Besarnya Potensi Sumber Daya Pertanian di Indonesia
Saat ini, pertanian di mata generasi muda dianggap mata pencaharian yang tidak menjanjikan masa depan. Sementara itu, selama ini Indonesia dikenal dengan negara agraris. Apa yang ada di alam Indonesia mendukung dikembangkannya pertanian. Seperti tanah yang subur, iklim yang mendukung, ketersediaan air yang cukup, serta luas lahan yang mendukung. Sebenarnya bidang pertanian cukup menjanjikan jika kamu gigih berusaha. Lihat saja beberapa tokoh yang berhasil dalam pertanian, seperti Bob Sadino yang sukses di usaha agribisnis khususnya hortikultura, mengelola kebun sayurmayur.
Selain kegigihan usaha, pengetahuan tentang pertanian diperlukan guna memperoleh hasil yang maksimal. Terkait dengan hal ini, sebelum mengusahakan lahan di bidang pertanian dilakukan studi lahan terlebih dahulu. Mempelajari karakteristik lahan dan akhirnya mewujudkan penggunaan lahan pertanian yang sesuai serta pemilihan jenis tanaman yang tepat. Oleh karena itulah persebaran jenis-jenis pertanian di Indonesia beragam bentuknya. Ada wilayah yang sesuai dikembangkan untuk sawah irigasi karena ketersediaan air yang cukup melimpah tanpa dipengaruhi musim. Ada pula sawah tadah hujan yang mendapatkan air hanya pada musim hujan sehingga perwujudannya sangat tergantung musim. Melihat kenyataan ini ada baiknya kamu mengenali bentuk pengolahan lahan pertanian, agar kelak kamu bisa menemukan bentuk yang cocok dikembangkan di wilayah tempat tinggalmu.
a) Sistem Ladang
Sistem pertanian ini dianggap paling primitif (sederhana) karena pengolahan tanahnya sangat minim, hasil produksi (produktivitas) sangat tergantung pada kondisi tanah. Tipe pertanian ini biasanya dilakukan dengan membuka hutan oleh penduduk desa terdekat relatif sedikit, sehingga ketersediaan lahan tidak terbatas. Jenis tanaman yang dibudidayakan tidak banyak memerlukan air, seperti jagung, padi darat, dan umbi-umbian.
b) Sistem Tegal Pekarangan
Sistem ini layak dikembangkan dil ahan kering yang jauh dari sumber air, dan pada umumnya diusahakan oleh orang setelah cukup lama menetap di suatu tempat. Pengelolaan jarang menggunakan tenaga yang intensif dan jarang menggunakan tenaga hewan
c) Sistem Sawah
Sistem sawah dibedakan menjadi sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Sawah irigasi memerlukan teknik yang tinggi, utamanya dalam pengelolaan tanah dan air, hingga kestabilan biologi dan kesuburan tanah bisa dipertahankan. Hasil yang optimal akan diperoleh dengan sistem irigasi yang berkesinambungan dan sistem drainase yang baik. Lahan pertanian jenis ini memberikan sumbangan terbesar bagi ketersediaan tanaman pangan, baik padi maupun palawija. Sedangkan sawah tadah hujan, sistem pengairannya bergantung pada curah hujan yang turun.
d) Sistem Perkebunan
Pertanian jenis ini dianggap sebagai pertanian industri, karena hasil yang diperoleh dari pertanian ini sangat mendukung kegiatan industri. Perkebunan memerlukan lahan yang luas dengan manajemen yang cukup baik. Tanaman yang potensial seperti karet, kopi dan cokelat, yang hingga kini menjadi komoditas ekspor. Nah, bentuk-bentuk pertanian tersebut dapat kamu pelajari agar dapat kamu kembangkan. Tetapi perlu diingat bahwa pengolahan saja tidak mendukung hasil yang optimal.
Sebelum memulai menanam perlu diperhatikan kesesuaian tanaman terhadap lahan tertentu. Apabila kamu cermati, di Indonesia ada daerah yang menghasilkan sagu sedangkan daerah lain tidak. Ada juga suatu daerah yang dikenal sebagai penghasil tembakau. Kondisi ini menjadi bukti bahwa kesesuaian tanaman terhadap lahan benar-benar perlu dikaji. Pada wilayah Maluku, hasil Bumi yang utama yaitu tanaman pala. Wilayah Papua dikenal sebagai penghasil sagu.
Persebaran tanaman di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi serta karakteristik fisik suatu wilayah. Sebagai contoh tanaman teh. Tanaman ini tumbuh di daerah pegunungan dengan suhu udara yang rendah. Pegunungan di Indonesia banyak terdapat di Pulau Jawa dan Sumatra, sehingga tanaman teh banyak berkembang di wilayah-wilayah tersebut. Nah, menurutmu mengapa tanaman karet tidak banyak dihasilkan di wilayah Indonesia bagian timur? Untuk menjawabnya cocokkanlah persyaratan tumbuh tanaman karet dengan kondisi fisik wilayah Indonesia bagian timur.
Dari geo info tersebut, kita menjadi yakin bahwa suatu tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik memerlukan persyaratan kondisi lahan tertentu. Kamu pun juga bisa menemukan alasan mengapa tanaman karet kurang bisa berkembang di wilayah Indonesia Timur. Kini, lihatlah kondisi fisik di wilayah tempat tinggalmu, seperti kondisi tanah, relief, ketinggian, curah hujan, dan suhu. Setelah kamu menemukan data-data tersebut dengan lengkap, menurutmu tanaman apakah yang cocok dikembangkan di wilayahmu? Selain faktor-faktor lahan, faktor-faktor teknis pertanian juga harus dipertimbangkan. Bagaimana pengelolaan tanah agar terjaga kesuburannya, menjadi hal yang tidak kalah penting. Sebut saja teknis rotasi tanaman. Metode ini dilakukan dengan membiarkan tanah pertanian kosong atau memberokan (”istirahat tanpa tanaman”) selama setahun akan membuat unsur hara dalam tanah tumbuh kembali. Dapat juga dilakukan dengan penanaman tanaman palawija yang dapat mengembalikan unsur hara tanah. Tahukah kamu tanaman palawija tersebut? Dengan cara ini diharapkan terjadi keseimbangan dengan alam. Kamu bisa menemukan cara-cara baru pertanian yang lebih menghasilkan dengan tetap menjaga kelestarian lahan.
Apabila kamu mencermati tabel produksi beberapa tanaman perkebunan, akan kamu temukan provinsi penghasil utama jenis-jenis tanaman perkebunan tersebut. Jika sudah kamu temukan, cobalah kumpulkan karakteristik lahan di provinsi tersebut. Cocokkan dengan persyaratan tanaman pada geo info. Pasti ada kesesuaian bukan? Tetapi ingat, kamu juga harus mencermati tahun pada data yang disajikan. Agar lebih akurat kamu bisa meng up date data tersebut melalui Departemen Pertanian atau www.deptan.go.id.
Melalui penjabaran beberapa sistem pertanian tersebut, kamu dapat mengembangkan sistem tersebut sesuai dengan kondisi saat ini. Kamu tahu bahwa pertambahan penduduk semakin pesat, akibatnya keperluan lahan semakin meningkat.
Keterbatasan lahan ini diharapkan akan memberikan ide bagimu bagaimana mengembangkan pertanian yang tepat, seperti W.F. Gericke dari Pusat Penyelidikan Pertanian California, Amerika Serikat, yang memperkenalkan sistem pertanian hidroponik. Hidroponik berasal dari kata greek yang berarti air yang bekerja, oleh karena itu sistem ini dilakukan dengan menanam tumbuhan (seperti sayuran dan bunga) dan tidak memerlukan tanah. Taman gantung Babilonia dipercaya telah menggunakan sistem ini. Dalam sistem ini kebutuhan nutrisi akar tanaman dipenuhi dalam bentuk larutan mineral atau nutrisi dengan cara siraman atau diteteskan. Beberapa media yang dapat digunakan untuk bercocok tanam hidroponik seperti arang sekam, sabut kelapa, batu apung merah, batu apung putih. pecahan genting atau batu bata, pakis, ijuk, spons, arang kayu, gambut, atau pasir. Tanaman yang dapat dikembangkan antara lain paprika, anggrek, stroberi, dan melon.
0 Response to "Besarnya Potensi Sumber Daya Pertanian di Indonesia"