Latest News

Pemanfaatan Lingkungan bagi Pembangunan Berkelanjutan


Pemanfaatan Lingkungan bagi Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya yang terdapat di lingkungan. Pemanfaatan lingkungan bagi pembangunan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan pemikiran manusia. Pola pembangunan lama tentu berbeda dengan pola pembangunan baru seiring dengan perkembangan teknologi dan permukiman. Jenis pembangunan yang memanfaatkan lingkungan juga beragam. Bagaimana pemanfaatan lingkungan bagi pembangunan yang berpola lama dan berpola baru? Apa saja jenis kegiatan pemanfaatan lingkungan bagi pembangunan? Simak paparan berikut ini untuk mengetahuinya.

a. Pembangunan Konvensional dan Pembangunan Berkelanjutan
Pemanfaatan lingkungan bagi pembangunan yang dilaksanakan dengan pola konvensional sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga perlu diganti dengan pola berkelanjutan. Apabila pemanfaatan lingkungan pembangunan masih menggunakan pola konvensional maka dampak negatif dari lingkungan hidup, kehidupan sosial, dan ketimpangan ekonomi akan semakin besar. Ahli lingkungan Emil Salim berpendapat, pembangunan konvensional, yang tidak memerhatikan aspek lingkungan, di satu pihak berhasil menaikkan produksi barang dan jasa secara melimpah, namun di pihak lain menimbulkan ketimpangan ekonomi penduduk. Pembangunan sosial terutama yang menyangkut kepentingan kelompok miskin juga terpinggirkan. Dampak pembangunan konvensional terhadap lingkungan hidup begitu hebat sehingga pengaruhnya tidak hanya di wilayah lokal dan nasional, tetapi juga mencakup wilayah global yang mengancam kehidupan manusia.
Pembangunan berkelanjutan harus memperhitungkan perbedaan sifat sumber daya alam. Sumber daya alam yang bersifat tidak terbarui seperti bahan tambang, memiliki manfaat yang dibatasi waktu, dan jumlahnya akan menipis dalam proses penambangan. Sebagai contoh, timah di Pulau Bangka diperkirakan habis tambang dalam 25 tahun lagi. Agar pembangunan di Bangka tetap berlanjut maka perlu memperhitungkan penipisan cadangan timah. Laju penipisan timah harus diimbangi dengan biaya sewa penipisan (depletion rent) sebagai modal pengganti tambang timah yang telah habis. Modal ini diinvestasikan untuk kegiatan yang mengandalkan sumber daya alam yang diperbarui seperti pertanian, perkebunan, perikanan, dan pariwisata. Dengan cara ini maka ketika penambangan berakhir, perekonomian di daerah bekas tambang tetap dapat berjalan dan berkembang.
Berbeda dengan pola pembangunan berkelanjutan, pola pembangunan konvensional memperlakukan sama terhadap sumber daya yang terbarui dan tidak terbarui, sehingga penipisan sumber daya tambang tidak diperhitungkan. Akibatnya, setelah penambangan berakhir, terbentuk ”kota hantu (ghost town)”. Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mendorong partisipasi masyarakat perlu usaha penyebaran informasi mengenai pembangunan berkelanjutan dan isu lingkungan global.

b. Aspek Lingkungan Menentukan Pembangunan Berkelanjutan
Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang, diperlukan dua syarat. Pertama, peningkatan potensi produksi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan. Kedua, menjamin kesempatan yang adil dan merata bagi semua orang. Berdasarkan syarat ini maka pembangunan berkelanjutan dilaksanakan dengan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan dan sekaligus mengusahakan pemerataan. Hal ini sesuai dengan tiga pilar pembangunan berkelanjutan dalam Deklarasi Johannesburg, yaitu ekonomi, lingkungan hidup, sosial dan teknologi.
Pembangunan dilaksanakan dengan cara menjaga fungsi ekosistem, melestarikan komponen ekosistem, dan menjaga interaksi antarkomponen ekosistem. Selain itu, pembangunan dilaksanakan dengan memerhatikan daya dukung lingkungan, menghemat sumber daya alam tidak terbarui, dan tidak merusak sumber daya alam terbarui. Keberlanjutan pembangunan ditentukan oleh lima aspek, yaitu lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
1) Lingkungan
Unsur-unsur lingkungan dan kesehatan ekosistem harus diperhatikan. Misalnya, ketersediaan air bersih serta keberadaan flora dan fauna.
2) Ekonomi
Unsur ekonomi berkaitan dengan kesejahteraan yang layak bagi penduduk.
3) Sosial
Keterlibatan masyarakat sangat mendukung keberlanjutan pembangunan. Ketidakadilan antarkelompok dalam mendapatkan hasil pembangunan akan melahirkan protes dan gugatan.
4) Budaya
Unsur budaya berkaitan dengan identitas budaya, kebutuhan budaya, dan pengetahuan tradisional yang diwariskan secara turun-menurun.
5) Politik
Unsur politik berkaitan dengan pengambilan keputusan yang demokratis mengenai masalah lingkungan, ekonomi, dan sosial dibahas dalam agenda politik untuk menghasilkan kebijakan yang tepat.

c. Pemanfaatan Lingkungan bagi Pembangunan
Pembangunan dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di lingkungan. Berbagai jenis kegiatan pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan antara lain reklamasi, peningkatan lahan garapan dan hasil panen, serta pengembangan transportasi dan perhubungan.
1) Reklamasi
Pada tahun 1830, penduduk dunia hanya satu miliar orang. Seratus tahun kemudian, tahun 1930, penduduk dunia mencapai dua miliar orang. Pada tahun 2000 penduduk dunia telah melebihi enam miliar, dan diperkirakan pada tahun 2025 menjadi delapan miliar orang. Tingkat pertumbuhan yang cepat ini menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan. Di banyak kota di berbagai negara berusaha mengatasi pertumbuhan penduduk yang cepat dengan menciptakan lahan baru melalui reklamasi.
Dari keseluruhan luas permukaan Bumi, hanya 10% yang dapat dihuni manusia. Dari lahan seluas 10% ini dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti permukiman, perkantoran, pertanian, kehutanan, industri, komersial, transportasi, dan rekreasi. Bagaimana memenuhi kebutuhan lahan yang beragam dan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk? Salah satu caranya adalah dengan reklamasi lahan. Reklamasi lahan dapat dilakukan dengan pengeringan rawa, perbaikan lahan bekas tambang, serta pengeringan laut.
a) Pengeringan Rawa
Daerah rawa tidak dapat dimanfaatkan untuk permukiman, pertanian, atau kegiatan lain karena mengandung banyak bahan organik, berlumpur, dan jenuh air. Rawa di daerah pantai akan tergenang air laut saat pasang naik. Sedang rawa di dataran rendah akan tergenang air saat sungai di dekatnya meluap pada musim hujan. Agar daerah rawa bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan lahan bagi manusia, maka perlu usaha pengeringan, yaitu dengan membuat saluran-saluran air dan tanggultanggul yang berfungsi mengalirkan kelebihan air. Sebagai contoh, reklamasi daerah rawa di Pantai Kapuk, Jakarta Utara untuk perumahan mewah, dan proyek lahan sejuta hektare di Kalimantan Tengah untuk lahan pertanian (proyek ini gagal dilaksanakan).
b) Perbaikan Lahan Bekas Tambang
Penambangan batu bara dan timah di Indonesia dilakukan dengan metode tambang permukaan (surface mining). Ketika proses penambangan berlangsung, lapisan tanah dan batuan digali dan dipindahkan. Setelah kegiatan penambangan berakhir, banyak lahan rusak. Pascapenambangan meninggalkan cekungan-cekungan yang dalam dan gundukan- gundukan tanah. Kenampakan ini banyak terlihat di bekas lahan penambangan batu bara di Kalimantan dan penambangan timah di Bangka.
Lahan bekas tambang harus direklamasi agar dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai kegiatan. Usaha perbaikan lahan bekas tambang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
(1) Menguruk cekungan-cekungan bekas galian tambang dengan material timbun (overburden).
(2) Mencegah terjadinya air asam dari lahan bekas tambang yang dapat mencemari lingkungan.
(3) Menanami lahan bekas tambang yang sudah direklamasi dengan vegetasi penutup untuk mencegah erosi.
c) Pengeringan Laut
Reklamasi laut yang paling menakjubkan dunia adalah proyek Zwider Zee di Belanda. Lebih dari separuh wilayah Belanda berada di bawah permukaan laut. Sejak tahun 1000, Belanda membangun tanggul-tanggul untuk mengontrol banjir. Kemudian, Belanda membangun tanggul yang lebih besar lagi di laut tepi yang dangkal dan mengubah lahan di dekatnya menjadi berdaya guna. Lahan baru hasil pengeringan laut disebut ”polder”. Lahan ini kemudian dimanfaatkan untuk pertanian, permukiman, transportasi, dan rekreasi.

2) Peningkatan Lahan Garapan dan Hasil Panen
Tidak semua lahan dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Hanya lahan di lingkungan yang mendukung yang dapat ditanami. Lahan ini disebut lahan garapan. Kondisi fisik yang mendukung lahan untuk dapat digarap atau diolah antara lain iklim yang cocok, permukaan lahan (relief) relatif datar, dan tanah subur.
a) Iklim
Tanaman membutuhkan panas matahari untuk tumbuh. Beberapa tanaman membutuhkan panas yang lebih dibanding tanaman lain. Sebagai contoh, tanaman padi membutuhkan panas 20–27°C, sedang tanaman gandum hanya membutuhkan panas rata-rata 15°C. Dengan demikian, padi akan tumbuh subur di lingkungan beriklim tropis dan gandum di lingkungan beriklim sedang.
Selain sinar matahari, pertumbuhan tanaman ditentukan oleh ketersediaan air. Beberapa tanaman membutuhkan air atau curah hujan yang tinggi. Seperti tanaman padi, kelapa sawit, karet, teh, dan kopi. Tanaman tersebut akan tumbuh subur di lingkungan beriklim tropis dengan curah hujan tinggi. Sedang tanaman gandum, barley, dan oat membutuhkan air atau curah hujan secukupnya sehingga akan tumbuh subur di lingkungan yang beriklim sedang.
b) Relief
Lingkungan dengan kondisi relief beragam memengaruhi cara bercocok tanam. Di dataran rendah yang memiliki relief rata merupakan lingkungan yang ideal bagi kegiatan bercocok tanam dengan peralatan mesin. Sedang pada lahan miring di perbukitan, kegiatan bercocok tanam lebih sesuai menggunakan peralatan pertanian sederhana seperti cangkul dan garu.
c) Kesuburan Tanah
Tanah dibutuhkan untuk kegiatan pertanian. Pada lingkungan yang memiliki tanah berbutir kasar seperti pasir, air mudah meresap dan lolos. Sedang pada lingkungan yang tanahnya berbutir halus seperti lempung, air sulit meresap dan lolos. Secara umum, tekstur tanah dibedakan menjadi tekstur berlempung, remah, dan berpasir. Pada tanah bertekstur remah (loamy) yang tersusun oleh butiran kasar dan halus, sangat cocok untuk pertumbuhan vegetasi.
Selain tekstur tanah, kesuburan tanah dipengaruhi kandungan mineral dalam tanah. Beberapa mineral seperti kalsium, magnesium, potasium, dan besi menyuburkan tanah. Lingkungan yang subur di antaranya terdapat di daerah dataran banjir, delta, dan wilayah pegunungan vulkan. Kegiatan pertanian di daerah ini apabila dilakukan dalam waktu yang lama akan menurunkan tingkat kesuburan tanah sehingga dapat menyebabkan tanah menjadi gersang.

3) Peningkatan Persediaan Pangan
Pangan menjadi perhatian kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, manusia berusaha menemukan cara-cara memperoleh lebih banyak bahan pangan. Secara umum, usaha persediaan pangan dilakukan dengan dua cara, yaitu peningkatan luas lahan garapan dan peningkatan hasil panen. Kedua cara ini ditempuh dengan mengembangkan penelitian ilmiah dan teknologi. Sebagai hasilnya, produksi pangan dapat meningkat 2–3 kali dari tahun sebelumnya. Peningkatan yang drastis hasil panen dikenal dengan istilah Revolusi Hijau.
Usaha peningkatan hasil pertanian dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
a) Intensifikasi pertanian dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas usaha pertanian melalui penggunaan dan peningkatan teknologi tepat guna. Contoh, pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah, dan pemupukan tanah dengan baik.
b) Diversifikasi dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan keanekaragaman usaha tani, baik secara vertikal dari produksi sampai pemasaran, maupun secara horizontal dengan pengembangan komoditi wilayah. Contoh, selain menanam padi, pada sekelilingnya juga ditanami, ketela, cabe, dan aneka sayuran.
c) Ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan menambah luas areal lahan pertanian. Contoh, pembukaan hutan untuk areal pertanian.
d) Rehabilitasi pertanian merupakan upaya pemulihan kemapuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang kritis serta kemampuan berproduksi usaha tani masyarakat di daerah rawan. Contoh, pengairan lahan kering dan pemupukan lahan gersang.
e) Mekanisasi pertanian adalah penggunaan teknologi modern untuk meningkatkan hasil pertanian. Contoh, penggunaan traktor, mesin perontok padi, dan mesinmesin lainnya.

4) Pengembangan Transportasi
Pada awal abad XX, kebanyakan alat-alat transportasi yang digunakan penduduk di negara kita adalah sepeda atau kendaraan yang ditarik hewan. Kini, jalan-jalan di kota dan desa banyak dilintasi kendaraan bermotor. Bahkan, di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, setiap hari terjadi kemacetan lalu lintas kendaraan bermotor. Seabad yang lalu, untuk bepergian dari Jawa ke Papua ditempuh dalam beberapa hari. Kini, hanya dalam hitungan jam dengan kapal terbang dari Jawa sudah sampai di wilayah timur Indonesia itu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berhasil mengembangkan sarana transportasi.
Awalnya, dimulai dari penemuan roda. Gerobak yang ditarik hewan digunakan sebagai alat transportasi. Kini, gerobak masih digunakan di sebagian daerah, terutama di pedesaan. Momentum selanjutnya terjadi awal abad XIX, ketika mesin uap digunakan. Pada waktu itu, kereta api uap menjadi alat transportasi yang paling cepat dan murah untuk mengangkut penumpang dan barang dalam jarak yang jauh. Kereta api juga memegang peranan penting dalam pembangunan industri. Saat ini, pasokan bahan mentah dan bahan tambang diangkut dengan kereta api dari daerah tambang ke pelabuhan laut.
Contoh: di Sumatra, pasokan batu bara dari Tanjung Enim untuk pembangkit listrik Suralaya di Merak, Banten diangkut dengan kereta api sebelum menyeberangi Selat Sunda. Perkembangan teknologi transportasi udara diawali dari keberhasilan penerbangan pesawat udara yang pertama pada tahun 1903. Keberhasilan ini telah membuka industri baru, yaitu industri pariwisata. Industri ini banyak mengandalkan sarana transportasi udara untuk mengangkut penumpang dengan cepat dan mudah. Transportasi udara merupakan jenis transportasi yang paling cepat dan efisien.
Pembangunan jaringan transportasi seperti jalan raya dan rel kereta api memudahkan hubungan antardaerah dan mempercepat perjalanan ke suatu tempat. Selain itu, hubungan antardaerah akan semakin mudah dengan dilakukan pembangunan infrastruktur seperti jembatan, terowongan, jalan raya, dan rel kereta api. Infrastruktur tersebut memungkinkan penduduk bepergian lebih mudah melalui sungai, selat, lembah, dan pegunungan.

0 Response to "Pemanfaatan Lingkungan bagi Pembangunan Berkelanjutan"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...