Latest News

Faktor-faktor Terjadinya Perubahan Sosial serta faktor penghambatnya


1. Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Kalian pasti sudah mengenal hukum sebab-akibat, dimana ada sesuatu pasti ada penyebabnya. Ada langit dan bumi, pasti ada causa prima yang menciptakannya. Begitu pula ada gejala-gejala sosial pasti ada penyebabnya. Penyebab dari perubahan sosial itulah yang dinamakan sebagai sumber perubahan. Sumber-sumber perubahan sosial merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi faktor intern dan ekstern. Keduanya faktor ini yang menjadi dasar dari terjadinya perubahan sosial di masyarakat. Disamping itu juga ada faktor individual yang disebut agent of change.

a. Faktor Internal
Faktor internal ini disebut juga dengan istilah faktor sosiogenik yang artinya masyarakat itu sendirilah yang merupakan sumber perubahan sosial. Adapun dimaksud dengan masyarakat di sini dapat kolektif dan dapat pula individual. Faktor internal ini masih dapat dibedakan lagi menjadi faktor internal manifest atau yang disengaja (intended), dan yang laten atau tidak disengaja (unintended). Adapun faktor-faktor internal tersebut dapat berupa fenomena-fenomena sosial sebagai berikut.
1) Pertumbuhan penduduk
Di Indonesia, pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan terjadinya perubahan struktur masyarakat, terutama perubahan lembaga kemasyarakatan. Contohnya adalah, perubahan sistem kepemilikan tanah dari milik bersama menjadi milik individual. Contoh yang paling baru yang dapat Anda amati adalah munculnya pemekaran kabupaten dan propinsi di Indonesia yang berdampak pada perubahan struktur kelembagaan.
2) Penemuan-Penemuan Baru
a) Discovery
Discovery atau penemuan merupakan persepsi manusia yang dianut secara bersama, mengenai suatu aspek kenyataan yang sebelumnya sudah ada. Sebagai contoh, orang menemukan tentang prinsip sirkulasi darah. Keadaan tersebut sudah ada sebelumnya, tetapi kemudian manusia berhasil mendapatkan tambahan pengetahuan tentang hal tersebut, sehingga terjadi perubahan ke arah positif, yakni dalam hal dinamika ilmu.
Contoh yang paling mudah adalah penemuan baru dari unsur kebudayaan baru, baik berupa peralatan maupun ide-ide. Misalnya asal mula mobil, tidak langsung dalam bentuk sekarang. S. Marcus dari Austria pada tahun 1875 telah membuat mobil yang sangat sederhana . Ia menggunakan motor gas sebagai penarik kereta untuk menggantikan tenaga kuda. Penemuan mobil ini disebut sebagai discovery. Contoh lain yang banyak diterapkan di Indonesia misalnya, pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas yang digunakan sebagai gas untuk keperluan memasak. Demikian pula halnya dengan temuan-temuan baru berupa energi alternatif pengganti bahan bakar minyak seperti yang akhir-akhir ini sedang diupayakan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah.
b) Invention
Invention atau invensi adalah penemuan sebagai inovasi dan kelanjutan dari suatu discovery. Atau suatu kombinasi baru dan cara penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Mobil yang telah ditemukan S. Marcus kemudian disempurnakan di Amerika Serikat. Beberapa ilmuwan melakukan perbaikan sistem mobil S. Marcus. Sehingga pada tahun 1911 mulai diproduksi secara massal di Amerika Serikat. Produksi mobil secara besar-besaran, kemudian digunakan oleh masyarakat secara luas. Dengan demikian, telah terjadi perubahan sosial budaya akibat penemuan mobil. Invensi dibagi menjadi dua, yakni invensi material dan invensi sosial. Invensi material berupa benda-benda, seperti anak panah, busur panah, telepon, pesawat terbang, mobil, dan sebagainya. Sedangkan invensi sosial berupa penemuan huruf atau abjad, bentuk pemerintahan, perusahaan, sistem ekonomi, sistem politik, ketatanegaraan, dan lain sebagainya. Hasil invention pada umumnya memberikan manfaat bagi masyarakat, meskipun dampak negatif dari penemuan tersebut pasti ada, seperti adanya pencemaran udara, suara, dan lain sebagainya.
3) Pertentangan (Conflict)
Dalam masyarakat kadang terjadi konflik atau pertentangan baik antar-individu maupun kelompok. Pertentangan, pasti akan mengakibatkan suatu perubahan, baik melalui kompromi “win-win solution” ataupun melalui pemaksaan. Kalian bisa melihat adanya pertentangan di sekitarnya. Pertentangan itu bisa terjadi antar-hukum adat lama dengan hukum agama. Misalnya di Jawa, pada zaman dahulu acara perkawinan dilakukan melalui upacara adat tanpa ijab dan qobul. Namun menurut hukum Islam, syarat sah perkawinan adalah ijab dan qobul. Pertentangan tersebut berakhir dengan akomodasi, yakni dengan tetap menggunakan kedua-duanya. Seperti masih kita lihat, upacara perkawinan di Jawa dilakukan dengan menggunakan upacara keagamaan, baru kemudian dilakukan upacara adat. Walaupun saat ini banyak yang tidak lagi menggunakan upacara adat, tetapi masih ada penduduk yang menggunakannya.
Contoh lain yang bisa Anda lihat adalah pertentangan antar-suku di Sambas, pertentangan antar-suku atau kelompok telah menimbulkan berbagai perubahan sosial, seperti perubahan pola hubungan, struktur masyarakat, dan perubahan-perubahan lain. Per-tentangan tersebut dapat diselesaikan melalui berbagai cara baik internal kesukuan, maupun melalui mediator yang dapat menyatukan kembali persepsi mereka mengenai arti penting persaudaraan dalam sistem kemasyarakatan. Begitu pula konflik antara Indonesia dan Malaysia telah menimbulkan banyak perubahan, seperti halnya pada peta Indonesia yang kehilangan Pulau Sipadan dan Ligitan, atau masalah terbaru yang menyangkut Ambalat yang berpengaruh pada peningkatan penjagaan keamanan RI di sana. Selain contoh di atas, cobalah mengamati conflict dan perubahan sosial yang ada di sekitar kalian!
4) Revolusi
Revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat karena adanya dorongan-dorongan dari situasi dan sistem yang sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Faktor penggerak revolusi adalah keinginan masyarakat itu sendiri yang menghendaki tatanan baru, karena menganggap sistem lama sudah tidak sesuai dengan harapan mereka. Perubahan besar-besaran atas suatu yang mendasar terjadi dan berpengaruh pada sendi-sendi kehidupan masyarakat. Revolusi industri di Eropa pada abad XVIII telah menyebabkan perubahan sosial budaya, seperti industri, munculnya kelas buruh, imperialisme, dan kapitalisme.

Secara umum, syarat-syarat terjadinya revolusi adalah sebagai berikut.
a) Adanya keinginan bersama untuk melakukan perubahan sistem atau tatanan yang menyangkut kehidupan bersama.
b) Adanya pemimpin, baik perorangan maupun kelompok yang menjadi motor penggerak revolusi.
c) Ada simbol persatuan yang dianggap mampu menjadi wadah aspirasi masyarakat.
d) Mempunyai tujuan yang tegas, yakni mengubah tatanan yang ada dengan tatanan baru yang menjadi harapan bersama.
e) Ada momentum atau waktu yang tepat.
Revolusi sangat sulit dilakukan dalam situasi masyarakat yang stabil dan mendukung situasi yang dialami. Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan revolusi yang sangat tepat, karena keadaan dan masyarakat sudah matang untuk mendukungnya. Jepang sudah kalah, sementara bangsa Indonesia telah mempersiapkan segala persyaratan sebuah negara melalui sidang BPUPKI maupun PPKI.
Di samping itu, kalangan muda progresif mendesak untuk segera dilaksanakan proklamasi yang sebenarnya juga adalah kehendak seluruh rakyat Indonesia. Proklamasi itu sebagai upaya revolusi terhadap tatanan negara Indonesia yang saat itu terjajah, membentuk NKRI yang berdaulat.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang terdapat di luar masyarakat yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu: lingkungan alam, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
1) Lingkungan alam
Lingkungan alam yang mengalami perubahan baik karena faktor gempa bumi atau faktor alam lainnya dapat mengakibatkan perubahan sosial pada masyarakat. Sebagai contoh, Anda bisa melihat bencana alam berupa gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara 26 Desember 2004, telah mengakibatkan penurunan jumlah penduduk secara drastis. Keadaan setelah bencana mengakibatkan perubahan sosial budaya, baik terhadap masyarakat yang kembali ke kampung halaman, maupun masyarakat yang menetap di pengungsian.
Begitu pula gempa bumi Jogjakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 yang disusul gempa bumi Pangandaran dan Cilacap, Sulawesi, mengakibatkan terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat. Demikian pula halnya dengan aktivitas Gunung Merapi telah mengakibatkan perubahan sikap masyarakat yang antisipatif terhadap kemungkinan meletusnya Gunung Merapi. Masalah besar yang melanda Porong Sidoarjo, yakni lumpur panas proyek PT Lapindo telah meluluhlantakkan tatanan masyarakat yang memaksa masyarakat untuk mengungsi dan membentuk kebudayaan baru di tempat tinggal yang baru.
2) Peperangan
Pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942 sampai 1945 telah menyebabkan perubahan besar dalam struktur masyarakat Indonesia. Dalam skala yang lebih kecil, terjadinya peperangan antarsuku pada masyarakat pedalaman akhir-akhir ini menyebabkan terjadinya perubahan sosial, terutama pada suku yang kalah. Akibat peperangan tersebut, yang rugi adalah mereka sendiri, baik yang menang maupun yang kalah.
Peribahasa “kalah jadi abu menang jadi arang” masih relevan untuk diresapi bersama bahwa dampak perang menimbulkan kerugian bagi masyarakat yang berperang. Kerugian itu meliputi berbagai hal antara lain: jatuhnya korban jiwa pada kedua belah pihak, terganggunya aktivitas masyarakat dalam berbagai bidang masyarakat menjadi tidak aman dan tertekan, dan masih banyak lagi kerugian yang lain yang bisa Anda temukan.
Perubahan sosial yang bisa terjadi antara lain berkurangnya jumlah penduduk di wilayah konflik, aktivitas masyarakat tidak stabil, keamanan dan kenyamanan terganggu, terjadinya perubahan pada stratifikasi sosial masyarakat, perubahan terhadap sistem pemerintahannya, serta pada tatanan kehidupan sosialnya dan masih banyak lagi yang bisa kalian temukan.
Dalam skala internasional, perang antar-negara telah menimbulkan perubahan tatanan masyarakat terutama negara yang kalah perang. Perang-perang yang terjadi belum lama ini adalah antara Amerika Serikat dengan Afghanistan, Amerika Serikat dengan Irak, Israel dengan Hisbullah, dan perang-perang lain, yang menimbulkan ketidakstabilan dunia internasional. Tatanan dunia tergoncang dan memperlebar konflik yang melibatkan lebih banyak negara. Akibat perang Amerika-Irak telah mengakibatkan perubahan sosial yang besar dalam masyarakat Irak, seperti: tumbangnya rezim Sadam Hussain dan dibubarkannya Partai Baad, munculnya perlawanan bergerilya, perpecahan, dan bahkan dapat menimbulkan perang saudara.
3) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Berkembangnya agama Islam di Indonesia telah menyebabkan perubahan sosial yang sangat luas di kalangan masyarakat Indonesia, terutama pada masa-masa awal perkembangannya. Antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan masyarakat setempat yang masih kuat pengaruh Hindunya mengalami akulturasi budaya.
Hal tersebut terlihat dari beberapa bangunan yang mencerminkan bentuk perpaduan, sebagai contoh kalian bisa amati Masjid Agung Banten yang mencerminkan adanya perpaduan tersebut. Masjid Agung Banten struktur bangunannya mencerminkan seni bangunan Meru sebagai ciri utama bangunan Hindu. Tetapi dalam Islam menunjukkan makna baru yang akomodatif. Perubahan tersebut terjadi secara langsung, karena dua kebudayaan tersebut langsung bertemu. Contoh-contoh lain masih banyak, baik di Jawa maupun di luar Jawa yang menunjukkan adanya perubahan sosial dalam masyarakat.
Di samping kontak langsung, pengaruh kebudayaan bisa masuk melalui berbagai macam media baik cetak maupun elektronik, seperti halnya televisi, radio, internet, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya. Melalui media massa, pengaruh kebudayaan Barat dengan mudah masuk ke Indonesia dan menimbulkan berbagai perubahan sosial masyarakat, seperti halnya perubahan perilaku anak muda, gaya berpakaian, gaya bangunan, pola konsumsi, dan lain sebagainya.

2. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Sosial
a. Faktor Pendorong Perubahan
1) Kontak dengan budaya lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah difusi. Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Proses difusi diikuti terjadinya kontak kebudayaan satu dengan lainnya. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan kepada seluruh umat manusia. Dampak positifnya adalah semakin kayanya khazanah kebudayaan. Difusi terjadi manakala antarmasyarakat saling berhubungan atau melakukan kontak kebudayaan. Proses yang terjadi selalu dua arah, yang biasanya disertai dengan modifikasi atau perbaikan dan perubahan model. Difusi merupakan suatu proses selektif, dimana tidak semua unsur budaya diterima masyarakat lain. Dalam hal agama dan kebudayaan, difusi bisa berwujud asimilasi. Sebagai contoh, bangsa Arab menerima kemajuan ilmu pengetahuan Eropa, tetapi mereka menolak agama Kristen.
b) Sistem pendidikan formal yang maju
Pendidikan mengajarkan berbagai macam kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana berpikir secara ilmiah. Pendidikan merupakan sarana penyampaian kebudayaan baru yang paling besar. Hampir semua perubahan besar berasal dari lingkungan pendidikan. Semakin maju sistem pendidikan, semakin cepat pula terjadi perubahan sosial dan budaya masyarakat tersebut. Sebagai contoh yang bisa kalian amati antara lain gerakan demonstrasi mahasiswa yang berpengaruh pada masyarakat untuk ikut serta secara massal yang membawa perubahan di dalam kehidupan sosial, sistem politik, sistem ekonomi, dan kehidupan masyarakat lebih demokratis, sistem pendidikan formal yang maju berpengaruh pada tingginya tingkat pendidikan masyarakat dan dengan tingginya pendidikan memungkinkan adanya discovery dan invention.
3) Sikap menghargai hasil karya orang lain
Sikap menghargai hasil karya orang lain adalah sikap yang perlu dikembangkan dalam masyarakat. Apabila sikap tersebut melembaga di masyarakat maka akan mendorong usaha-usaha penemuan baru. Sebagai contoh hadiah Nobel merupakan pendorong terciptanya hasil-hasil karya yang baru. Dalam hal apapun penghargaan akan memunculkan motivasi yang lebih tinggi kepada seseorang untuk lebih berprestasi atau akan mendorong setiap orang untuk melakukan hal yang lebih baik.
4) Sikap toleransi
Toleransi antar-sesama manusia atau antar-kelompok masyarakat merupakan sikap arif yang harus dilembagakan dalam rangka menciptakan tatanan masyarakat yang dinamis. Toleransi adalah sikap yang menghormati ide-ide, gagasan, maupun hasil karya orang lain, atau masyarakat lain. Suatu pekerjaan yang asing bagi kita, jangan langsung divonis sebagai kegiatan yang salah. Tetapi perlu dilakukan komunikasi untuk saling memahami dan menghargai, sehingga bisa melahirkan kebudayaan baru yang lebih maju. Gagasan orang lain perlu dihargai agar terus berkembang tanpa adanya
cemoohan orang lain.
e) Sistem Terbuka
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Dalam hal ini memungkinkan seseorang untuk menaikkan kedudukan sosialnya karena ada rasa tidak puas atas kedudukan sosialnya sendiri. Keadaan ini disebut dengan status-anxiety. Sebagai refleksi, politik isolasi (menutup diri) Jepang pada masa kekuasaan Shogun Tokugawa (1638-1854), telah membawa kemunduran bangsa Jepang. Tetapi setelah Jepang membuka diri dan menerima banyak pengaruh dari kebudayaan asing, Jepang berhasil menjadi negara termaju di Asia, bahkan negara terkecil tersebut pernah menjajah negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara. Oleh karena itu, sistem terbuka sangat mendorong terjadinya perubahan sosial.
f) Penduduk yang heterogen
Heterogen artinya bermacam ragam. Indonesia adalah bangsa yang masyarakatnya heterogen, yakni bermacam-macam suku bangsa, agama, adat-istiadat, dan sebagainya. Penduduk yang heterogen sangat mempercepat proses perubahan sosial budaya, sebab pertemuan antar-penduduk yang bervariasi menyebabkan terjadinya pertukaran sosialitas dan budaya yang semakin cepat. Misalnya seni membuat patung di Bali sangat banyak dikembangkan di Jogjakarta. Kesenian di layar televisi sering memperlihatkan acara campuran dua kesenian yang diformat menjadi satu, misalnya kethoprak humor.
7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan
Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat memungkinkan terjadinya suatu revolusi. Individu maupun masyarakat kadang merasa tidak puas dengan situasi yang ada. Secara positif kekurangpuasan masyarakat akan mendorong mereka untuk menemukan cara-cara baru yang mereka anggap lebih baik. Misalnya ketidakpuasan melihat teknologi pengairan, kemudian ia mengembangkan sistem irigasi yang modern. Tetapi apabila kekurangpuasan masyarakat karena kekecewaan terhadap suatu sistem, maka bisa menimbulkan sebuah revolusi maupun pemberontakan. Sebagai contoh, kalian bisa melihat gerakan demonstrasi besar-besaran pada tanggal 20 Mei 1997 karena ketidakpuasan terhadap sistem Orba telah membawa perubahan sosial dan politik di Indonesia.
8) Orientasi ke masa depan
Dalam suatu masyarakat yang future oriented dalam segala bidang kehidupan, maka karakteristik masyarakatnya selalu ingin maju dan menjadi yang terbaik. Di Asia, Jepang memiliki orientasi masa depan yang lebih besar daripada negara-negara Asia lainnya, sehingga Jepang senantiasa terus belajar dan melakukan perubahan-perubahan yang berarti. Sebagai contoh yang bisa Anda amati, Jepang selalu berusaha menciptakan/melakukan inovasi dalam bidang otomotif. Dan produk ini menjadi salah satu sumber pendapatan untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi Jepang yang sempat terpuruk pasca pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, dan akhirnya membawa Jepang menjadi negara industri terbesar di Asia dan membawa pengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi, politik yang lebih baik/mapan. Begitu pula negara adikuasa, Amerika Serikat sangat future oriented, menjadi negara yang superpower, sehingga berbagai cara dilakukannya, meskipun cara-cara yang mereka tempuh terkadang melanggar hak azasi manusia. Karena orientasi itulah maka Amerika Serikat senantiasa melakukan perubahan-perubahan dan menerapkan kebijakan-kebijakan baik nasional maupun internasional sebagai contoh yang dapat Anda amati.
h) Orientasi nilai
Masyarakat yang memiliki orientasi nilai dalam proses sosialitasnya, maka dalam masyarakat tersebut akan tampak usaha-usaha pembentukan nilai-nilai yang lebih baik. Terbentuknya nilai baru yang lebih baik sebagaimana mereka harapkan adalah tujuan mereka. Dalam konsepsi ini, sangat jelas bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya dalam suatu tatanan nilai yang berharga.

b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial
Di samping adanya faktor-faktor yang mendorong perubahan sosial, maka sebaliknya ada pula faktor-faktor yang menghambat. Ada beberapa indikator yang merupakan faktor penghambat proses perubahan sosial, yaitu sebagai berikut.
1) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat yang lain. Masyarakat yang hidup di daerah pedalaman dan sulit tersentuh oleh dunia luar merupakan faktor penghambat perubahan sosial. Mereka cenderung menutup diri dari berbagai perubahan yang berlangsung dinamis. Dampaknya, mereka tetap primitif atau sederhana dalam kehidupannya. Di Indonesia masih banyak daerah-daerah pedalaman yang cenderung tertutup terhadap dunia luar. Sebagai contoh yang dapat Anda amati antara lain suku Badui dan masyarakat Kampung Naga. Kondisi geografis Kampung Naga yang terletak di suatu lembah dan jauh dari kota, sarana, dan prasarana transportasi yang tidak memungkinkan membuat masyarakat kurang berhubungan dengan masyarakat lain sehingga masyarakatnya cenderung primitif/sederhana. Contoh yang lain adalah daerah pedalaman Afrika
2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Pada kasus Jepang, tidak ada istilah keterlambatan perkembangan ilmu pengetahuan, karena mereka selalu mengikuti perkembangan mutakhir, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan apapun yang notabene lebih banyak dari Eropa, maka Jepang selalu mengikutinya. Dalam hal itu, pemerintah Jepang selalu menterjemahkan buku-buku asing terbaru ke dalam bahasa Jepang, sehingga semua orang Jepang dapat mengakses ilmu pengetahuan yang baru. Tetapi dalam kasus Indonesia, tampaknya hal tersebut belum tampak, sehingga tidaklah salah apabila pemerintah Indonesia juga meniru kebijakan pemerintah Jepang, yakni dengan menterjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan terbaru ke dalam bahasa Indonesia, sehingga semua orang Indonesia dapat mengaksesnya.
Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat atau ketinggalan oleh negara-negara lain akan selalu menjadi fenomena umum bagi negara kita. Bagaimana dengan Anda semua, apakah Anda ingin selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir? Atau tetap berpegang pada filsafat lama “lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”. Namun tampaknya filsafat lama tersebut harus sudah dikubur dalam-dalam, khususnya dalam konsep perkembangan ilmu pengetahuan yang terus dinamis.
3) Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Suatu sikap yang sangat mengagungkan tradisi dan masa lampau serta menganggap bahwa tradisi secara mutlak tidak dapat diubah, menghambat jalannya proses perubahan. Terlebih lagi bila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan konservatif. Contoh nyata dapat Anda lihat langsung pada masyarakat pedesaan. Di sana, masyarakat cenderung bersifat tradisional, terutama di kalangan petani. Meskipun sudah masuk teknik-teknik dan sarana pertanian yang modern, namun hanya terbatas saja para petani yang mau menggunakan cara-cara modern. Kebanyakan mereka tetap menggunakan pola lama, dengan menggunakan cara-cara tradisional, seperti membajak sawah yang tetap menggunakan kerbau, teknik pemanenan yang masih manual, pemupukan, dan cara-cara lain yang masih bersifat tradisional. Sikap-sikap yang demikian tentunya menghambat proses perubahan sosial karena mereka cenderung statis.
4) Status quo
Masyarakat atau kelompok yang merasa sudah mapan dengan keadaan yang ada berusaha menghambat terjadinya suatu perubahan. Sebab mereka merasa telah berada pada posisi yang menguntungkan, sehingga apabila terjadi perubahan, mereka akan takut tersisih. Misalnya, terdapat ketua suku yang tidak menerima perubahan pemerintahan di daerahnya sesuai bentuk pemerintahan RI karena khawatir kalau posisinya akan tergeser oleh orang lain. Hal ini berarti adan kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interests. Termasuk ketika revolusi kemerdekaan 1945, di samping ada pihak-pihak yang revolusioner, tetapi ada juga pihak-pihak yang tidak menghendaki adanya proklamasi. Mereka yang anti-kemerdekaan adalah mereka yang menikmati sistem yang diterapkan oleh pemerintah kolonial, sehingga ketika proklamasi mereka menjadi bingung dengan nasib mereka.
5) Perasaan takut
Sebagian masyarakat mengalami ketakutan setelah terjadinya pengaruh kebudayaan luar akan merugikan kebudayaan yang telah lama mereka pelihara. Karena rasa takut tersebut, maka masyarakat cenderung bersifat tertutup terhadap kebudayaan luar, meskipun kebudayaan luar tersebut juga bercorak positif. Sikap demikian juga telah menghambat proses perubahan sosial di kalangan masyarakat.
6) Sikap apriori
Apriori merupakan sikap berprasangka buruk pada setiap unsur asing yang masuk dalam masyarakatnya. Mereka khawatir unsur asing tersebut dapat mempengaruhi budaya mereka. Kelompok masyarakat yang demikian sulit untuk melakukan hubungan dengan kelompok lain. Sikap apriori selalu menyikapi pendapat atau gagasan orang lain atau kelompok lain sebagai hal yang mengancam keberadaan dirinya.
7) Ideologis
Suatu ideologi tertentu sangat anti terhadap ideologi lain yang dianggap berseberangan dengan ideologinya atau bahkan mengancam eksistensinya. Contoh nyata adalah sikap anti-Islam Amerika merupakan faktor penghambat kemajuan ideologi Islam di dunia. Begitu pula ideologi Pancasila yang anti-komunis, dan lain sebagainya.
8) Adat dan kebiasaan
Adat dan kebiasaan mencakup sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara berpakaian dan berperilaku, yang telah terbiasa sedemikian rupa sehingga sukar diubah. Untuk melakukan perubahan adat dan kebiasaan diperlukan waktu yang lama. Sebab adat dan kebiasaan sifatnya telah mendarah daging dalam masyarakat. Adat juga mempunyai nilai historis berupa warisan pendahulunya. Masyarakat yang masih memegang adat dan kebiasaan yang kuat sulit untuk menerima perubahan. Oleh karena itu, dalam konteks ini, adat dan kebiasaan sebagai salah satu penghambat proses perubahan sosial.

Perubahan sosial budaya akan selalu terjadi di dalam masyarakat. Keadaan yang membedakan adalah bagaimana perubahan tersebut berjalan. Apakah perubahan tersebut berjalan dengan cepat atau lambat, apakah perubahan tersebut bersifat naik atau turun, perubahan tersebut sebagai proses yang direncanakan atau bukan, ataukah perubahan yang terjadi berpengaruh besar atau kecil bagi kehidupan masyarakat.

0 Response to "Faktor-faktor Terjadinya Perubahan Sosial serta faktor penghambatnya"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...