Latest News

Asuhan Keperawatan Pada Anak Kekurangan Kalori Protein (KKP)

A. Konsep Penyakit Kalori-protein Malnutrisi
1. Pengertian
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999)
Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berat tidaknya yaitu KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwasiorkor, marasmus dan kwashiorkor marasmus.
Malnutrisi kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001)
Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). (Arief Mansjoer, 2000)

2. Etiologi KKP
Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat akan protein, kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau sekunder, akibat adanya penyakit yang menyebabkan asupan suboptimal, gangguan penyerapan dan pemakaian nutrien, dan/atau peningkatan kebutuhan karena terjadinya hilangnya nutrien atau keadaan stres. Kekurangan kalori protein merupakan penyakit energi terpenting di negara yang sedang berkembang dan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas pada masa kanak – kanak diseluruh dunia. (Rudolph, 2006)
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus, marasmus kwashiorkor).
Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan multifactoral.
Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifactoral menuju ke arah terjadinya KKP.
1. Ekonomi negara rendah
2. Pendidikan umum kurang
3. Produksi bahan pangan rendah
4. Hygiene rendah
5. Pekerjaan rendah
6. Pasca panen kurang baik
7. Sistem perdagangan dan distribusi tidak lancar
8. Persediaan pangan kurang
9. Penyakit infeksi dan investasi cacing
10. Konsumsi kurang
11. Absorpsi terganggu
12. Utilisasi terganggu
13. K K P
14. Pengetahuan gizi kurang
15. Anak terlalu banyak

3. Manifestasi klinik
1. KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu.
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun.
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun.
d. Maturasi tulang terlambat.
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun.
f. Anemia ringan atau pucat.
g. Aktifitas berkurang.
h. Kelainan kulit (kering, kusam).
i. Rambut kemerahan.
2. KKP Berat
a. Gangguan pertumbuhan.
b. Mudah sakit.
c. Kurang cerdas.
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian


4. Komplikasi
1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut menjadi keratomalasia (menjadi buta).
2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai ko-enzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental dan jantung.
3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-enzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan mata.
4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
5. Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
6. Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik, megaloblastik, granulositopenia, trombositopenia.
7. Defisiensi Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblas karena merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel, pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang dan dentin.
8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium Kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat merugikan tumbuh kembang anak.
9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.
10. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus pipi, bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Bau busuk yang khas merupakan tanda khas pada gejala ini.


5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kurang kalori protein (Suriand & Rita Yuliani, 2001)
1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic
Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin (Arief Mansjoer, 2000)
1. Atasi atau cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegahkedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan : a. 50 mlbolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral atau sonde / pipa nasogastrik b. Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam) c. Berikan antibiotik d. Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam 2. Atasi atau cegah hipotermi Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius : a. Segera berikan makanan cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu) b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dasa ibu, selimuti. c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5 derajat celcius
3. Atasi atau cegah dehidrasi
Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati – hati, tetesan pelan – pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam khusus yaitu resomal (rehydration Solution for malnutrition atau pengantinya). Anggap semua anak KKP berat dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberikan :
a. Cairal Resomal/pengantinya sebanyak 5ml/kgBB setiap 30 menit selama 2 jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik
b. Selanjutnya beri 5 -10 ml/kgBB/jam selama 4-10 jam berikutnya ; jumlah yang tepat harus diberikan tergantung berapa baanyak anak menginginkannntya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
c. Ganti Resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formulas khusus sejumlah yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
d. Selanjutnya mulai beri formula khusus.
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada senua KKP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)msering terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil pada terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian diuretik). Berikan:
a. Tambahkan K2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300mg KCL/kgBB/hari)
b. Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (=7,5-15mgKCL/kgBB/hari)
c. Siapkan makanan tanpa beri garam
Tambahkan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan tambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20ml larutan pada 1 liter formula.
Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu :
1. Defisiensi vitamin A, seperti korelasi defisiensi mikro
2. Dermatosis
Umum defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik dengan pemberian suplementasi Zn, selain itu :
a. Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K-permanganat) 1% selam 10 menit.
b. Beri salep (Zn dengan minyak kastor)
c. Jaga daerah perineum agar tetap kering
3. Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari.
4. Diare melanjut
Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara berhati – hati. Bila ada intoleransi laktosa (jarang) obati hanya bila diare berlanjutnya diare. Bila mungkin lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik, berikan metronidazol 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

B. Klasifikasi Kurang Kalori Protein (KKP)
1. Kwashiorkor
a. Pengertian
Kwashiorkor disebabkan oleh insufiensi asupan protein yang bernilai biologis adekuat dan sering berkenaan dengan defisiensi asupan energy ( Rudolph, 2006, hal : 1123).
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan akan mengakibatkan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sistesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, semakin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hati (Suriand & Rita yuliani, 2001)
Kwashiorkor adalah penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan perlemahan hati yang disebabkan karena kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama (Ngastiyah, 1997).
Kwashiorkor adalah suatu sindrom klinik yang timbul sebagai akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan ( Nelson, 1988)

b. Etiologi
Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat sedikit mengandung protein (terutama protein hewani), kebiasaan memakan makanan berpati terus-menerus, kebiasaan makan sayuran yang mengandung karbohidrat.
Adapun penyebab lain dari kwasiorkor adalah :
1) Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh ibu karena alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang salah tentang makanan.
2) Adanya infeksi, misalnya Diare akan mengganggu penyerapan makanandan nfeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang menambah kebutuhan tubuh akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu makan.
3) Kekurangan ASI.

c. Patofisiologi
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan akan mengakibatkan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sistesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, semakin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering karena depikmentasi. Anak dapat mengalami gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A. kekurangan mineral khususnya Besi, kalsium dan Seng. Edema yang terjadi karena hipoproteinnemia yang mana cairan akan berpindah dari intravaskuler komperteman kerongga interstinal yang kemudian menimbulkan asites. Gangguan gastrointestinal seperti adanya perlemakan pada hati dan atropi pada sel acinipankreas.

d. Manifestasi
1) Muka sembab
2) Lethargi
3) Edema
4) Jantung otot mengecil
5) Jaringan subkutan tipis dan lembut
6) Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
7) Kulit kering dan bersisik
8) Alopecia
9) Anorexia
10) Gagal dalam tumbuh kembang
11) Tampak anemia


e. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kwasiorkor adalah diare, infeksi, anemia, ganagguan tumbuh kembang, hipokalemia, dan hipernatremi

2. Marasmus
a. Pengertian
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrem (Sediaoetama, 1999).
Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).

b. Etiologi
Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan. Kelaparan biasanya terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena pengobatan, kegagalan memberikan makanan tambahan.

c. Patofisiologi
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan terutama lapisan subkutan dan badan tampak kurus seperti orang tua. Pada marasmus metabolisme kurang terganggu daripada kwasiorkhor sehingga kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak ada. Pada marasmus tidak ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia dan atau retensi sodium. Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi dengan adanya cadangan protein sebagai sumber energi.( Suriadi, 2001)
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

d. Manifestasi klinis
1) Selalu ada
Gangguan perkembangan dan hilangnya lemak di otot dan di bawah kulit.
2) Kadang-kadang ada
Mencret/diare atau konstipasi, perubahan pada rambut, seperti pada kwashiorkor, Tanda-tanda dari defisiensi vitamin.dan dehidrasi (Jelliffe, 1994)
3) Tanda dan Gejala yang lain yaitu:
Anak menjadi cengeng, sering bangun tengah malam, turgor kulit rendah dan kulitnya nampak keriput, pipi terlihat kempot, vena superfisialis tampak lebih jelas, ubun-ubun besar cekung, tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol, mata tampak besar dan dalam, sianosi, ekstremitas dingin, perut buncit/cekung dengan gambaran usus jelas, atrofi otot, apatis, bayi kurus kering.

e. Komplikasi
kwashiorkor : marasmus : infeksi tuberculosisi, parasitosis, disentri, malnutrisi kronik, gagguan tumbuh kembang.

3. Kwashiorkor Marasmus
a. Pengertian
Kwashiorkor Marasmus merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor. (Markum, 1996)
kwashiorkor Marasmus merupakan malnutrisi pada pasien yang telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi fisiologi. (Graham L. Hill, 2000).
kwashiorkor Marasmus merupakan satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan dan dehidrasi. (http.www.yahoo.com. Search engine by keywords: malnutrisi pada anak)
bentuk kwashiorkor Marasmus dari malnutrisi protein kalori ditandai gambaran klinis kedua jenis malnutrisi. Keadaan ini dapat terjadi pada malnutrisi kronik saat jaringan suvkutis, massa otot, dan simpanan lemak meghilang. Gambaran utama adalah edema kwashiorkor dengan atau tanpa lesi kulit dan kakeksia marasmus. Marasmus, kwashiorkor dan kwashiorkor marasmus secara klasik dijumpai diberbagai dunia yang belum berkembang. Gambaran penyakit spesipik ini sering dipengaruhi oleh makanan lokasi dan infeksi, dengan demikian dijumpai perbedaan penampak dari astu daerah kedaerah lain. Pada anak dengan gangguan medis serius lain, masalah malnutrisi primer lebih jarang daripada malnutrisi sekunder.

b. Etiologi
Penyebab dari kwashiorkor Maramus sama pada marasmus dan kwashiorkor.

C. Asuhan Keperawatan Pada Anak Kekurangan Kalori Protein (KKP)
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
1) Kaji tanda-tanda vital.
2) Kaji perubahan status mental anak, apakah anak nampak cengeng atau apatis.
3) Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan kerusakan fungsi hati, pankreas dan usus.
4) Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambut dan keelastisan kulit dan membran mukosa.
5) Pengamatan pada output urine.
6) Penilaian keperawatan secara berkelanjutan pada proses perkembangan anak.
7) Kaji perubahan pola eliminasi. Gejala : diare, perubahan frekuensi BAB. Tanda : lemas, konsistensi BAB cair.
8) Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari. Gejala : mual, muntahdan tanda : penurunan berat badan.
9) Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan mengamati tingkah laku anak melalui rangsang.

b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang, umumnya berupa anemia hipokronik atau normokromik.
b) Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah, trigliserida normal, dan kolesterol normal atau merendah.
c) Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
d) Kadar gula darah umumnya rendah.
e) Asam lemak bebas normal atau meninggi.
f) Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
g) Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal, merendah maupun meninggi.
h) Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkat dan indeks hidroksiprolin menurun.
i) Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengan kasus perlemakan berat.
j) Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
k) Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
l) Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase, esterase, kolin esterase, transaminase dan fosfatase alkali. Aktifitas enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.
m) Defisiensi asam folat, protein, besi.
n) Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk asam amino meningkat.

c. Pemeriksaan Radiologik
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan.

2. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekutnya intake nutrisi
Perencanaan :
Anak akan memperlihatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi secara adekuat yang ditandai dengan berat badan normal sesuai dengan usia, nafsu makan meningkat dan tidak ditemukan manifestasi nutrisi.
Intervensi :
1) Kaji antropometri
2) Kaji pola makan
3) Berikan intake makanan tinggi kalori, tinggi protein, tinggi mineral dan tinggi vitamin
4) Prekuensi makan dapat ditinggkatkan setiap 3 – 4 jam dan selinggi dengan makanan kecil yang tinggi kalori dan protein
5) Timbang berat badan setiap hari
6) Tinggkat kan pemberian asi dengan pemasukan intake nutrisi yang nadekuat pada orang tua (ibu)

b. Kurangnya volume cairan dan konstipasi berhubungan dengan kurangnya intake cairan
Perencanaan :
Anak tidak menimbulkan tanda – tanda dehidrasi yang ditandai dengan ubun – ubun tidak cekung, turgor kulit normal, membaran mukosa lembab, aou put urine sesuai berat jenis urine normal dan anak menunjukan kebiasaan buang air besar dengan konsisitensi lembek.
Intervensi :
1) Berikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisi
2) Berikan cairan peroral
3) Berikan cairan atau nutrisi perparentral; pantau kepatenan obat
4) Ukur intake dan aut put; 2 – 3 ml/kg/jam
5) Ukur berat jenis urine
6) Auk skultasi bising usus
7) Kaji tanda – tanda dehidrasi
8) Pantau adanya overload cairan.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan makanan yang cukup.
Perencanaan :
Anak menunjukan keutuhan integritas kulit yang ditandai dengan kulit tidak bersisik, tidak kering, dan elastissitas kulit normal.
Intervensi :
1) Kaji kebutuhan kulit setiap pergantian dinas
2) Berikan suplemen vitamin
3) Berikan alas matras yang lembut
4) Berikan krim kulit
5) Ganti segera pakaian yang lembab atau basah
6) Lakukan kebersihan kulit
7) Hindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit

d. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun sekunder malnutrisi.
Perencanaan :
Anak akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh normal dan leukosit dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji tanda – tanda infeksi ; ukur suhu tubuh setiap 4 jam
2) Gunakan standar pencegahan universal ; kebetsihan, mencui tangan yang benar bila akan kontak pada anak, menghindarai dari anak yang infeksi
3) Berikan imunisasi bagi anak yang belum imunisasi.

e. Kurangnya pengeathuan berhubungan dengan tidak tahu memberikan intake nutrisi yang adekuat pada anak.
Perencanaan :
Orang tua memahami pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak
Intervvensi :
1) Ajarkan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
2) Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat
3) Jelaskan kondisi yang terkait dengan malnutrisi
4) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan produksi ASI
5) Libatkan keluarga dalam perawatan anak untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

3. Evaluasi
a. Masukan kalori, protein adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan dan nafsu makan meningkat.
b. Haluaran urine adekuat.
c. Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tidak menunjukkan adanya edema.
d. Kulit halus, elastisitas baik, rasa gatal hilang.
e. Suhu tubuh turun.
f. Pertumbuhan tidak terhambat, tidak ada perubahan pigmen pada rambut atau kulit.
g. Anak ceria, tidak apatis dan tidak cengeng.

4. Perencanaan pemulangan
a. Jelaskan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat dengan menggunakan gambar – gambar
b. Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi
c. Ajarkan dan jelaskan orang tua untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
d. Berikan penjelasan makanan formula yang perlu diberikan pada anak.

0 Response to "Asuhan Keperawatan Pada Anak Kekurangan Kalori Protein (KKP)"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...