Latest News

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN KRISIS


A.    DEFINISI KRISIS
Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika tidak seimbang maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda-beda, dengan penyebab yang berbeda, dan bisa eksternal/internal.
Krisis : konflik/masalah/gangguan internal yang merupakan hasil dari keadaan stressful/adanya ancaman terhadap self.
Krisis : suatu kondisi individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa dipakai.
Krisis : ketidakseimbangan psikologis yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan/mengancam integritas diri.

B.     PERIODE TERJADINYA KRISIS

Pra krisis                    Krisis                        Post krisis

1.      Persepsi ancaman/bahaya
2.      Sisi disorganisasi
3.      Penyelesaian
4.      Ketidakseimbangan

PRAKRISIS  :
Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan
KRISIS :
Individu mengalami ancaman / bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan
Individu mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain.
POST KRISIS :
Penyelesaian krisis dapat menghasilkan :
1.      Sama dengan sebelum krisis
Hasil pemecahan masalah efektif
2.      Lebih baik daripada sebelum krisis
Individu menemukan sumber dan cara penanganan yang baru
3.      Lebih rendah dari sebelum krisis.
Ke maladaftif ---------- terjadi depresi, curiga.

C.    TIPE KRISIS
1.      Krisis perkembangan (Maturasi)
Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu : fase oral, fase anal, fase laten dan fase pubertas.
Sedangkan Erik Erikson membagi  menjadi 8 fase : masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa pertengahan dan masa dewasa lanjut.
Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan tersebut merupakan satu rentang yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang menyelesaikan masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa erkawinan, menjadi orang tua, menaupause, lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.


2.      Krisis situasi
Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat suatu kejadian yang spesifik seperti : kehilangan, kehamilan yang tidak diinginkan, atau penyakit akut, kehilangan orang yang dicimtai, kegagalan.
Krisis situasi terjadi jika peristiwa eksternal tertentu menimbulkan ketidakseimbangan yang berupa :
a.       Dapat diduga
Peristiwa kehidupan           : mulai sekolah, gagal sekolah
Hubungan dalam keluarga :  bertambah anggota keluarga, perpisahan, perceraian
Diri sendiri                          : putus pacar, dll.
b.      Tidak dapat diduga
Peristiwa yang sangat traumatic dan tidak pernah diduga/diharapkan. Contoh : kematian orang yang dicintai, PHK, diperkosa, dipenjara.
3.      Krisis sosial
Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan sertra menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan dilingkungannya sepertiu gunung meletus, kebakaran, banjir, perang. Krisis ini tidak dialami oleh semua orang seperti halnya krisis maturasi.

D.    BALANCING FAKTOR
1.      Persepsi terhdap peristiwa/kejadian
a.       Apa arti kejadian pada individu
b.      Pengaruh kejadian pada masa depan
c.       Apakah individu memandang masalah secara realitas
Persepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah positif. Sebaliknya persepsi yang tidak realistis membuat individu sulit untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah negatif.
2.      Situasi pendukung/yang mendorong
Hubungan intim yang bermakna dengan lingkungan akan memberi dukungan dan sumber pada individu.
3.      Koping
Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat, dalam keadaan cemas yang meningkat, penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga menimbulkan KRISIS.
Menurut CAPLAN (1961) aspek penting kesehatan jiwa :
a.       Kemampuan seseorang untuk menahan stress, ansietas serta mempertahankan keseimbangan
b.      Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah
c.       Kemampuan mengatasi problema serta mempertahankan keseimbangan psikososial.


E.     PSIKODINAMIKA KEJADIAN KRISIS
Fase I à memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul ketegangan
Fase II à respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan meningkat
Fase III à Emergency problem solving diaktifkan

F.     TUJUAN INTERVENSI KRISIS
1.      Meredakan inpact/krisis
2.      Menolong individu mengembangkan perilaku yang efektif untuk menangani krisis
3.      Meningkatkan fungsi klien lebih tinggi daripada prekrisis (mengembalikan individu pada tingkat fungsi sebelum krisis)

G.    LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENCAPAI TUJUAN
1.      Pengkajian individu dan masalahnya
a.       Persepsi terhadap maalah dan pencetus
b.      Kekuatan dan ketrampilan koping
c.       Kekuatan support sistem (situasi pendukung)
2.      Diagnose yang mungkin timbul
Contoh : coping individu tidak efektif (individu/keluarga)
3.      Intervensi terapeutik
a.       Organisasi dan analisa data
b.      Menggali alternatif pemecahan masalah dan cara pemecahan masalah
c.       Menentukan dukungan atau support system
d.      Menolong individu memperoleh pengertian tentang krisisnya
e.       Menolong individu mengembangkan perasaanya
f.       Menyelidiki mekanisme penanganan
g.      Memulihkan hubungan sosial
4.      Implementasi krisis
1.      Program antisipasi
Pendidikan kesehatan tentang pencegahan krisis dan respon adaptif secara dini terhadap situasi yang penuh stress
Ditujukan kepada : individu, kelompok, keluarga, masyarakat
Mengidentifikasi individu yang mempunyai resiko dan untuk berkembangnya krisis dan mengajarkan strategi koping untuk menghindari berkembangnya krisis.
2.      Program intervensi krisis
a.       Manipulasi lingkungan
Merubah lingkungan fisik dan interpersonal untuk support dan jauhkan stressor
Tujuan : menjauhkan sumber stress dan memberi dukungan
b.      General support (dukungan umum)
Klien merasa perawat selalu ada dan akan membantu, hangat, menerima, empati, melindungi (sikap terapeutik perawat)
c.       Pendekatan umum
Memberi asuhan pada kelompok resiko yang mempunyai masalah krisis yang sama
d.      Individual approach
Tujuan : tercapainya penyelesaian masalah dengan cepat
1.      Menentukan persepsi perawat-klien
2.      Menghubungkan arti peristiwa dan krisis
3.      Mengklarifikasi miskonsepsi
4.      Perhatian perasaan yang menyertai krisis
5.      Gali alternatif pemecahan masalah
6.      Coba memecahkan masalah yang sesuai
7.      Rangsang perilaku dan koping baru
8.      Reinforcement untuk meningkatkan harga diri
Tehnik :
1.      Mengungkapkan perasaan : klien mengungkapkan perasaan dengan bicarakan area emosi yang membebani
2.      Klarifikasi
Klien didorong untuk menguraikan secara lebih jelas, hubungan beberapa peristiwa dalam kehidupan
3.      Saran
Klien dipengaruhi untuk menerima ide atau keyakinan khususnya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk membantu klien.
4.      Manipulasi
Menggunakan keinginan, nilai, emosiklien untuk kepentingannya melalui proses yang terapeutik
5.      Reinforcement
Memberi respon yang positif terhadap perilaku yang adaptif
6.      Sokongan koping
Mendorong klien menggunakan koping yang adaptif dan menekan koping yang maldaftif
7.      Meningkatkan harga diri
Membantu klien untuk merasa berarti dan berguna
8.      Mengidentifikasi cara pemecahan
Bersama klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah dan menilai konsekuensinya.
e.       Intervensi krisis yang lain
1.      Terapi keluarga : keluarga sebagai sistem pendukung
2.      Kelompok krisis : perawat dan kelompok membantu klien memecahkan masalah
3.      Tim bencana
4.      Konseling melalui telepon
5.      Klinik krisis
6.      Kunjungan rumah

H.    PERAN TERAPIS
1.      Segera bina hubungan terapeutik
2.      Pengkajian cepat dan akurat
3.      Aktif langsung terlibat
4.      Eksplorasi problem
5.      Konfrontasi dan interpretasi

I.       ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS
1.      PENGKAJIAN
Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan pada maslah yang aktual.
Beberapa aspek yang harus dikaji adalah :
a.       Pristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam oleh kejadian dan gejala yang timbul misalnya :
1)      Kehilangan orang yang dicintai, baik karena perpisahan maupun karena kematian
2)      Kehilangan bi-psiko-sosio seperti kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, sosial, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.
3)      Kehilangan milik pribadi misalnya harta benda, kewarganegaraan, rumah digusur
4)      Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup
5)      Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja yang berbeda
6)      Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan.
b.      Mengidentifikasi persepsi pasien terhdap kejadian
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis termasuk pokok-pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
1)      Apa mnakna/arti kejadian bagi individu
2)      Pengaruh kejadian terhadap masa depan
3)      Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistik
c.       Mengidentifikasi sikap dan kekuatan dari sistem pendukung meliputi : keluarga, sahabat dan orang-orang penting bagi pasien yang mungkin dapat membantu
1)      Dengan siapa tinggal? Sendiri? Dengan keluarga? Dengan teman?
2)      Apakah punya teman tempat mengeluh/curhat?
3)      Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga?
4)      Apakah ada orang/lembaga yang dapat memberi bantuan?
5)      Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi orang hilang dan sebagainya.
d.      Mengidentifikasikan hal kekuatan dan mekanisme koping sebelumnya yang meliputi strategi koping yang berhasil dan tidak berhasil.
1)      Apakah yang biasa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi
2)      Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja yang menyebabkan kegagalan tersebut
3)      Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengtasi masalah sekarang
4)      Apakah suka meninggalkan lingkungan untuk sementara agar dapat berfikir dengan jernih?
5)      Apakah suka mengikuti latihan olah raga untuk mengurangi ketegangan? Apakah mencetuskan perasaannya dengan menangis?


Perilaku
Beberapa gejala yang sering ditunjukkan oleh individu dalam keadaan krisis antara lain :
a.       Perasan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan bunuh diri atau membunuh orang lain
b.      Perasaan diasingkan oleh lingkungannya
c.       Kadang-kadang menunjukkan gejala somatic
Pada krisis malapetaka (bencana) perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan fase respon terhadap musibah yang dialami. Lima fase respon terhadap musibah yang dialami.
a.       Dampak emosional
Fase ini termasuk kejadian itu sendiri dengan karakteristik sebagai berikut : syok, panik, takut yang berlebihan, ketidakmampuan mengambil keputusan dan menilai realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri.
b.      Pemberani (heroic)
Terjadi satu semangat kerjasama yang tinggi antara teman, tetangga dan tim kedaruratan mengatasi kecemasan dan depresi. Akan tetapi aktivitas yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan keletihan.
c.       Honey moon (bulan madu)
Fase ini mulai terlihat satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi malapetaka. Bantuan orang lain berupa uang, sumber daya serta dukungan dari berbagai pihak terkumpulkan, akan membantu membentuk masyarakat baru. Masalah psikologis dan masalah perilaku mungkin terselubung.
d.      Kekecewaan
Fase ini berakhir dalam 2 bulan sampai satu tahun. Pada saat ini individu merasa sangat kecewa, timbul kebencian, frustasi dan perasaan marah. Korban sering membandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya dan mulai tumbuh rasa benci/bermnusuhan terhadap orang lain.
e.       Rekontruksi reorganisasi
Individu mulai menydari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalahnya. Mereka mulai membangun rumah, bisnis dan hidupnya. Fase ini akan berakhir dalam beberapa tahun setelah terjadinya musibah
2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan pada pasien krisis antara lain :
a.       Koping individu tidak efektif berhubungan dengan anak dalam keadaan sakit, yang ditandai dengan terbatasnya kemampuan berkonsentrasi, agitasi motorik
b.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kematian putrinya yang ditandai dengan ketidakmampuan mengingat kecelakaan yang dialami bersamaan putrinya tersebut.
c.       Koping keluarga tidak efektif untuk mencapai kata sepakat berhubungan dengan perpisahan dengan suami yang ditandai dengan ketergantungan berlebihan terhadap temannya, selalu berfikir tentang kepulangan suaminya.
d.      Koping keluarga tidak efektif untuk mendapat persetujuan berhubungan dengan istri didiagnosa kanker, ditandai perasaan berduka, takut dan merasa bersalah
e.       Perubahan proses keluarga berhubungan dengan pernikahan putrinya ditandai dengan batsa keluarga yang tidak jelas, pola komuniksi yang menyimpang.
Diagnosis medic (PPGJ II, 1983)
1.      Gangguan penyesuaian dengan efek (mood) depresi
2.      Gangguan penyesuaian kecemasan
3.      Gangguan penyesuaian emosional
4.      Gangguan penyesuaian dan gangguan tingkah laku
5.      Gangguan penyesuaian dengan campuran gangguan tingkah laku dan emosi
6.      Gangguan penyesuaian menarik diri
7.      Gangguan stress pasca trauma
Diagnose keperawatan (NANDA)
1.      Anxietas
2.      Koping keluarga tidak efektif
3.      Koping individu tidak efektif
4.      Perubahan proses keluarga
5.      Berduka
6.      Takut
7.      Perubahan tumbuh kembang
8.      Defisit pengetahuan
9.      Perubahan menjadi orang tua
10.  Respon psaca trauma
11.  Gangguan harga diri
12.  Isolasi sosial
13.  Distress spiritual.
3.      PERENCANAAN
Langkah selanjutnya dari intervensi krisis adalah membuat perencanaan.
Dinamika yang mendasari krisis diformulasikan berdasarkan informasi dengan memperhatikan:
a.       Faktor pencetus
b.      Alternatif pemecahan masalah
Langkah-langkah untuk mencapai pemecahan masalah seperti menentukan lingkungan pendukung yang membantu pemecahan masalah serta bagaimana memperkuat sistem tersebut. Mekanisme koping yang perlu dikembangkan dan diperkuat.
Tujuan :
a.       Membantu pasien agar dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis
b.      Meningkatkan fungsi pasien dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin)
c.       Mencegah terjadinya dampak serius dari krisis misalnya bunuh diri.

Tindakan keperawatan
Tindakan keperawtan utama dapat dibagi 4 tingkat dengan urutan dari dangkal sampai yang paling dalam yaitu :
a.       Manipulasi lingkungan untuk memperoleh dukungan situasi
b.      Dukungan umum (general support): buatlah pasien merasa bahwa perawat ada disampingnya dan siap membantu. Sikap perawat hangat, menerima, empati secara penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien.
c.       Pendekatan umum (general approach): membantu klien menghadapi proses berduka seperti pada korban malapetaka
d.      Pendekatan individual (individual approach): terapi terhadap masalah spesifik pada pasien tertentu, efektif untuk semua tipe krisis
4.      EVALUASI
Beberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain :
a.       Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum terjadi krisis?
b.      Sudahkah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan terancam oleh kejadian yang menjadi factor pencetus?
c.       Apakah perilaku maladaptif atau symptom ditunjukkan telah berkurang?
d.      Apakah mekanisme koping yang adaptif telah berfungsi kembali?
e.       Apakah individu telah mempunyai sistem pendukung sebagai tempat dia bertumpu?

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN KRISIS"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...