Latest News

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN AUTISME

A. Pengertian
Gangguan autistik adalah suatu gangguan dalam bahasa, persepsi, dan perkembangan motorik, kepedulian terhadap sekitar, dan ketidakmampuan untuk berperan dalam lingkungan sosial. Masalah ini jelas sebelum usia 3 tahun. Pada umumnya yang sering adalah kurang merespon terhadap orang lain, penurunan kemampuan dalam keterampilan komunikasi, dan tanggapan aneh dengan berbagai aspek lingkungan, gangguan berkembang dalam umur 30 bulan pertama. Kondisi ini merupakan yang jarang, terjadi pada anak-anak hanya 2 hingga 10 dari 10.000, meskipun mungkin meningkat dalam insidennya.(APA, 2000)
Pada pemeriksaan fisik, keadaan anak mirip seperti menderita organic psichose (gangguan jiwa). Para pemerhati anak-anak malahan pernah menyebut autisme sebagai kelainan yang mengerikan dan menjijikan (abomination).
Autisme adalah suatu keadaan dimana seseorang anak berbuat semaunya sendiri baik cara berpikir maupun berprilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih muda, biasanya sekitar usia 2-3 tahun. Autisme biasanya mengenai siapa saja, baik yang sosio-ekonomi maupun kurang, anak atau dewasa, dan semua etnis.
Autisme adalah ketidakmampuan perkembangan yang biasanya terlihat sebelum usia dua setengah tahun dan ditandai dengan gangguan pada wicarra dan bahasa, mobilitas, persepsi, dan hubungan interpersonal.(Speer, 2007)
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala.(Sacharin, R, M,1996)

Ciri-ciri anak penderita autisme :
1. Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya.
2. Tidak bisa bereaksi normal maupun pergaulan sosialnya.
3. Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan mental pada anak=autis-children).
4. Reaksi atau pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang dan tidak padan.
Pada pemeriksaan status mental, ditemukan kurangnya orientasi lingkungan,rendahnya ingatan, meskipun terhadap kejadian yang baru, demikian juga kepedulian terhadap sekitar sangat kurang. Anak autisme kalau berbicara cepat-cepat tetapi tanpa arti, kadang di selingi suara yang tidak jelas maksudnya seperti suara gemeretak gigi bila si anak menggigil karena demam.
Kebanyakan intelegensia anak autisme rendah. Namun demikian, 20% dari anak autisme masih mempunyai IQ>70. Kemampuan khusus, seperti membaca, berhitung, menggambar, melihat penanggalan dan mengigat jalanan yang banyak liku-likunya, kurang. Anak autisme berarti anak yang kurang bisa bergaul atau kurang bisa mengimbangi anak sebayanya. Tetapi tidak sampai seperti anak Down Syndrime yang idiot, atau anak yang gerakan ototnya kaku, pada anak dengan keainan jaringan otak. Autisme menimpa seluruh bangsa, ras serta seluruh tingkat social. Hanya lebih sering terdapat pada anak lelaki, bisa sampai 3-4 kali di banding anak perempuan, mungkin ada hubungan genetic. Sebagian besar penderita autisme biasanya mengalami gangguan berbahasa.

B. Factor penyebab terjadinya Autisme
Penyebab terjadinya autisme belum di ketahui secata pasti, hanya diperkirakan mungkin adanya kelainan dari system saraf (nourologi) dalam berbagai derajat berat ringannya penyakit.(Faisal Yatim, 2003)
Berbagai hal penyebab Autisme diantaranya :
1. Genetic (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosom (sindrom X yang mudah pecah atau fragil)
3. Neurokimia (ketokelamin, serotonirn, dopamine belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, deficit pengaktif reticulum, keadaan tidak menguntungkan antara factor psikogenik dan perkembangan saraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organic dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsy.
6. Lingkungan terutama sikap oramg tua dan kepribadian anak.
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak.
Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya. (http://asuhankeperawatananak. blogspot.com /2008 /09/autisme.html)
Penyebab autisme juga bisa di sebabkan berbagai macam trauma seperti : (Faisal Yatim, 2003).
1. Sewaktu bayi dalam kandungan, misalnya karena keadaan keracunan kehamilan (toxemia gravidarum) , infeksi virus rubella, virus cytomegalo, dan lain-lain.
2. Kejadian segera setelah lahir (perinatal) seperti kekurangan oksigen (anoksia).
3. Keadaan sealam kehamilan seperti pembentukan otak yang kecil, misalnya vermis otak kecil yang lebih kecil (microsepali) atau terjadi pengerutan jaringan otak (tuber sklerosis).
4. Mungkin karena kelainan metabolisme seperti pada penyakit Addison, (karena infeksi Tuberkulosa, dimana terjadi bertambahnya pigment tubuh dan kemunduran mental).
5. Munkin karena factor lain.

C. Manifestasi klinis
Kelompok kelainan prilaku yang hampir selalu di temukan pada autisme, antara lain : (Faisal Yatim, 2003).
1. Mengalami kesulitan untuk menjalin pergaulan yang rapat.
2. Sangat kurang menggunakan bahasa.
3. Sangat lemah kemampuan berkomunikasi.
4. Kelainan lain-lain :
a. Sangat peka terhadap perubahan lingkungan.
b. Setiap perubahan bagi anak autisme selalu dirasakan buruk dan perubahan yang kea rah yang baik pun tidak pernah dirasakan sebagai surprise.
c. Memperlihatkan gerakan-gerakan tubuh yang aneh,.
d. Sebagian kecil anak autisme menunjukan masalah prilaku yang sangat menyimpang,
Pencetus timbulnya kelainan perilaku tersebut bisa saja hanya kerena merasa kecewa, atau marah, bosan, takut, cemas, atau hanya karena perubahan lingkungan kesehariannya yang rutin, antara lain : (Faisal Yatim, 2003)
1. Terpaku (terlalu menyayangi) pada benda mati. Misalnya apabila mainannya hilang atau rusak maka si anak akan sangat marah, atau memperlihatkan reaksi lain yang tidak setara dengan masalahnya.
2. Bereaksi tidak normal terhadap rangsangan sekitar seperti bau, bunyi, atau sinar.
3. Kurang mampu berimajinasi (daya khayal).
Menurut (Faisal Yatim, 2003), Dalam berinteraksi social, anak autisme di kelompokan atas 3 (tiga) kelompok
1. Menyendiri
a. Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya.
b. Bertendensi kurang menggunakan kata-kata, dan kadang sulit berubah meskipun usianya bertambah lanjut.
c. Menghabiskan harinya berjam-jam untuk sendiri, dan kalau berbuat sesuatu, melakukannya berulang-ulang.
d. Sangat tergantung pada kegiatann sehari-hari yang rutin.
e. Gangguan prilaku pada kelompok anak autism ini, termasuk bunyi-bunyi aneh, gerakan tangan, tabiat yang mudah marah, melukai diri sendiri, menyerang teman bergaul, merusak dan menghancurkan mainannya sendiri.
2. Kelompok anak autism yang pasif
a. Lebih bisa bertahan pada kontak fisik, dan agak mampu bermain dengan kelompok teman bergaul dan sebaya, tetapi jarang sekali mencari teman sendiri.
b. Mempunyai perbendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih agak terlambat bisa berbicara di banding dengan anak yang sebaya.
c. Kadang-kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang-kadang pula di bumbui kata yang kurang di mengerti.
d. Gangguan prilaku pada kelompok ini tidak seberat anak kelompok yang menyendiri.
e. Disamping bertedensi larut dengan perubahan lingkungannya, tetapi masih lebih tahan di bandingkan dengan anak autisme yang menyendiri dan yang aktif tetapi menurut kemauannya sendiri.
3. Anak autisme kelompok yang aktif tetapi menggunakan cara sendiri
a. Kelompok ini seperti bertolak belakang dengan kelompok anak autisme yang menyendiri karena lebih cepat bisa bicara dan memiliki perbendaharaan kata paling banyak.
b. Meskipun bisa merangkai kata dengan baik, tetapi tetap saja terselip kata-kata yang aneh dan kurang di mengerti.
c. Masih bisa ikut berbagi rasa dengan teman bermainnya.
d. Menyenangi dan terpaku pada salah satu jenis barang tertentu misalnya penanggalan kalender, jenis kendaraan tertentu.
e. Dalam berdialog, sering mengajukan pertanyaan dengan topic yang menarik, dan bila jawaban tidak memuaskan atau pertanyaannya di potong, akan bereaksi sangat marah.
f. Menegakkan diagnose anak autism kelompok ini kadang-kadang sulit, karena kenyataannya anak ini bisa bergaul dengan lingkungannya.
D. Pengelompokan Autisme
Menurut (Faisal Yatim, 2003), Autism di kelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Autisme Persepsi
Autisme persepsi dianggap autisme asli dan di sebut juga autisme internal (endogenous) karena kelainan sudah timbul sebelum lahir. Gejala yang dapat di amati adalah :
a. Rangsangan dari luar baik yang kecil maupun yang kuat, akan menimbulkan kecemasan.
b. Banyaknya pengaruh rangsangan dari orang tua, tidak bisa di tentukan.
c. Pada kondisi begini, orang tua mulai peduli atas kelainan anaknya, sambil terus menciptakan rangsangan-rangsangan yang memperberat kebingungan anaknya, mulai berusaha mencari pertolongan.
d. Pada saat begini, si bapak malah sering menyalahkan si ibu kurang memiliki kepekaan naluri keibuan.
Sekiranya keluarga menyadari bahwa autisme dan beberapa kelainan terjadi akibat pengaruh dalam keluarga di sertai pengaruh lingkungan. Ketidakmampuan anak berbahasa, termasuk pada penyimpangan eaksi terhadap rangsangan luar, begitu juga ketidak mampuan anak bekerja sama dengan orang sekitarnya.
Anak yang terlau peka atau sangat kurang peka terhadap rangsangan dan pengaruh luar, pada tahap awal sulit di diiagnosa tidak seperti memeriksa rasa penciuman, atau rasa sedap makanan, atau kepekaan rangsangan raba. Hanya bisa dilakukan dengan pengawaasan dan pengamatan yang ketat.
2. Autisme Reaktif
Pada Autisme reaktif, penderita membuat gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala yang dapat di amati adalah :
a. Autisme ini biasa mulai terlihat pada anak usia lebih besar (6-7 tahun) sebelum anak memasuki tahap berfikir logis.
b. Mempunyai sifat rapuh, mudah terkena pengaruh luar yang timbul setelah lahir, baik karena trauma fisik atau psikis, tetapi bukam di sebabkan karena kehilangan ibu.
c. Setiap kondisi, bisa saja merupakan trauma pada anak yang berjiwa rapuh ini, sehingga mempengaruhi perkembangan normal kemudian harinya.
Beberapa keterangann yang perlu diketahui yang mungkin merupakan factor resiko pada kejadian autisme reaktif ini :
a. Anak yang terkena autisme reaktif menghhadapi kecemasan yang berat pada masa kanak-kanak, memberikan reaksi terhadap pengalamannya yang menimbulkan trauma psikis tersebut.
b. Trauma kecemasan ini terjadi sebelum anak berada penyimpanan memori diawal kehidupannya tetapi proses sosialisasi dengan sekitarnya akan terganggu.
c. Trauma kecemasan yang terjadi setelah masa penyimpanan memori akan berpengaruh pada anak usia 2-3 tahun. Karena itu meskipun anak masih memperlihatkan emosi yang normal tetapi kemampuan berbicara dan berbahasanya sudah mulai terganggu. Ini yang membuat orang tuia si anak menjadi khawatir.
3. Autisme yang Timbul Kemudian
Kalau kelainan di kenal setelah anak agak besar tentu akan sulit memberikan pelatihan dan pendidikan untuk mengubah prilakunya yang sudah melekat, ditambah beberapa pengalaman baru dan mungkin diperberat dengan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.
4. Penatalaksanaan
Menurut ahli, sebagian besar anak autisme bila diagnosanya cepat di tegakkam dan ditanggulangi dengan baik oleh ahli penyakit jiwa, bisa tumbuh sampai dewasa dan masih bisa berbuat dan berguna untuk sesama meskipun mungkin cara hidup kesehariannya masih autistic (menurut keinginan dan caranya sendiri).
Banyak yang bisa dilakukan terhadap penderita autisme , antara lain :
a. Terutama melalui program pendidikan dan latihan di ikuti pelayanan dan perlakuan lingkungan yang wajar.
b. Untuk mengurangi prilaku anak yang tidak wajar, pengasuh dan orang tua harus di ajari cara menghadapi anak autisme.
c. Pengobatan yang dilakukan adalah untuk membatasi memberatnya gejala dan keluhan, sejalan dengan pertambahan usia anak.
d. Di uasahakan agar anak meningkatkan perhatian dan tanggung jawab terhadap orang sekitarnya.
e. Untuk mencapai keadaan tersebut, bimbingan dan pendidikan harus dilakukan secara perorangan, dan tidak mungkin efektif bila dilakukan secara kelas.
f. Orang tua, saudara atau pelatih sukarela, harus ikut menyediakan waktu dan perhatian bersama-samma tenaga penolong sehingga anak tidak mempunyai peluang untuk kembali pada kebiasaannya yang kurang baik, yang sudah terbiasa dia lakukan sebelumnya.
g. Perlunya menegakkan daignosa autisme secara dini.
Penanganan masalah dari anak autisme ini antara lain : (Faisal Yatim, 2003).
a. Mengurangi kepekaan (desensitisasi) terhadap bunyi, rasa perabaan kulit, cahaya, rasa makanan, dan lain-lain serta mengusahakan perubahan perilaku yang menyimpang.
b. Bila kebiasaan periaku dan tutur bahasanya yang kacau bertambah memburuk, saatnya anak ini memerlukan pembimbing khusus.
c. Latihan bicara berbahasa, dan bahasa isyarat, diperlukan untuuk memberikan pelatihan dan bimbingan bagi anak yang mengalami gangguan berbahasa yang berat (sampai anak seperti orang bisu, tak mau berbicara).
d. Psychotherapy lebih diperlukan pada autisme anak yang lebih besar dari pada untuk anak autisme yang masih balita.
E. Perencanaan pengobatan yang paripurna terhadap anak autisme
Menurut (Faisal Yatim, 2003) ada beberapa perencanaan pengobatan pada gangguan Autisme yaitu :
a. Program pendidikan
b. Petunjuk bagi pengasuh dan keluarga dalam menghadapi anak autisme
c. Perhatian pada pengaruh langkah pengobatan yang diambil
Obat-obat psikotropik kadang-kadang bermanfaat pada beberapa penderita autisme. Fasilitas pengobatan untuk anak umur prasekolah biasanya dipersiapkan untuk anak autisme yang masih kecil dan berat. Sekolah pemerintah sebaiknya tanggap untuk menyediakan fasilitas untuk menangani anak autisme.
Program pelatihan dan pendidikan autisme:
a. Program playgroup untuk anak autisme usia prasekolah.
b. Program wisata dan rekreasi
c. Konsultasi disertai pelatihan bagi orang tua dan keluarga anak autisme.
d. Tempat tinggal atau ruang perawatan anak autisme bila keluarganya tidak mampu menanggulangi di dalam keluarga.
e. Latihan kerja dan beberapa program persiapan bergaul dan bekerja di masyarakat bagi anak autisme yang sudah agak besar atau remaja.
f. Fasilitas perawatan gigi, dan pelayanan kesehatan khusus untuk penderita autisme.
g. Persiapan fasilitas lain di dalam masyarakat sehingga penderita autisme tidak terlalu tergantung pada orang sekitarnya.
F. Manajemen terapi
Gangguan autistik adalah kondisi yang membingungkan. Orangtua perlu banyak dukungan sehingga mereka tidak menolak anak yang mengalami gangguan autisme tersebut, karena kebanyakan orang tua tampaknya akan menolak keberadaan mereka. Terapi modifikasi Perilaku mungkin efektif dalam mengontrol beberapa tingkah laku aneh yang menyertai autism. Tetapi, karena penyebab dasar gangguan tersebut tidak diketahui, terapi tidak akan selalu berhasil.(Bechtold,2001).

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN AUTISME"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...