Latest News

Integrasi SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan Penginderaan Jauh


Integrasi SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan Penginderaan Jauh
Istilah integrasi di sini sebenarnya mempunyai makna yang berbeda dengan kombinasi atau penggabungan. Integrasi yang berarti penyatuan memberikan dampak adanya kesatuan dan konsistensi dalam pengolahan data mulai dari awal sampai akhir yang mempertimbangkan masalah perbedaan antardata dari segi bentuk, struktur asli data, serta sifat-sifatnya. Integrasi penginderaan jauh dengan SIG sudah lama menjadi masalah dengan adanya perbedaan tersebut. Produk penginderaan jauh berupa hasil interpretasi visual, kerincian geometri relatif lebih rendah, namun mempunyai keunggulan dalam penentuan batas satuan pemetaan lahan yang lebih baik.

Di sisi lain, produk pengolahan citra digital satelit biasanya memiliki kekurangan karena resolusi spasial yang relatif rendah, tetapi mempunyai keuntungan karena perincian geometri yang lebih tinggi. Nah, apabila keduanya dipadukan dapat saling melengkapi. Informasi mengenai aspek relief, medan ataupun bentuk lahan dapat disadap dari foto udara dengan lebih tepat, sedangkan pembuatan model spasial melalui pendekatan spektral dapat dilakukan dengan pengolahan citra penginderaan jauh. Perpaduan ini dapat dilakukan apabila kedua sumber data telah mempunyai kesamaan dalam format dan struktur data, serta diperlakukan oleh pengolah yang sama yaitu SIG. Nah, bentuk-bentuk integrasi penginderaan jauh dan SIG dapat dikelompokkan dalam tiga golongan utama yang akan diuraikan sebagai berikut.

a. Penyajian Model Spasial atau Hasil Interpretasi
Mungkin kamu pernah mengalami masalah ini, bagaimana membuat peta dari hasil interpretasi foto udara? Bagaimana memberikan koordinat letak geografi pada hasil interpretasi tersebut? Memang, penggambaran hasil interpretasi ke atas peta dasar sering mengalami hambatan, karena terbatasnya ketersediaan dan kemampuan alat pemindah hasil interpretasi. Alat-alat pemindah hasil interpretasi yang banyak digunakan adalah sketch master, zoom transferscope, dan stereoplotter. Stereoplotter merupakan alat yang sangat mahal dan sulit dijangkau oleh instansi-instansi kecil. Tingkat ketelitiannya pun tidak sebanding dengan kesulitan penggunaan dan mahalnya nilai investasi. Penggunaan map-o-graph atau electric pantograph yang kurang teliti namun mudah digunakan, terkadang digantikan dengan mesin fotokopi yang mampu memfotokopi dengan berbagai tingkat pembesaran maupun pengecilan. Nah, untuk mengatasi masalah tersebut dimanfaatkan integrasi penginderaan jauh dan SIG dengan fasilitas pengolahan citra. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan interpretasi foto udara hanya pada daerah efektifnya saja.

Selanjutnya, bagian foto udara yang diinterpretasi (berikut dengan hasil interpretasi) ini dilarik (discan) dengan menggunakan scanner. Lembar-lembar hasil interpretasi yang telah discan tersebut dimozaik dengan memanfaatkan koreksi geometri pada software SIG, dan dengan mengacu pada peta dasar. Secara otomatis mozaik yang telah dibuat juga memuat gambaran hasil interpretasinya. Dengan mencetak mozaik tersebut, maka hasil interpretasi dapat dirunut pada peta dasar dengan ketelitian tinggi.

b. Klasifikasi Multispektral
Pernahkah kamu menjumpai peta penggunaan lahan? Peta tersebut merupakan peta yang dinamis, informasi pada peta tersebut harus selalu di-update agar memberikan informasi yang benar-benar sesuai dengan kenyataan di permukaan Bumi. Lalu, bagaimana membuat dan melakukan update terhadap objek penggunaan lahan? Integrasi antara penginderaan jauh dan SIG berperan penting dalam hal ini. Langkah yang diambil untuk membuat peta penggunaan lahan adalah melakukan klasifikasi visual pada foto udara. Memang lebih mudah mengenali bentuk penggunaan lahan pada foto udara, tetapi citra satelit penginderaan jauh mempunyai keunggulan berupa resolusi temporal. Pada citra penginderaan jauh, penggunaan lahan dikenali melalui karakteristik piksel. Hal ini lebih rumit dilakukan. Oleh karena itu, penggunaan peta bantu dalam klasifikasi citra untuk pemetaanpenggunaan lahan merupakan hal yang penting. Bahkan, bisa dikatakan merupakan keharusan. Dalam hal inilah SIG berperan. Peta bantu yang dapat digunakan antara lain peta satuan medan, peta bentuk lahan, atau peta tanah. Peta-peta tersebut didigitasi dan kemudian dikonversi ke dalam struktur data raster supaya sesuai dengan penutup lahan hasil klasifikasi multispektral. Prosedur lain yang sangat penting supaya kedua data multisumber dapat diintegrasikan adalah perlunya koreksi geometri citra.

c. Pembuatan Model Spasial yang Lebih Rumit
Pembuatan model spasial yang lebih rumit juga memanfaatkan peta-peta bantu, namun proses penggabungannya lebih kompleks dan bukan hanya tumpang susun saja. Salah satu contoh sederhana pada saat tumpang susun antara dua peta, contohnya peta lereng dan peta penggunaan lahan. Nah, setelah tumpang susun, masalah muncul apabila ternyata terdapat perbedaan yang tipis antara batas kelas lereng dengan batas penggunaan lahan, sehingga menimbulkan ”satuan pemetaan” baru yang kecil-kecil. Perbedaan ini muncul karena kedua macam peta diproduksi oleh pihak yang berbeda, dan atau melalui cara yang berbeda, misalnya interpretasi foto udara dan interpretasi peta topografi. Untuk mengatasinya, biasanya SIG digunakan untuk mengambil keputusan poligon-poligon tersebut ikut ke dalam salah satu poligon terdekat. Mungkin kamu bingung dengan istilah-istilah di depan. Tidak usah bingung karena pada materi berikut ini akan disajikan contoh nyata terapan-terapan integrasi SIG dan penginderaan jauh.

0 Response to "Integrasi SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan Penginderaan Jauh"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...