Latest News

KONSELING pada REMAJA

A. Pengertian Konseling
Konseling adalah kegiatan tatap muka, yang diselenggarakan secara sengaja, melibatkan dua pihak, yaitu koselor dan klien ( dibaca : Kli- yen ) konselor adalah pihak yang membantu dan klien adalah pihak yang dibantu. Konseling dilakukan dengan tujuan memberikan pencerahan kepada klien agar ia lebih memahami dirinya dirinya, mengenal situasinya, melihat berbagai alternatif dalam memecehkan masalahnya, dan memutuskan pilihannya. 

Percakapan dalam konseling adalah psikologik, yang bisa menjelajahi masa lalu dan menjangkau masa depan. Mark Aveline, President British Association for Counselling mengartikan konseling sebagai kesediaan membantu klien melalui perjalanan psikologik yang mungkin menembus seluruh masa kehidupan seseorang .ini bukan pekerjaan mudah, sebab ketika membuka hubungan dalam percakapan konseling, konselor membuka dirinya dan berempati agar bisa merasakan harapan , ketakutan, dan keraguan klien, pengalaman masa lalu yang mencekam, kebahagiaan dan kesedihan . tapi ia tetap menjadi dirinya dan bisa bersikap profesional, Brown, 1993 mengartikan konseling sebagai prosedur terapi secara khusus dimana konselor terlatih memberikan dukungan atau memberikan nasihat praktis agar klien dapat mengatasi masalahnya.

B. Konseling dan Psikoterapi
Klonseling dan psikoterapi adalahdua hal yang saling bersinggungan, meskipun sebenarnya berbeda. Konseling biasanya dipahami dalam pengertian upaya memberikan bantuan bagi masalah yang dihadapi misalnya penentuan jurusan pendidikan, pemilihan bidang pekerjaan upaya pencegahan, pemberian dukungan, Konseling bersifat situasional mengarah pada pecahan masalah, kasus yang ditangai tergolong normal, bicara tentang kondisi sekarang. dan hanya berlangsung dalam jangka pendek. Konseling bertujuan membantu seseorang untuk dapat mencapai tujuannya secara efektif. Kasus yang dibantu dalam konseling tergolong normal, tidak mengalami gangguan jiwa. Sedangkan psikoterapi diuraikan sebagai dukungan bagi mereka yang mengalami masa krisis kasus yang dihadapi dalam pemberian psikoterapi adalah mereka yang mengalami gangguan emosional psikoterapi bersifat bersifat intensif dalam prosesnya dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang, bertujuan mengurangi dampak peristiwa atau kejadian hebat dalam kehidupan seorang, yang menyebabkan gangguan emosional cukup berat. Kedua fungsi tersebut dalam pelaksanaannya hampir serupa. Dalam terapannya, konseling dan psikoterapi cenderung saling melengkapi, tergantung dari macam pelayanan yang diberikan.

Psikoterapi dan konseling merupakan upaya penyembuhan bagi mereka yang mengalami gangguan akibat ketidakmampuan mengatasi masalah pribadi. Konseling mengarah pada masalah pengembangan pribadi seperti mengambil keputusan pada saat–saat yang menentukan, bisa dibidang pendidikan, karir, kehidupan perkawinan/ keluarga, dan memilih gaya hidup, pengambilan tes psikologis dalam konseling pengembangan pribadi dilakukan sebagai upaya pengenalan diri untuk dapat memperkirakan keberhasilan dalam mengikuti pendidikan atau merintis karier, sehingga dapat memutuskan pilihan dan merancang masa depan secara mantap. Konseling pendidikan dan karier tetap memasukkan unsur emosional karena menyangkut pilihan kehidupan masa datang, yang bisa saja menimbulkan kecemasan berkaitan dengan ketidakpastian. Pengambilan keputusan dan proses penentuan komitmen serta motivasi untuk berprestasi menjadi obyek penelitian secara terus menerus, yang hasilnya dicoba untuk diterapkan dalam praktik konselor maupun psikoterapis. Saat ini konselor dan psikoterapis yang bekarja di lembaga pendidikan meluaskan orientasinya sampai ke upaya penyembuhan dan pemberdayaan diri agar klien mampu mengambil keputusan . Praktik yang dilakukan dilayanan konsultasi keluarga dan kesehatan mental lebih mengarah pada proses penyembuhan. 

Psikologi konseling adalah bidang khusus yang memfokuskan proses koseling pada upaya peningkatan kemampuan diri klien dalam memecahkan masalah nya dan mengambil keputusan. Psikolog yang melakukan konseling memfasilitasi klien dengan kemampuan nya dalam perbicangan tentang perkembangan mental, menunjukkan sumber daya dan keterampilan yang dimiliki dan bisa dimanfaatkan oleh klien, atau dengan cara mengarahkan klien untuk mencari altermatif baru dalam upaya memecahkan masalah. jasa konseling biasanya diperlukan oleh mereka yang mengalami konflik, baik dalam dirinya sendiri, maupun dengan orang lain atau kelompoknya.

C. Konselor Remaja
Koselor sekolah menempati posisi yang strategis dalam upaya pembinaan remaja, baik untuk tujuan preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif. Peranan guru BK (bimbingan konseling) disekolah sangat bermakna untuk dapat
membantu remaja yang bermasalah, selain itu peranan konselor ditempat kerja, konselor keluarga, konselor yang tergabung dalam layanan masyarakat diperlukan untuk dapat membantu mengatasi remaja bermasalah. Konselor remaja tentunya harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai tahapan perkembangan fisik, mental, sosial, spiritual dimasa remaja. Corak kehidupan remaja, pemikiran tentang diri dan lingkungannya, gaya hidup yang dianut dan pandangan remaja perlu dipahami dengan baik oleh konselor remaja. Kegelisahan yang dialami remaja sehubungan dengan kebutuhan memiliki indentitas diri ssangat perlu dipahami konselor dalam konteks kehidupan remaja sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.

Pertanyaan seperti “ Siapa saya ? “ dan “ apa yang bisa saya lakukan ? “ biasa dialami remaja dalam rangka pencarian identitas diri. Pertanyaan ini perlu disikapi secara bijaksana oleh konselor remaja, apalagi kalau ia megalami kegelisahan yang cukup meresahkan diri, misalnya karena merasakan ketidakpastian mengenai masa depan yang bisa diraihnya. kalau ia tidak bisa mengatasi kegelisahannya bisa saja timbul perilaku yang merugikan diri maupun lingkungan nya. Mungkin saja klien mengemukakan pikiran yang tidak disetujui konselor, tapi dalam percakapan konseling diharapkan konselor tetap berusaha mendengar dengan empati dan menghindari pendekatan yang bersifat otoriter. Konselor remaja juga diharapkan menyiapkan diri dengan berbagai informasi mengenai macam pendidikan atau pekerjaan yang bisa dipilih sesuai dengan kemampuan dan kondisi nya, termasuk cara memperoleh kesempatan dan persyaratan yang harus dipenuhi. Konseling untuk remaja bermasalah diarahkan terutama untuk membantu pengembangan rasa percaya diri dan sikap kemandirian dalam menjalani kehidupan.

Kasus remaja biasanya merupakan rujukan , misalnya dari orang tua,guru atau pihak pendidik/pembimbing remaja. Konseling hendaknya diawali dengan penggalian motivasi remaja mengikuti kondeling dan tujuan yang diharapkan. Motivasinya harus diperjelas dulu apakah bersumber dari dirinya sendiri atau karena alasan lain, Kalau alasannya : saya disini karena disuruh, Saya tidak tahu untuk apa ….. “ maka konseling harus diarahkan pada percakapan yang bisa mengubahnya menjadi “ Ya , saya disini karena saya memerlukan bantuan . “ Selanjutnya, konselor berusaha meyakinkan bahwa klien datang ke pihak yang tepat untuk dapat memecahkan masalah nya atau mungkin meningkatkan kemampuan dirinya.

D. Persyaratan Konselor dan Gambar konseling Remaja
Konseling memerlukan keterampilan melakukan komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal. Kemampuan berempati ( menghayati kondisi dan situasi orang lain ) juga menjadi persyaratan lainnya. Keluasan wawasan dan keluwesan sikap serta keterbukaan terhadap pendapat orang lain diharapkan dapat dipenuhi sebagai persyaratan menjadi konselor.Kemampuan tersebut diperlukan agar konselor dapat membantu mencarikan alternatif pemecahan masalah dan membantu proses pengambilan keputusan, keterampilan memecahkan konflik juga diperlukan untuk dapat menjadi konselor.
Gambar percakapan konseling dengan remaja diketemukan Rabichow & Sklansky ( 1980 ) , yang menyarankan tahap percakapan konseling untuk remaja sebagai berikut :
1) Pertemuan pertama hendaknya memberi kesan yang menyenangkan bagi klien remaja, antara lain melalui
sikap konselor yang menunjukkan kesediaannya untuk membantu.
2) Selanjutnya konselor berusaha menunjukkan sikap bersahabat, terutama untuk menghilangkan kesenjangan
berkomunikasi seperti yang biasa dijumpai dalam hubungan antara remaja dengan orang dewasa. Percakapan
dalam tahapan ini diharapkan dapat membuat remaja menaruh kepercayaan terhadap konselor. Caranya, antara lain dengan menunjukkan perhatian penuh, mendengar dengan baik dan aktif, memberikan respon yang
mencerminkan adanya empati, pemahaman konselor terhadap kondisi dansituasi yang dihadapi klien dan
membuat klien merasa dirinya dimengerti dan dihargai.
3) Pada tahap berikut konselor menyampaikan harapan nya bahwa klien akan dapat memperoleh manfaat dari konseling yang dilakukannya.
4) Dalam upaya mengerti kondisi dan situasi klien, konselor perlu mengajukan pertanyaan untuk menggali lebih dalam maupun memperkirakan alternatif pemecahan masalahnya, Dalam hal ini diharapkan konselor bisa bersikap bijaksana , tidak bersikap interogatif seperti yang biasa dilakukan dalam penyidikan kasus pelanggaran
hukum. Kalau perlu, konselor dapat menjelaskan maksud pertanyaannya agar klien dapat memahami tujuan
dan bersikap kooperatif dengan memberikan jawaban yang jujur dan terbuka,
5) Pada percakapan konseling mungkin saja klien mengemukakan harapannya . Konselor diharapkan menanggapi harapan tersebut secara proporsional dan membahasnya bersama klien sampai klien bisa memutuskan, apakah ia akan terus berharap seperti itu atau lebih baik meninggalkan harapannya karena tidak realistis.
6) Ketika memberikan penjelasan, konselor diharapkan tidak bersikap menasihati karena bisa memunculkan
kesenjangan komunikasi.
7) Upaya membantu klien dalam membangun konsep diri hendaknya menjadi perhatian utama konselor.
8) Perbedaan pendapat patut disikapi secara bijaksana, dalam memberikan komentar sebaiknya dihindarkan
kemungkinan munculnya situasi yang membuat klien merasa kehilangan muka, sehingga dia merasa malu, kesal, atau marah.

E. Pengambilan tes. Dalam hal ini konselor perlu Pengambilan tes dan Pengamatan
Dalam konseling adakalnya konselor merasa perlu melakukanpengambilan tes. Dalam hali ini konselorperlu menjelaskan maksud dan tujuan pengambilan tes tersebut dan memintakan persetujuan klien. Konselor juga perlu menekankan pentingnya kerjasama dengan klien agar hasil tes yang diperoleh bisa akurat. Konseling psikologik biasanya menggunakan tes untuk mengukur taraf kecerdasan, mengetahui gambar kepribadian, pengukuran bakat dan minat. Berdasarkan hasil tes tersebut maka permasalahan klien diharapkan bisa dicarikan alternatif pemecahannya secara lebih tepat, Pengambilan tes semacam ini bisanya diperlukan untuk mengatasi kasus kegagalan di sekolah (kesulitan belajar, putus sekolah), pengenalan diri, masalah penyesuaiandiri (penerimaan diri di lingkungan, penampilan, komunikasi dengan lingkungan).

Pada konseling juga perlu dilakukan pengamatan ( observasi ), Gibson & Mitchell 1981 ) mengemukakan tiga macam pengamatan , yaitu:
1) Pengumpulan informasi melalui pengamatan biasa,Perilaku klien diamati secara tidak berstruktur tanpa rencana. Konselor berusaha memperoleh kesan dari penampilan klien seperti yang tampil dihadapannya.
2) Pengamatan terarah, konselor menggunakan rancangan yang telah disusunnya untuk mengamati perilaku klien, biasanya dalam bentuk daftar tilik (checklist) yang terdiri dari pokok-pokok perilaku yang ingin diamatinya.
3) Pengamatan klinis, yang dilakukan secara berkala, merupakan kondisi kontrol , dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.
Dalam melakukan pengamatan, Gibson & Mitchell memberikan petunjuknya yaitu :
1) Lakukan pengamatan terhadap seorang klien untuk satu saat,
2) Buat kriteria khusus tentang hal-hal yang perlu diamati
3) Pertimbangkan lamanya pengamatan supaya tidak ‘ terkecoh ‘ oleh penampilan atau kesan selintas
4) Klien diamati dalam pemahaman kemungkinan adanya perbedaan sikap pada situasi sebenarnya dengan kondisi ketika dilakukan pengamatan
5) Usaha untuk dapat mengamati klien secara menyeluruh ( bukan hanya pada kondisi sesaat )
6) Data yang diperoleh dari pengamatan hendaknya dipadukan dengan data lainnya untuk dapat memperoleh kesimpulan yang lebih akurat.
7) Pengamatan hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan , dimana klien merasa aman dan nyaman mengikutinya, tidak tertekan yang bisa mengakibatkan kecemasan atau ketakutan .


F. Tahapan konseling
Cavanaugh, ME ( 1982 ) dalam “ The Counseling Experience “ Mengemukakan enam tahapan konseling , yaitu :
Tahap 1 : Pengumpulan informasi
Tahap 2 : Evaluasi informasi
Tahap 3 : Umpan balik
Tahap 4 : Kesepakatan mengenai pembicaraan
Tahap 5 : Perubahan perilaku
Tahap 6 : Pengakhiran

Berikut adalah uraian mengenai masing-masing tahapan.
1) Pengumpulan data:
Percakapan konseling diarahkan pada upaya pengumpulan Informasi , yang bisa dilakukan dengan mengjukan
pertanyaan sebagai berikut :
?? Mengapa kamu berpendapat bahwa pembicaraan ini akan dapat membantumu ?
?? Apa yang kamu rasakan sekarang ?
?? Sudah berapa lama merasa seperti itu ?
?? Menurut kamu , apa yang menyebabkan masalah ini ?
?? Apa yang sudah kamu lakukan untuk mengatasinya ?
?? Apa yang kamu harapkan dari konseling ini ?
?? Berapa lama waktunya dan seberapa kesanggupanmu dalam menyelesaikan masalah ini ?
?? Dapatkah kamu menceritakan tentang masa lalumu , yang mungkin dapat menolong saya untuk lebih bisa
memahami tentang hal yang terjadi pada dirimu sekarang ini ?
?? Apa kelebihan mu ?

2) Evaluasi Informasi
Data yang dikumpulkan perlu disesuaikan dengan hal-hal sebagai berikut :
?? Gejala yang ditampilkan
?? Penyebab pemunculan gejala
?? Hilang nya gejala
?? Kesiapan klien untuk mengikuti konseling
?? Kondisi konselor untuk menangani kasus tersebut

3) Umpan balik
Pada tahapan ini diharapkan dapat diperjelas mengenai :
?? Karakteristik informasi yang diperoleh
?? Kekuatan dan kelemahan informasi yang dimiliki
?? Macam pertanyan yang diajukan

4) Kesepakatan melakukan konseling
Percakapan diarahkan pada :
?? Pembicaraan tentang hal-hal yang bersifat teknis
?? Harapan konselor dan klien
?? Tujuan yang ingin dicapai

5) Perubahan perilaku :
Posisi konselor dalam membantu klien untuk mengubah perilakunya digambarkan dalam situasi sebagai berikut:
- Ceritakan tentang dirimu hari ini
- Ceritakan tentang masalahmu hari ini
- Kemukakan harapan mu untuk pemecahannya
- Katakan , kapan kamu siap dan bagaimana strategisnya
- Katakan kapan kamu akan mencobakan strategi yang kamu pilih
Perubahan perilaku bisa terjadi setelah klien mengalami proses pencarian diri, pencerahan, mawas diri, mau
dan mampu menghadapi kenyataan, mendapat dukungan, yang membuatnya mampu melihat diri dan situasi
nya dalam perpektif baru.
6) Pengakhiran
Dalam tahapan ini konselor menyiapkan klien untuk menghentikan konseling. Koselor dapat melakukannya
dengan cara menunjukkan kemampuan klien, seperti yang telah diperlihatkan nya dalam proses konseling.
Ungkapan seperti “ Tampaknya kamu sudah semakin mampu melakukannya sendiri dengan baik, “ dapat
digunakan untuk menumbuhkan kemandirian klien.

G. Macam-macam Koseling
Ada tiga macam konseling, yaitu perorangan, pasangan, dan kelompok. Melakukan konseling terhadap seorang klien tentu saja berbeda dengan konseling untuk pasangan, pada pasangan, konselor perlu memperhitungkan dua pribadi yang dihadapinya dalam konteks keunikan dan kekhasan individu sekaligus juga sebagai pasangan. Persamaan dan perbedaan di antara keduanya, macam komunikasi yang berlangsung, kesediaannmembuka diri atau keteguhan berpegang pada prinsip merupakan hal-hal yang perlu digali dalam percakapan konseling untuk pasangan. konseling yang dilakukan terhadap pasangan remaja yang bermasalah hendaknya sangat memperhitungkan kondisi keduanya, tidak sampai menimbulkan kesan keberpihakan konselor terhadap salah satu diantaranya. Yang sekaligus berarti memojokkan lainnya. 

Konseling kelompok perlu memperhatikan tahapan berikut ini
?? Perumusan masalah
?? Perumusan tujuan
?? Proses fasilitasi
?? Penjajagan kadar perasaan peserta ( kepekaan )
?? Pengembangan gagasan
?? Pemantauan
?? Pemberdayaan
?? Dukungan Kelompok
?? Kesertaan sesuai kepentingan pribadi dan bersama

Jumlah peserta perlu diperhatikan agar tujuan nya tercapai , yang ideal adalah sekurang-kurang empat peserta dan maksimum delapan peserta , Sedangkanwaktu yang disarankan untuk tiap sesi adalah sembilan puluh menit. Dalam konseling kerasiaan setiap peserta tetap harus dijaga. Fasilitator harus pandai memilah-milah pokok bahasan, menanggapi ungkapan perasaan, menengahi perdebatan, dan memandu percakapan agar tetap di jalur pembahasan yang diharapkan konseling memerlukan kemampuan melakukan psikoanalisis . Pengenalan diri perlu dimiliki oleh, konselor untuk dapat memutuskan macamkasus dan bentuk konseling yang akan dilakukannya , selain pengetahuan, konselor memerlukan perlatihan dan pengalaman untuk dapat meningkatkan keterampilannya. Pengalaman menyelesaikan berbagai kasus diperlukan untuk dapat melakukan kopnseling dengan baik, Kesadaran terhadap batasan kemampuan dan kewenangan yang dimiliki juga penting agar konselor tidak melakukan kesalahan karena ‘ menahan ‘ kasus yang seharusnya dirujuk. Sesuai dengan Latar belakang pendidikannya , dokter Puskesmas dapat melakukan konseling di tingkat awal. Sedangkan konseling yang lebih mendalam perlu dirujuk sesuai dengan kondisi dan kepentingannya,misalnya ke psikolog atau psikiater, konseling dengan tujuan pemulihan atau rehabilitatif dapat dilakukan oleh Puskesmas dengan panduan dari psikolog atau psikiater.

0 Response to "KONSELING pada REMAJA"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...