Latest News

infeksi dan peradangan yang terjadi pada organ reproduksi wanita

A. Anatomi fisiologi reproduksi.
Anatomi organ reproduksi pada wanita terbagi atas alat genitalia eksterna dan alat genitelia interna.
1. Alat Genitalia Eksterna.
a. Mons Veneris.
Mons Veneris adalah bagian yang menonjol diatas sinfisis dan pada wanita dewasa ditutup oleh rambut kemaluan. Pada wanita umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangan ke bawah sampai sekitar anus dah paha.
b. Labia Mayora (bibir – bibir besar).
Terdiri atas bagian kanan dan kiri lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris kebawah dan kebelakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior.
c. Labia Minora.
Suatu lipatan tipis dari kulit bagian dalam bibir besar.Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujungnya saraf yang menyebabkan bibir kecil amat sensitif.
d. Klitoris.
Kira-kira sebesar kacang hijau, tertutup oleh preputium klitoridis, dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang meggantungkan klitoris ke os pubis.
e. Vulva.
Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka kebelakang dan dibatasi dimuka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum.
f. Bulbus vestibuli sinistra et dekstra.
Terletak di bawah selaput lendir vulva, dekat ramus ossis pubis. Besarnya 3-4 cm panjang, lebar 1-2 cm dan 0,51-1 cm tebal.

g. Introitus vagina.
Mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada seorang virgo selalu dilindunggi oleh labia minora, jiika bibir ini dibuka, maka barulah dapat dilihat ditutupi oleh selaput dara.

h. Perinium.
Yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.


2. Alat Genitalia Interna.
a. Vagina (liang kemaluan).
Adalah pengjubung antara introitis dan uterus. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae, ditengah-tengahnya ada bagia yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Disebelah depan dinding vagina depan bagian bawah terdapat uretra, sedangakan bagian atasnya berbatasa dengan kandung kencing samping ke forniks anterior vagina.
b. Uterus.
Berbentuk seperti buah alpokat yang sedikit gepeng ke arah muka belakang ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga, panjang uterus 7 – 7,5 cm, lebar 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Uterus terditi atas fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri.
c. Tuba Valloppii.
Tuba valopi terdiri atas pars interstisialis ( bagian yang terdapat di dinding uterus), pars hismika (merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya), pars ampullaris (bagian yang b erbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi), infundibullum (bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria.
d. Ovarium (indung telur).
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri, yang dengan mesovarium menggantung di bagiam belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari dengan panjang kira-kira 4 cm, lebar kira-kira 1,5cm.

B. Konsep Infeksi & Peradangan Organ Reproduksi.
1. Bartolinitis
a. Pengertian Bartolinis.
Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah. (ezcobar.com, 29/03/2010. 19:45)
Bartolinitis adalah infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita.biasanya pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tidak bisa berjalan, juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
Infeksi pada glandula bartholini (bartholinitis) sering kali timbul pada gonorea, akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain misalnya,streptokokus, atau basil koli. Pada bartholinitis akut kelenjar membesar, merah, nyeri dan lebih panas daripada daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya atau jika duktus tersebut mengumpul didalamnya dan menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek,jika belum abses bisa diatasi dengan antibiotik,jika sudah bernanah mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan sayatan.Radang pada glandula Bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kista Bhartolini.

b. Penyebab Bartolinitis.
Bartolonitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari clamidia, gonorrhea dan sebagainya. infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat di produksinya cairan pelumas vagina. Penyebab Bartolinitis yaitu infeksi dan oklusi duktus ekskretorius kelenjar, pseudokista bartolin timbul karena retensi pus didalam duktus eksretorius.

c. Etiologi Bartolinitis.
1) Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh:
• Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
• Jamur : kandida albikan.
• Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
• Bakteri : neiseria gonore.
2) Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
• Virus : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
• Jamur : asinomises.
• Bakteri : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli

d. Tanda Dan Gejala Bartolinitis.
Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri tekan.
1) Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau duduk,juga dapat disertai demam.
2) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke Puskesmas dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
3) Terdapat abses pada daerah kelamin.
4) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.

2. Vaginitis
a. Pengertian Vaginitis
Vaginitis adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi di pelayanan primer. Pada sekitar 90% dari perempuan yang terkena, kondisi ini disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis vulvovaginal. Vaginitis terjadi ketika flora vagina telah terganggu oleh adanya mikroorganisma patogen atau perubahan lingkungan vagina yang memungkinkan mikroorganisme patogen berkembang biak/berproliferasi. Pemeriksaan untuk vaginitis meliputi penilaian risiko dan pemeriksaan fisik, dengan fokus perhatian pemeriksaan pada adanya dan karakteristik dari discharge vagina. Pemeriksaan laboratorium diantaranya: metode sediaan basah garam fisiologis (Wet Mount) dan KOH, pemeriksaan PH discharge vagina dan "whiff" test. Pengobatan untuk vaginosis bacterial dan trikomoniasis adalah metronidazol, sementara untuk kandidiasis vaginal, pilihan pertama adalah obat anti jamur topikal (Am Fam Physician 2000;62:1095-104.) (http://www.kesrepro.info/)
Vaginitis adalah peradangan atau infesi pada vagina. Vagina dilindungi terhadap infeksi oleh pH yang rendah di dalam vagina yang disebabkan oleh adanya bacil Doderlein. Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit dan jamur. Beberapa keadaan yang dapat memudahkan infeksi:
1) Coitus terutama kalau smegma prepurtiium mengandung kuman-kuman.
2) Tampon-tampon dalam vagina misalnya untuk menampung darah haid
3) Hygiene yang kurang
4) Atrofi efitel vagina pada masa senil (ketuaan) dimana epitel vagina kurang mengandung glycogen dan menjadi tipis.

b. Penyebab Vaginitis
Penyebab terjadinya vaginitis adalah sebaga berikut:
1) Pada anak-anak disebabkan gonorea dan corpus allineum
2) Pada orang tua terjadi karena pertahanan terhadap infeksi pada vagina menurun sehubungan dengan “aging process”
3) Vaginitis pada masa reproduksi sering terjadi pada martubasi, corpus allineum (pressarium, obat atau alat kontrasepsi, kapas), dan rangsangan termis.

c. Gejala Vaginitis
Gejala umum vaginitis adalah:
1) Pengeluaran keputihan berlebihan, dapat seperti nanah
2) Terasa panas dan gatal
3) Suhu badan dapat meningkat
4) Bagian luar terjadi pembengkakan
5) Pada vagina terdapat bintik merah, mudah berdarah
6) Terasa nyeri saat hubungan seks


3. Servicitis
a. Pengertian
Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding selaput lendir vagina. (gynekologi.FK UNPAD,1998). Juga merupakan : Infeksi non spesifik dari serviks, erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik ), biasanya terjadi pada serviks bagian posterior.

b. Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seprti dilatasi, dan lain-lain.

c. Gejala Klinis
1) Flour hebat, biasanya kental atau purulent dan biasanya berbau.
2) Sering menimbulkan erusio ( erythroplaki ) pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala.
3) Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulent keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorroe
4) Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
5) Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovulonobothi dan akibat retensi kelenjer-kelenjer serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena peradangan.
6) Gejala-gejala non spesifik seperti dispareuni, nyeri punggung, dan gangguan kemih
7) Perdarahan saat melakukan hubungan seks

d. Klasifikasi
1) Servisitis Akuta.
Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorroe, infeksi postabortum, postpartum, yang disebakan oleh streptococcus, sthapilococus, dan lain-lain. Dalam hal ini streptococcus merah dan membengkak dan mengeluarkan cairan mukopurulent, akan tetapi gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak ditengah-tengah gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan diberikan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau dapat menjadi kronika.

2) Servisitis Kronika.
Penyakit ini dijumpai pada sebagisn wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endoserviks serta kelenjar-kelenjarnya sehingga menyebabkan infeksi menahun.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
a) Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servicitis ini menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
b) Di sini ada portio uteri disekitar ostium uteri eksternum, tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio disekitarnya, secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
c) Sobeknya pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras, secret mukopurulent bertambah banyak.

4. Adnexitis
a. Pengertian
Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya (Ilmu Kandungan, Ed : 2, Hal : 287).

b. Etiologi
Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.

c. Klasifikasi
Adnexa atau salpingo-ooporitis tebagi atas :
1) Salpingo ooporitis akuta.
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecendrungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping.
Pada salpingitis gonoroika ada kecendrungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative.
Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan ana aerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain.
Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disisni timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.
Gejala-gejala yang sering terjadi :
 Suhu tinggi
 Leukosit tinggi
 Nyeri disebelah kanan atau kiri uterus
 Setelah beberapa hari dijumpai tumor dengna batas yang tidak jelas dan nyeri tekan.

2) Salpingo ooporitis kronika.
Terbagi atas :
a) Hidrosalping
Hidrosalping terdapat pentupan ostium tuba abdominalis. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalpin simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, pada hidrosalping folikularis terbagi dalam ruangan kecil
b) Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah, dan terdapat perlekatan pada daerha sekitarnya.
c) Salpingits interstitial tuba
Salpingitis interstitial kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat ditemukan penumpukan nanah ditengah jaringan otot.
d) Kista tuba ovarial
Pada kista tuba ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium.
e) Abses tuba ovarial
Piosalping bersatu dengan abses ovarium.

d. Tanda Dan Gejala
Gejala-gejala adnexitis tidak selalu jelas, namun bisa didahului oleh gejala :
• Panas
• Nyeri perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan
• Nyeri bertambah pada pekerjaan berat disertai penyakit pinggang
• Leukorea
• Haid lebih banyak dari biasa, dan siklus tidak teratur
• Infertilitas
• Disminorroe

5. Penyakit Menular Seksual
a. Herpes Genitalis.
1) Pengertian
Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan cenderung bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). (http://id.wikipedia.org).
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.

2) Penyebab
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata).

3) Gejala
Pada wanita penyakit ini biasanya tanpa gejala, tapi dapat menularkan penyakit. Penularan hampir selalu terjadi melalui hubungan seksual. masa inkubasi 3-5 hari, kemudian pada daerah kemaluan timbul gerombolan vesikel, di atas kulit kemerahan dan dirasakan nyeri, bila pecah meninggalkan bekas. Sering disertai pembesaran kelenjar yang nyeri. Penyakit sembuh dalam 2-3 minggu. Penyakit sering kumat, timbul pada tempat yang sama dan biasanya lebih ringan dari gejala infeksi pertama. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan biasanya adalah kelelahan fisik dan stress mental, atau infeksi sistemik lainnya. Hubungan seksual yang berlebihan dengan banyak pasangan meningkatkan kemungkinan berhubungan dengan orang yang sudah kena. Komplikasi pada wanita hamil dapat ditularkan melalui ari-ari atau pada saat melahirkan, dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau cacad permanen. Di samping itu, dapat pula menyebabkan kanker serviks.
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan. Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi. Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu.
Adapun gejalanya sebagai berikut :
 Nyeri dan disuria
 Uretral dan vaginal discharge
 Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
 Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
 Nyeri pada rektum, tenesmus.

4) Tanda – tanda.
a) Herpes genital primer Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.
b) Herpes genital rekuren Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks.


5) Penanganan
a) Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
b) Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
c) Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.
d) Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
• menjaga kebersihan lokal
• menghindari trauma atau faktor pencetus.
e) Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
f) Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah :
• Asiklovir (Zovirus)
• Famsiklovir
• Valasiklovir (Valtres)

6) Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral. Cara pencegahan secara spesifik :
a) Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
b) Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
c) Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
d) Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
e) Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam pencegahan.

b. Clamidia (Limfogranuloma Venereum).
1) Pengertian
Limfogranuloma Venereum adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.Penyakit ini terutama ditemukan di daerah tropis dan subtropics ((http://id.wikipedia.org).

2) Penyebab.
Bakteri Chlamydia trachomatis, yang merupakan bakteri yang hanya tumbuh di dalam sel. Chlamydia trachomatis penyebab limfogranuloma venereum berbeda dengan Chlamydia trachomatis lainnya yang menyebabkan uretritis dan servisitis.

3) Gejala
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya.Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua selangkangan. Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening tersebut. Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali.

4) Tanda – tanda
Tanda - tanda Chlamydia adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah.
Akibat penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.

5) Penanganan
Pemberian doksisiklin, eritromisin atau tetrasiklin per-oral (melalui mulut) selama 3 minggu akan mempercepat penyembuhan. Setelah pengobatan, dilakukan pemeriksaan rutin untuk mengetahui bahwa infeksi telah sembuh.


6) Pencegahan
Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui menderita penyakit ini). Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini, sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).

c. Gonorrhoe.
1) Pengertian
Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan paling mudah ditegakkan diagnosisnya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah “kencing nanah”. Masa inkubasi 3-5 hari. ((http://id.wikipedia.org))

2) Penyebab.
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.
• Kuman : Neisseria gonorrhoea
• Perantara : manusia
• tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut
• cara penularan : kontak seksual langsung
• tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
• yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak aman.


3) Tanda dan Gejala.
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak. Sedikit rasa gatal atau panas sewaktu kencing terdapat pada ujung penis atau bagian distal uretra.
Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam. Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum penderita.
Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore bisa menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan.
Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore). Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang terkena. Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan.
Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing. Dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. Pada wanita, penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas atau bahkan tidak menimbulkan keluhan sama sekali, sehingga wanita mudah menjadi sumber penularan GO. Kadang penderita mengeluh keputihan dan nyeri waktu kencing.

4) Penanganan
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Selama pengobatan, dan sampai dinyatakan efektif, tiap hari penderita harus minum air lebih dari 3 liter, menjauhi alcohol dan hubungan seks, serta mmperhatikan aspek-aspek kesehatan seperti istirahat dan tidur.
Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).

5) Pencegahan
Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui menderita penyakit ini). Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini, sebaiknya menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).


d. Sifilis
1) Pengertian.
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum. Kasus sifilis tampaknya terus merupakan endemik pada semua tingkat sosial, dan memerlukan penjagaan yang baik pada tiap kesempatan bagi pasien ginekologis. Diagnosis dini adalah penting untuk menghindari penularan pada pasangan lain dan terutama terhadap janin pada kehamilan dan untuk mencegah efek jangka panjang yang ireversibel.

2) Penyebab.
Treponema pallidum pallidum yang merupakan penyebab sifilis. Masa tunasnya antara 2-4 minggu, tetapi biasanya 3 minggu. Treponema pallidum pallidum merupukan spirochaeta yang bersifat motile yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir kehamilan. Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti lendir (mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran mucosa. Pada tanggal 17 Juli 1998, suatu jurnal melaporkan sekuensi genom dari Treponema pallidum. Treponema pallidum pallidum adalah bakteri yang memiliki genom bakterial terkecil pada 1.14 million base pairs (Mb) dan memiliki kemampuan metabolisme yang terbatas, serta mampu untuk beradaptasi dengan berbagai macam jaringan tubuh mamalia.
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).Sifilis atau yang disebut dengan ‘raja singa’ disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae ini, memiliki ukuran yang sangat kecil dan dapat hidup hampir di seluruh bagian tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan. Anda tidak dapat tertular oleh sifilis dari handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC.

3) Tanda dan Gejala.
Tanda dan gejala terjadi dibagi dalam empat stadium berbeda :
Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
Stadium dua. Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemukan adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
Stadium tiga. Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.
Sedangkan pada lelaki yang telah tertular oleh sifilis memiliki gejala-gejala yang mirip dengan apa yang dialami oleh seorang penderita wanita. Perbedaan utamanya ialah bahwa pada tahap pertama, chancre tersebut akan muncul di daerah penis. Dan pada tahap kedua, akan muncul luka-luka di daerah penis, mulut, tenggorokan dan dubur.

4) Penanganan.
Hingga saat ini obat pilihan utama untuk sifilis ialah penisilin, bila ternyata alergi terhadap penisilin, diberikan antibiotika lain. Diperlukan konsentrasi yang cukup dalam serum untuk membunuh Treponema. In vitro T. pallidum sensitif terhadap penisilin dengan konsentrasi sekitar 0,01 u/ml. Dengan demikian konsentrasi 0,03 u/ml dalam serum dapat diperoleh dengan memberikan penisilin atau penisilin yang bersifat long acting. Pemberian penisilin oral tidak tidak dianjurkan, sebab konsentrasi dalam serum rendah akibat absorbsi yang kurang baik. Pengobatan tidak hanya untuk membunuh Treponema di dalam darah, akan tetapi juga di dalam jaringan terutama limfe dan susunan syaraf pusat. Belum begitu jelas diketahui mengenai konsentrasi penisilin di dalam jaringan, karena setelah pemberian pengobatan masih ditemukan Treponema di dalam cairan sumsum tulang belakang. Tujuan utama pemberian penisilin secara suntikan ialah agar dicapai konsentrasi 0,03 u/ml di dalam serum selama 10-15 hari pada sifilis dini. Masa pemberian suntikan dapat diperpanjang unntuk jangka waktu 15-20 hari pada sifilis lanjut.
5) Pencegahan.
a) Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang pasangan yang setia.
b) Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual.
c) Bila terinfeksi PMS, mencari pengobatan bersama pasangan seksual.
d) Menghindari hubungan seks bila ada gejala PMS.

0 Response to "infeksi dan peradangan yang terjadi pada organ reproduksi wanita"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...