Membahas & Memahami Isi Puisi
Baca dan pahamilah hasil analisis puisi Pradopo (2002: 192-194) di bawah ini!
Sebuah Kamar
Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam
mau lebih banyak tahu
‘Sudah lima anak bernyawa di sini,
Aku salah satu!’
Ibuku tertidur dalam tersedu,
Keramaian penjara sepi selalu,
Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang terselip di batu!
Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibui dan bapakku, karena mereka berada
di luar hitungan: Kamar begini,
3 × 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa!
(Chairil Anwar)
Puisi itu menyatakan pengertian secara tak langsung (Riffaterre, 1978: 1), yaitu menyatakan sesuatu hal dan berarti yang lain, ketidaklangsungan itu di antaranya karena penggunaan bahasa kias dan, yang merupakan penukaran arti atau displacing (Riffaterre, 1978: 2). Begitulah baris pertama sajak ini: ‘Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia’. Ini adalah personifikasi, yaitu jendela dikiaskan sebagai orang yang dapat bergerak: menyerahkan kamar, seolah-olah kamar itu dapat diangkat diberikan kepada dunia. Adanya aktivitas gerak itu menyebabkan gambaran menjadi hadir di depan pembaca. Dengan diserahkannya itu, maka dunia (ini kiasan juga: sinekdoki totum pro parte) dapat melihat kamar itu. Jadi, sesungguhnya baris pertama itu berarti bahwa melalui jendela itu orang (luar) dapat melihat keadaan kamar itu. Hal ini ditambah lagi: ‘Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu’. Bulan mengiaskan orang luar, seolah-olah bulan menyorotkan sinarnya menerangi kamar itu untuk lebih banyak mengetahui “rahasia” kamar itu. Biasanya orang luar itu selalu ingin lebih banyak mengetahui keadaan atau rahasia orang lain. Begitulah makna baris kedua, yang juga kiasan metafora (bulan) dan personifikasi: ‘bulan mau lebih banyak tahu’. Dalam kamar itu ada lima orang anak, salah seorang di antaranya adalah si aku. Jadi, lewat jenedla kamar itu orang luar dapat mengetahui isi kamar dan keadaannya. Dalam kamar itu sudah dilahirkan lima orang anak, salah seorang di antaranya si aku.
Keadaan kamar itu sesungguhnya menyedihkan, mungkin karena keadaan ekonominya menyedihkan sekali. Keluarga yang tinggal dalam kamar itu dalam keadaan miskin, berkekurangan. Karena sedihnya, si ibu tertidur masih dalam keadaan tersedu. Rasanya kamar itu seperti penjara, meskipun ramai tetapi pada hakikatnya sepi, dalam arti tak ada hiburan, tak ada barang-barang rumah tangga yang cukup, tidak cukup makan dan pakaian. Itulah amanat yang disampaikan paradoks itu: ‘Keramaian penjara sepi selalu’. Ayah si aku sendiri tak dapat berbuat apa-apa, hanya terbaring saja dengan kejemuannya. Satu-satunya yang bisa dilakukan hanya berdoa, menatap orang terselip (tersalib) di batu, yaitu gambar Kristus / patung Kristus dalam salib batu, yang bagi si aku dirasakan keterlaluan, kelihatan dipergunakan tanda seru (!) di akhir baris.
Pada hakikatnya itu adalah bunuh diri, bila orang dalam keadaan menderita menambah penderitaannya lagi. Seperti halnya keluarga si aku, lima orang anak ditambah ayah-ibu, jadi, semua tujuh orang, tinggal dalam kamar yang sangat sempit: 3 × 4 m. Jadi, teranglah mereka itu dalam keadaan yang sangat menderita, sangat miskin, menyedihkan. Namun mereka akan menambah penderitaan lagi dengan akan tambahnya seorang bayi. Dengan ironis si aku berkata bahwa si aku minta adik lagi kepada ayah-ibunya, yang tidak mau memperhitungkan atau memikirkan bahwa mereka sudah dalam keadaan sangat miskin (‘mereka berada di luar hitungan’). Sesungguhnya kamar 3 × 4 m itu sudah sangat sempit untuk dihuni tujuh orang, mengapa masih ditambah lagi. Hal ini sama saja dengan bunuh diri. Si aku bunuh diri, ayah-ibunya bunuh diri; ‘Sekeliling dunia bunuh diri!’, semua orang bunuh diri.
Dalam sajak ini penyair mengemukakan sebuah ironi kehidupan (di Indonesia), yaitu pertama orang luar itu selalu ingin mengetahui rahasia orang lain, kedua, dalam keadaan sangat menderita orang hanya berdoa, seperti ayah si aku; ketiga, orang masih akan menambah anak lagi, padahal anaknya sudah banyak dan dalam keadaan yang sangat menderita.
0 Response to "Membahas & Memahami Isi Puisi"