut usia 65 tahun atau lebih telah jatuh setiap tahun. Pengalaman jatuh menyebabkan takut jatuh. Penelitian yang sedang berjalan telah mendokumentasikan bahwa beberapa penyakit dan penurunan sistem muskuluskeletal dapat dikurangi atau dicegah melalui penggunaan program rutin latihan aktif dan memperkuat otot resistif. (Meiner, 2006)
1. Sistem skeletal
Penurunan progresif dalam tinggi badan adalah hal yang universal terjadi diantara semua ras dan pada kedua jenis kelamin dan terutama ditujukan pada penyempitan pada diktus ntervertebrata dan penekanan pada kolumna spinalis. Bahu menjadi lebih sempit dan pelvis menjadi lebih lebar, ditunjukan oleh peningkatan diameter anteroposterior dada.(Stanley, 1999)
Ketika manusai mangalami penuaan, jumlah massa otot tubuh mengalami penurunan. Hilangnya lemak subkutan perifer cenderung untuk mempertajam kontur tubuh dan menperdalam cekungan disekitar kelopak mata, aksila, bbahu dan tulang rusuk. Tonjolan tulang (vertebra, Krista iliaka, tulang rusuk, scapula) menjadi lebih menonjol. (stanley, 1999)

2. Sistem muskular
Kekurangan muscular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan gaya hidup dan penurunan pengunaan system neuromuscular adalah penyebab utama untuk kehilangan kekurangan otot. Kerusakan otot terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara umum pada organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan otot melambat dengan penambahan usia daan jaringan atrofi diganti jaringan fibrosa. (stanley, 1999)

3. Sendi
Secara umum terdapat kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi – sendi yang menahan berat, dan pembentukan tulang dipermukaan sendi. Komponen – komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat secara progresif yang tidak dipakai lagi, mungkin menyebablkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan deformitus. (stanley, 1999)

B. Masalah – Masalah Umum yang Sering Terjadi pada Sistem Muskuloskeletal
Masalah – masalah yang umum sering terjadi pada sistem muskuluskletal sangat banyak tapi kelompok hanya membahasan beberapa masalah yang sering terjadi diantaranya sebagai berikut :
1. Rhematik
Rhematik diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu Rhematoid Artritis (RA), osteoartritis, ghouty artritis.
a. Rhematoid Artritis (RA)
1) Pengertian
Rheumatoid Artritis (RA) adalah penyakit peradangan inflamasi, sitemik, dan kronik. Menyebabkan kerusakan dan kelainan bentuk sendi . serangan penyakit ini umumnya terjadi dalam 3 sampai 4 dasawarsa.(Stanley, 1999)
Atritis reumatoid adalah inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan dan deformitas. (kushariyadi, 2010)

2) Etiologi
Penyebab rheumatoid artritis (RA) tidak diketahui. Ada teori mengatakan penyebabnya dari teori autoimun menyebabkan inflamasi paling sering pada sendi tapi kadang – kadang juga pada jaringan penyambung. Sendi yang terkena paling sering pada interfalang proksimal, matakarpal palanng, pergelanangan (pada penyakit stadium lanjut) lutut dan tulang paha. (Stanley, 1999)

3) Patofisiologi
Penyakit inflamasi artikula yang paling sering pada lansia, RA adalah suatu penyakit kronis sistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan dan di tandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diatrodial dan struktur yang berhubungan. RA sering di sertai dengan nodul-nodul delmatoid, arthritis, neuropati, sklerisis, ferikarditis, limphadeopati, stenomegali. RA di tandai dengan periode-periode remisi dan bertambah parahnya penyakit. (Stanley, 1999)

4) Manifestasi klinis
Pada lansia, RA dapat di golongkan ke dalam tiga kelompok. Kelompok 1 adalah RA klasik. Sendi-sendi pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat. Terdapat factor rheumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong kearah kerusakan sendi yang progresif.
Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi kriteria dari American rheumatologic association untuk RA karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
Kelompok 3, sinovitis terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan panggul. Awitannyamendadak, sering di tandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrom cartal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat di kendalikan secara baik dengan menggunakan prepnison dosis rendah atau agen antiinflamasi yang memiliki prognosis yang baik. (Stanley, 1999)
Jika tidak di istirahatkan, RA akan berkembang menjadi 4 tahap :
a) Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi bukti osteoporosis mungkin ada.
b) Secara radiologis, kerusakan tulang pipi atau tulang rawan dapat di lihat. Klien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
c) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerudsakan kartilago dan tulang.
d) Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya immobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti nodula-nodula mungkin terjadi.

5) Penatalaksanaan
Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis di buat dan termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agen antiinflamasi, obat yang dapat di lihat adalah aspirin. Namun efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet per hari, yang dapat menyebabkan gejala system gastrointestinal dan system saraf pusat. Obat antiinflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetepi di anjurkan untuk menggunakan dosis yang di rekomendasikan oleh pabrik atau pemantauan efek samping secara hati-hati sangat perlu di lakukan. Tetapi kortikosteroid yang di infeksi melalui sendi mungkin di gunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Infeksi secara cepat di hubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya injeksi yang di berikan ke dalam sendi apapuntidak boleh di ulangi lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya untuk satu sampai enam bulan. (Stanley, 1999)
Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat alami RA kronis dan kelompok serta tahapan-tahapan yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk mensegah deformitas sendi, suatu program aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi. (Stanley, 1999)


b. Osteoartritis
1) Pengertian
Osteoartritis atau sering disebut juga penyakit sendi degeratif adalah sebuah penyakit sendi non inflamasi yang dikarakteristikkan sebagai kemunduran tulang rawan artikular yang progresif dengan pembentukan tulang baru diruas sendi. Ini adalah tipe artritis yang paling umum terjadi pada lansia. (Meiner, 2006)

2) Etiologi
Penyebab pasti dari osteoatritis sulit diketahui nsecara pasti.degerasi dari sendi tidak disebabkan oleh proses dari penuaan itu sendiri. Umur, trauma, gaya hidup, obesitas dan genetik merupakan faktor – faktor predisposisi dalam perkembangan dari osteoartritis.
Di osteoartritis, tulang rawan menipis dan hilang. Saat tulang rawan sendi hilang, dua permukaan tulang ketemu satu sama lain, akibatnya sendi akan terasa nyeri. Interfalang distal, interfalang proksimal, lutut, tulang paha, tulang punggung adalah yang paling umum dipengaruhim oleh osteoartritis.
Gejala paling umum adalah serangan berangsur – angsur dari nyeri sendi. Nyeri terjadi saat aktivitas dan dapat dihilangkan dengan istirahat. (Stanley, 1999)

3) Patofisiologi
Osteoartritis (juga disebut penyakit degenerative sendi, hipertrofi arthritis, arthritis senescent, dan osteoartrosis) adalah gangguan yang berkembang secara lambat, tidak simetris, dan non inflamasi yang terjadi pada sendi – sendi yang dapat digerakkan, khusus pada sendi – sendi yang menahan berat tubuh. Osteoarthritis ditandai oleh degenerasi kartilago sendi dan oleh membentukan tulang baru pada bagian pinggir sendi. Kerusakan pada sendi – sendi akibat penuaan diperkirakan memainkan suatu peran penting dalam perkembangan osteoarthritis. Perubahan degenerative menyababkan kartilago yang secara normal halus, putih, tembus cahaya manjadi buram dan kuning, dengan permukaan yang kasar dan area malacea (pelunakan). Ketika lapisan kartilago menjadi lebih tipis, permukaan tulang tumbuh semakin dekat satu sama lain. Inflamasi sekunder dari membrane sinovial mungkin mengikuti. Pada saat permukaan sendi menipiskan kartilago, tulang sukondrial meningkat kepadatanya dan menjadi sklerosis. (Stanley, 1999)

4) Manifestasi klinis
Nyeri, kekakuan, hilangnya gerakan, penurunan fungsi, dan deformitas sendi secara khas dihubungkan dengan tanda – tanda inflamasi seperti nyeri tekan, pembengkakan, dan kehangatan. Klien mungkin positif mempunyai riwayat trauma, pengunaan sendi berlebihan, atau penyakit sendi sebelumnya.
Pada awalnya, nyeri terjadi bersama gerakan kemudian nyeri juga dapat terjadi pada saat istirahat. Pemeriksaan menunjukan adanya daerah nyeri tekan krepitus, berkurangnya rentang gerak, seringnya pembesaran tulang, dan taanda-tanda inflamasi pada saat –saat tertentu. Peningkatan rasa nyeri di iringi oleh kehilangan fungsi progresif keseluruhan koordinasi dan postur tubuh mungkin terpengaruh sebagai hasil dari nyeri dan hilangnya mobilitas nodus heberden, walaupun tidak terbatas pada lansia semua manifestasi osteoarthritis yang sering terjadi.pertumbuhan berlebihan dari tulang yang reaktif terletak pada bagian distal sendi-sendi interfalang. Nodus heberden merupakan pembengkakan yang dapat di palpasi yang sering di hubungkan dengan fleksi dan defiasi lateral dari bagian distal tulang jari. Nodus ini mungkin menjadi nyeri tekan, merah dan bengkak, sering di mulai dari satu jari dan menyebar ke jari yang lain. Pada umumnya tidak ada kehilangan fungsi, tetepi klien sering merasa tertekan sebagai akibat dari perubahan bentuk yang terjadi. (Stanley, 1999)

5) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan kronis ini di mulai dengan menemukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang mungkin ikut berperan terhadap tekanan pada sendi yang sakit, memberikan alat bantu pada klien, untuk mengurangi beban berat pada sendi yang sakit, mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ini, dan merencanakan penatalaksanaan nyeri yang sesuai. Jika fisioterapi dan alat bantu tidak mendorong kearah perbaikan yang berarti dan nyeri yang telah melumpuhkan, operasi penggantian sendi mungkin di indikasikan.(Stanley, 1999)
c. Gout artritis
1) Pengertian
Gout adalah pemyakit serangan akut dari nyeri artritis yang terjadi sebagai hasil dari peningkatan asam urik serum. Selama serangan gout akut, inflamasi tualng sendi disebabkan adanya kristal – kristal urate sodium pada tulang sendi. gout diklasifikasikan menjadi 2 yaitu gout primer dan gout acquired. Gout primer adalah penyakit bawaan sejak lahir dari metabolisme purine sedankan out acquired adalah disebabkan oleh medikasi yang mempengaruhi sekresi dari asam uric. Yang termasuk dalam medikasi ini adalah golongan deuretik thiazide seperti hidroklorothiazide. Gout biasanya terjadi pada usia pertengahan atau juga dapat mempengaruhi pada lansia. Prevalensi gout lebih sering terjadi pada laki – laki dari pada wanita.( Meiner, 2006)
Gout adalah penyakit yang sering di temukan dan tersebar di seluruh dunia. Artritis merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi distal monosodium urat pada jaringan pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam saluran ekstraseluler. Manifestasi klinis deposisi urat meliputi artritis gout akut, akumulasi kristal pada jaringan merusak tulang (tofi), batu asam urat yang jarang adalah kegagalan ginjal (gout nefrofati). Gangguan metabolisme yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia yang di defenisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl. (Aru W.Sudoyo.dkk 2006).

2) Epidemiogi
Gout merupakan penyakit dominan pada dewasa. Sebagaimana yang di sampaikan oleh hippocrates bahwa gout jarang pada pria sebelum masa remaja (adolescens) sedangkan pada perempuan jarang sebelum menopouse. Pada tahun 1986 di laporkan prevalensi gout di amerika serikat adalah 13.6/1000 pria dan 6.4/1000 perempuan. Prevalensi gout bertambah dengan meningkatnya taraf hidup. Prevalensi di antara pria afrikan american lebih tinggi di bandingkan dengan kelompok pria caucasian. Di indonesia belum banyak publikasi epidemiologi rentan artritis pirai (AP). Pada tahun 1935 seorang dokter kebangsaan belanda bernama Van der horst telah melaporkan 15 pasien artritis pirai dengan kecacatan (lumpuhkan anggota gerak) dari suatu daerah di jawa tengah. Penelitian lain mendapatkan bahwa pasien gout yang berobat, rata-rata sudah mengidap penyakit selama lebi dari 5 tahun. Hal ini mungkin di sebabkan banyak pasien gout yang mengobati sendiri (self medication ). Satu studi yang lama di massachusetts (framingkkm study) mendapatkan lebih dari 1% dari populasi dengan kadar asam urat kurang dari 7 mg/100ml pernah mendapat serangan artritis gout akut. ( Aru W. Sudoyo, dkk.2006)

3) Manifestasi
Manifestasi klinik gout terdiri dari artritis gout akut, intelklitikal gout dan gout menahun. Ketiga stadium ini merupakan stadium yang klasik dan didapat diposisi yang kristal urat.
a) Stadium artritis gout akut
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala – gejala apa – apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartrikuler dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, dan menggil dan merasa lelah.
b) Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritik asimtomatik. Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda – tanda radang akut namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat.
c) Stadium artritis gout menahun
Stadium ini umumnya pada pasien mengobati sendiri sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan terdapat poliartrikuler. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang – kadang dapat timbul infeksi sekunder.

4) Penatalaksanaan
Secara umum penanganan artritis gout adalah memberika edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan di lakukan secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain, misalnya opada ginjal. Pengobatan artritis gout akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obat, antara lain kolkisin, obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS), Kortikosteroid, atau hormon ACTH. Obat penurun asam urat seperti arupurinol atau obat urikosurik tidak boleh di berikan pada stadium akut. Namun pada pasien yang telah rutin mendapat obat penurun asam urat, sebaiknya tetap di berikan. Pemberian OAINS dapat pula di berikan. Dosis tergantung dari jenis OAINS yang di pakai. Di samping efek anti inflamasi obat ini juga mempunyai efek analgetik. Jenis OAINS yang banyak di pakai pada artriris gout akut adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150/200 mg/hari selama 2-3 hari dan di lanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu berikutnya atau sampai nyeri atau peradangan berkurang. Kortikosteroid dan ACTH di berikan apabila kolkisin dan OAINS tidak efektif atau merupakan kontraindikasi. Pemakaian kortikosteroid pada gout dapat di berikan oral atau parenteral. Indikasi pemberian adalah pada artritis gout akut yang mengenai banyak sendi (poliartikular). Pada stadium interkritik dan menahun tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat di lakukan dengan pemberian diet rendah purin dan pemakaian obat alupurinol bersama obat orikusurik yang lain. ( Aru W.Sudoyo.2006).

2. Osteoporosis
1) Pengertian
Osteoporosis pada umumnya adalah tentang penyakit rapuh tulang dan dibedakan oleh pengurangan massa dan kekuatan tulang.
Tulang terus-menerus memperbaiki diri dan proses melindungi tulang tetap konstan. Sel tulang yang tua diabsorbsi oleh osteoklas dan sel tulang yang baru dibentuk osteoblast. Proses lengkap remodeling membutuhkan waktu 4-8 bulan. Massa tulang dibentuk saat usia masih muda dengan berat jenis mineral tulang (BMD = bone mineral density) meningkat sampai kira – kira usia 30 tahun, massa tulang dicapai. ( Stanley, 1999)
Apapun yang berkaitan dengan proses normal remodeling tulang dapat menjadi penyebab dari perkembangan osteoporosis. Kondisi yang berkonstribusi dengan proses ini termasuk gagal ginjal dan penyakit endokrin seperti hipertiroid dan hiperparatiroid. Faktor risiko lain termasuk hereditas dan genetik, faktor gaya hidup dan usia. Dengan osteoporosis perubahan dalam proses remodoling terjadi dan kecepatan resobsi tulang melebihi kecepatan pembentukan tulang yang baru, menunjukan berkurangnya massa tulang. (Stanley, 1999)
Osteoporosis diklasifikasikan menjadi primary osteoporosis dan secondary osteoporosis. Meskipun penyebab dari primary osteoporosis telah diketahui secara pasti, ia selanjutnya diklasifikasikan kedalam tipe I ( post menopouse ) dan tipe II ( pengaruh usia ). Osteoporosis tipe I dihubungkan kepada kekurangan estrogen saat menopouse dan terdapat pada wanita antara usia 51-75 tahun. Pada tipe I tulang trabercular pada column vertebrata, pinggul, dan pergelangan tangan melemah. Karena osteoporosis tipe I dihubungkan denagndefisiensi estrogen, ia hadir 6 kali lebih sering pada wanita daripada lelaki. Osteoporosis tipe II terjadi pada wanita dan lelakisaat usia lebih dari 70 tahun dan produksi secara berangsur-angsur pada kortek tulang. Karena kortek tulang memberikan dukungan pada tubuh, melemahnya pada tulang menjadi faktor predisposisi pada frsktur panggul. Usia dihubungkan dengan berubahnya dalam sintesa vit. D yang berakibat pada berkurangnya absorbsi kalsium yang dapat menjadi penyebab terjadinya osteoporosis tipe II.
Secondary osteoporosis, terjadi dalam 15% kasus. Adalah akibat dari penyakit seperti hipetiroid, hiperparatiroid, penyakit gastrointestinal, neoplasma dan alkohol. Penggunanaan jangka lama cortikostreroid, methotrexate, aluminium-containing acid, phenytoin dan heparindapat mengakibatkan secondary osteoporosis.
Tentunya faktor resiko dari perkembangan osteoporosis dapat diidentifikasi. Faktor resiko dapat dimodifikasi dengan mengubah gaya hidup meliputi intake kalsium, olahraga, merokok, mengkonsumsi alkohol. Usia, ras, jenis kelamin, kerangka tubuh, merupakan faktor resiko yang tidak dapat diubah. Perawat dapat memberikan penkes pada klien tentang faktor resiko, menhganjurkan untuk mengubah gaya hidup, dan nutrisi. 3 kunci sukses pencegahan osteoporosis adalah diet yang tepat, olahraga, dan mengubah gaya hidup.

2) Patofisiologi
Osteoporosis adalah suatu kondisi penurunan massa tulang secara keseluruhan, merupakan suatu keadaan tidak mampu berjalan / bergerak, sering merupakan penyakit tulang yang menyakitkan yang terjadi dalam proporsi endemic. Walaupun osteoporosis serimg terjadi pada wanita, pria juga berisiko untuk mengalami osteoporosis. Hilangnya substansi tulang menybabkan tulang manjadi lemah secara mekanis dan cenderung untuk mengalami fraktur akibat trauma minimal. Ketika kemampuan Manahan berat badan normal menurun atau tidaka da sebagai konsekuensi dari penurunan atau gangguan mobilitas, akan terjadi osteoporosis karena tulang ynag jarang digunakan. Aktivitas asteoklastik reabsorbsi tulang dan pelepasan kalsium dan fosfor kemudian dipercepat. (Stanley, 1999)

3) Manifestasi klinis
Fraktur – fraktur primer yang paling sering ditemukan pada klien dengan osteoporosis adalah fraktur vertebra, fraktur tulang panggul, dan fraktur lengan bawah. Fraktur ini tarjadi salah satunya akibat dari stress cedera yang berulang – ulang atau akibat trauma akut, yang mungkin memperberat mikro fraktur ini. Sebagai konsekuensinya, tidak diketahui dengan pasti factor apa yang memulai terjadinya fraktur panggul. Fraktur osteoporosis cenderung barkelompok, dan kejadian satu jenis fraktir pada umumnya menunjukan bahwa seorang pasien berisiko tinggi mengalami fraktur pada lokasi yang lain.
Fraktur vertebra dan lengan bagian bawah cenderung terjadi lebih awal dalam hidup dibandingkan fraktur panggul. Fraktur membatasi mobilitas dan menempatkan pasien pada risiko tinggi untuk mengalami kemunduran status fungsional dan perkembangan komplikasi selanjutnya akibat keterbatasan mobilitas. (Stanley, 1999)

4) Insiden
Perkembagana osteoporosis searing dimulai pada usia muda dan dipengaruhi oleh perubahan endokrin dan metabolisme juga oleh efek pada tulang yang berhubungan dengan usia dan terkait jenis kelamin. Factor – factor yang mempengaruhi pencapaian dan pemeliharaan puncak massa tulang terjadi setelah maturitas skeletal ( misalnya : ras, jenis kelamin, dan heriditas) juga menentukan siapa yang berisiko untuk mengalami osteoporosis. Wanita pascameneopauce berkulit putih yang langsing paling peka terkana osteoporosis.
Meskipun demikian, sekitar 30% dari wanita yang berusia diatas 60 tahun mengalami osteoporosis klinis. Massa tulang menurun sekitar 2 – 3 % pertahun pada wanita setelah menepouse. Hilangnya massa tulang terus terjadi tanpa diketahui sampai fraktur terjadi. (Stanley, 1999)

5) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan untuk osteoporosis termasuk pencegahan melalui pendidikan kesehatan dengan menekankan pada pengurangan fraktur risiko, asupan kalsium dan nutrisi yang adekuat, aktivitas fisik dan terapi sulih hormone.
Lansia yang tinggal diinstitusi, yang mengalami gangguan mobilitas, terutama sangat rentan osteoporosis meningkat dengan cepat dari hari ketiga sampai minggu ketiga dari immobilisasi dan mencapai puncaknya selama minggu keliama atau keenam. Namun, dengan ambulasi, mineral tulang disimpan kembali dengan kecepatan hanya !% setiap bulanya, tekankan pentingnya pencegahan kehilangan awal. (Aru W. Sudoyo, 2006)

6) Komplikasi osteoporosis
Fraktur terutama yang berhubungan dengan osteoporosis, dianggap sebagai penyebab utama morbiditas dan disabilitas pada usia tua.
a. Fraktur kompresi vertebra
Fraktur kompresi ini dapat terjadi setelah trauma minimal, seperti melepaskan kancing pada bagian punggung, membuka jendela, atau bahkan merapikan tempat tidur.
Fokus dari perawatan untuk fraktur kompresi akut adalah mengurangi gejala sesegera mungkin dengan tirah baring pada posisi apapun yang mampu memberikan kenyamanan maksimum. Relaksan otot, seperti panas dan analgetik dapat digunakan jika ada indikasi yang berfungsi untuk mengurangi spasme otot yang sering menyertai fraktur-fraktur ini.
b. Fraktur panggul
Klien lansia biasanya mengalami cedera ini karena jatuh. Tipe cedera ini diperhitungkan dapat menimbulkan 5-20% kematian diantara lansia akibat fraktur. Fraktur panggul dalah hal yang tidak menyenangkan karena fraktur tersebut dapat menyebabkan cedera intraabdomen yang serius.
c. Fraktur Pinggul
Manifestasi klinis dari fraktur pinggul adalah rotasi eksternal, pemendekan ekstremitas yang terkena, dan nyeri berat serta nyeri tekan dilokasi fraktur. Perbaikan dengan pembedahan lebih disukai dalam menangani fraktur pinggul. Penanganan melalui pembedahan memungkinkan klien untuk bangun dari tempat tidur lebih cepat dan mencegah komplikasi yang dihubungkan dengan imobilitas.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan sistem muskuluskeletal (rhematik) pada Lansia
1. Pengkajian Sistem Muskuloskleletal secara umum (stanley, 1999)
a. Riwayat
Pengkajian keperawatan memfokuskan pada bagian mana perubahan yang berhubungan dengan usia mempengaruhi status lansia dan termasuk hal – hal berikut ini.
1) Tinggi badan, berat badan, dan gaya berjalan memberikan data dasar yang dapat mengidentifikasi adanya kerusakan otot, obesitas dan edema.
2) Aktivitas dan pola istirahat, dulu dan sekarang, harus dicatat. Seseorang yang tidak pernah berolahraga atau keikutsertaan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu program latihan diusia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit untuk atau menyakitkan.
3) Pengkajian diet termasuk asupan kalsium dan vitamin D, obesitas dan malnutrisi dapat mempengaruhi mobilitas dan kekuatan otot. Obesitas menjadi faktor predisosisi bagi lansia untuk untuk mengalami ketidakstabilan ligamen, terutama pada daerah punggung bagian bawah dan sendi – sendi lain yang menahan berat badan.
4) Pengobatan, termasuk obat – obatan yang dijual bebas dan pengobtan sendiri dirumah dapat membuat lansia lebih mudah mudah mengalami keracunan obat dan efek samping obat. Pengumpulan informasi yang spesifik tentang pengunaan relaksan otot, agens antireumatik, salisilat, agens antiinflamasi nonsterroid dan steroid sistemik harus dilakukan. Beberapa obat telah dapat diketahui dapat menimbulkan kerusakan pada sistem muskuluskeletal : antikonvulsan (osteomalasia) fenotiazin (gangguan cara berjalan, steroid ( distribusi lemak tubuh abnormal dan kelemahan otot) dan diuretik yang dapat menurunkan kadar kalium (kelemahan otot dan kram). Amfetamin dan kafein dapat menyebabkan peningkatan aktivitas motorik secara umum.
5) Kombinasi mobilitas, kekuatan dan keseimbangan menentukan kemampuan fungsional klien tersebut. Pengkajian mobilitas mengikutsertakan beberapa aspek mobilitas dan kemampuan fungsional.
6) Cedera pada masa lalu (misalnya fraktur tulang pinggul) dapat mengindikasikan adanya suatu kondisi osteoporosis. Riwayat nyeri sendi, dan kekakuan, kelemahan, atau keletihan sering dihubungkan dengan adanya osteoatritis atau aritritis traumatik (AR). Nyeri punggung dan parestesia atau rasa kesemutan pada ekstremitas bawah mungkin merupakan gejala degenerasi dikus vertebral atau invertebral pada daerah lumbal. Daftar cedera – cedera ringan atau berat pada siestem muskuluskeletal harus termasuk kondisi – kondisi yang dihubungkan dengan cedera, evaluasi diagnostik, metode dan jangka waktu pengobatan, status cedera saat ini, kebutuhan untuk alat bantu, dan satiap hal yang menganggu aktivitas kehidupan sehari – hari.
7) Pertanyaan yang spesifik tentang praktik keamanan klien ketika mereka berhubungan dengan lingkungan perkerjaan, pengaturan tempat tinggal, keamanan dari berbagai bahaya dan alat bantu untuk menjamin keamanan dirumah, rekreasi, dan olahraga harus diminta pada klien untuk mengidentifikasi masalah dan mengarahkan pendidikan kesehatan klien.

b. Pengkajian Fisik
Adanya kifosis dan skoliosis harus dicatat. Kifosis yang berat dapat menganggu fungsi pernafasan dan kardivaskuler. Adanya nyeri tekan diatas prosesus spinosus dapat diduga adanya suatu fraktur vertebral. Sendi – sendi diperiksa selanjutnya, terutama sekali sendi – sendi pada tanga. Osteoartritis pada sendi – sendi interfalang distal pada tangan dan lutut umum terjadi. Pertumbuhan tulang ynag berlebihan pada bagian distal sendi interfalang disebut nodus heberden. Keterbatasan rotasi eksternal pada pinggul dapat merupakan suatu tanda awal dari keterlibatan osteoartritis. Rentang gerak semua sendi harus dikaji. (Stanley, 1999)
RA pada tangan cenderung untuk mempengaruhi bagian proksimal sendi – sendi interfalang. Bangkak yang terlhat pada sendi rheumatoid bukanlah tulang, tetapi lebih pada pembengkakan synovial dan jaringan lunak. Mungkin terdapat deviasi ulnar pada tulang dibagian sendi – sendi metakarpofalang, juga adanya kecenderungan sendi - sendi untuk mengalami subluksasi (dislokasi parsial yang berhubungan dengan ketidakstabilan). Nyeri dan kekakuan sendi pada pagi hari dapat berlangsung selama beberapa jam pada klien dengan RA, sedangkan klien dengan osteortritis akan terbebas dari rasa nyeri dalam waktu cepat setelah mengerakan sendi – sendi yang sakit. (Stanley, 1999)

2. Pengkajian Rhematik (Meiner, 2006)
a. Rhematoid Artritis
Pertanyaan yang dikaji adalah riwayat keluarga, tanda dan gejala meliputi demam, anoreksia, dan penurunan berat badan, kelelahan, durasi pada penipisan sendi. Pada pemeriksaan fisik meliputi tanda nyeri, pembengkakkan, panas, eritema, defermitas.(Meiner, 2006)
b. Osteoartritis (OA)
Pada klien (OA) mulai ditelusuri riwayat masalah tersebut. Data – data tersebut masuk dalam OA, kualitas durasi, dari nyeri sendi, pertanyaan mengenai pencetus obat – obatan dan kemampuan fungsinya, infeksi nyerinya, bengkak kemerahan, krepitasi luas pergerakan. (Meiner, 2006)
c. Gout (artritis pirai)
Puncak dari pada serangan akut gout dapat diidentifikasi dengan timbulnya panas, bengkak, eritema, kutan, dan beberapa nyeri pada sendi yang terkena serangan pertama pada satu sendi dari pada 50% klien akan meliputi sendi metatarsofalang. Intensitas nyeri akan lebih sensitif tipis maupun ringan. Gejala lain termasuk demam, dingin, malaise, klien dengan gout kronik akan merasakan 10 tahun atau lebih serangan gout akut yang berulang.(Meiner, 2006)

B. Diagnosa Keperawatan Rheumatik Pada Lansia
1. Diagnosa keperawatan Rhematik (meiner, 2006)
a. Nyeri akut atau kronik berhubungan dengan peradangan, inflamasi jaringan sendi, kejelekan dari pada tulang sendi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan deformitas dan inflamasi sendi, penipisan sendi ekstermitas bawah.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri.
d. Fatigue berhubungan dengan proses penyakit sistemik.
e. Kurang perawatan diri dalam ADL berhubungan dengan pembatasan gerakan
dan kekuatan pada sendi yang nyeri dan bengkak.
f. Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan.


2. Diagnosa Keperawatan Artritis Rhematoid (Kushariyadi, 2010)
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera : distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi sendi
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan loformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, intoleransi tehadap aktifitas, kekuatan otot.
c. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perseptual kognitif, psikososial, perubanhan kemampuan untuk melakukan tugas umum, peningkatan pengunaan energi, ketidak seimbangan mobillitas.
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskletal,penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi, pembatasan aktivitas.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

0 Response to "Asuhan Keperawatan dan perubahan fisiologis sistem muskuloskeletal pada Lansia"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...