Latest News

asuhan keperawatan infeksi nifas

A. Fisiologi Nifas
Hal-hal yang terjadi dan memberikan ciri masa nifas ini adalah perubahan-perubahan yang dianggap normal dan harus terjadi untuk memenuhi sebagian dari fungsi masa nifas yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum masa hamil.
Perubahan-perubahan yang normal dan harus terjadi pada saat masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Adanya Involusi
Yaitu perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan kelahirannya setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya :
a. Autolysis
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
b. Aktifitas otot-otot
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c. Ischemia
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi :
a. Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.


b. Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121 ).

c. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.

d. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
e. Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)

2. Adanya Lochea
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.

3. Adanya Lactasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu. Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1-0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )

B. Konsep Dasar Infeksi Nifas

1. Definisi
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Ne’bnatal, 2001:122)
Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998:115)
Infeksi nifas yaitu infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan ( Sarwono Prawirohardjo,2002 ).
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas, ( Sarwono Prawirohardjo,1986 ).
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Rustam Mochta. 1989 ).
Infeksi nifas adalah peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Hanita Wiknojosastro,1992 ).
Infeksi puerpuralis ( infeksi infeksi ) ialah infeksi luka jalan lahir post partum biasanya dari endometrium, bekas infeksi plasenta (Sastraminta, 1975 ).
2. Etiologi

Berikut ini adalah beberapa etiologi yang biasa terjadi pada infeksi nifas yaitu sebagai berikut :
1) Proses persalinan yang tidak bersih atau tidak memenuhi standar kebersihan. Kuman bisa masuk ke dalam rahim melalui sarung tangan atau alat-alat rumah sakit yang kurang steril.
2) Infeksi menyebar, karena naiknya kuman di vagina ke dalam rahim, akibat kebersihan vagina yang tidak terjaga.
3) Sebelum persalinan sudah terjadi infeksi pada ari-ari dan selaput ketuban yang ditandai dengan ketuban pecah dini dengan air ketuban yang hijau dan kadang berbau.
4) Sebagian kecil dari plasenta ada yang tertinggal di rahim, menyebabkan pembusukan dan tumbuhnya kuman. Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin juga dari luar. Biasanya lebih dari satu species.
Kuman anaerob adalah kokus gram positif (peptostreptokok), Peptokok, Bakteriodes, dan Clostridium). Kuman aerob adalah bermacam Gram positif dan E. Coli. Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri).
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
a) Streptococcus haemoliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong,dan sebagainya.
b) Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
c) Escherichia coli
Kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab dari infeksi traktus urinarius.
d) Clostridium welchii
Kuman anaerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
3. Pencegahan

a) Selama kehamilan

1. Perbaikan gizi untuk mencegah anemia.
2. Coitus pada hamil tua hendaknya tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

b) Selama persalinan.
1. Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalur jalan lahir.
2. Membatasi perlukaan.
3. Membatasi perdarahan.
4. Membatasi lamanya persalinan.
c) Selama nifas

1. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
2. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
3. Penderita dengan tanda infeksi nifas jangan digabung dengan wanita dalam nifas yang sehat.

4. Klasifikasi infeksi nifas

Infeksi nifas Dapat dibagi dalam 2 golongan : yaitu infeksi yang terbatas pada vulva, vagina, serviks, dan endometriumm dan penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, melalui jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium.

a) Infeksi yang terbatas / lokal

1. Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak , jahitan ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mangaluarkan pus.

2. Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.

3. Servisitis

Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.

4. Endometritis

Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.

b) Infeksi menyebar

Hal Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat pathogen biasanya Streptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas. Pada septicemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, langsung masuk keperedaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan vena ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia. penyebarannya melalui jalan limfe dan jalan lain

1) Peritonitis

Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis ( sellulitis pelvika). Parametritis (sellulitis pelvika) Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau sellulitis pelvika.

Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui tiga jalan yakni :

1) Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
2) Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai kedasar ligamentum.
3) Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika, Penyebaran melalui permukaan endometrium, Salpingitis, ooforitis, Kadang-kadang walaupun jarang, infeksi yang menjalar ketuba Fallopii, malahan ke ovarium.

2) Endometritis

Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang dari satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.

3) Septikemia dan piemia
Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai dengan menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39-40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140-160/menit atau lebih). Penderita dapat meninggal dalam 6-7 hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia. Pada piemia penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak meningkat.
Akan tetapi, gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Satu cirri khusus pada piemia ialah bahwa berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai dengan menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu.

4) Peritonitis

Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat pathogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita yang mulanya kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica.

5) Sellulitis Pelvika
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri dikiri atau dikanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas keberbagai jurusan. Ditengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.

6) Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio-peritonitis.

5. Manifestasi klinis

Berikut ini adalah manifestasi klinis yang biasa terjadi pada pasien dengan infeksi nifas yaitu sebagai berikut :
a. Infeksi lokal
a) Pembengkakan luka episiotomi
b) Terjadi pernanahah (pus)
c) Pengeluaran warna lokal
d) Penyebaran lokia campur nanah
e) Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri
f) Temperatur badan dapat meningkat


b. Infeksi Umum

a) Tampak sakit dan lemah.
b) Temperatur meningkat diatas 390 C serta menggigil
c) Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
d) Pernapasan dapat meningkat dan terasa sesak.
e) Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
f) Terjadi gangguan involusi uterus.
g) Lokia, berbau, dan bernanah serta kotor.
h) Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina dan Serviks.
i) Nyeri bila kencing..
Dengan gambaran klinis tersebut dapat menegakkan infeksi nifas pada kasus infeksi ringan, bidan dapat memberikan pengobatan, sedangkan infeksi kala nifas yang berat sebaliknya bidan berkonsultasi atau merujuk penderita.

6. patofisiologi

Setelah kala III, daerah batas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaan tidak rata, benjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutup trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukan pada saat persalinan demikian juga vulva, vagina dan perinium yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kuman patogen. Proses dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar diluar asalnya. Infeksi nifas dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Infeksi yang terbatas pada perinium, vulva, vagina, serviks dan endometrium.
b. Penyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena melalui jalan limpe dan melalui permukaan endometrium.

7. Pemeriksaan diagnostik
a. Jumlah sel darah putih (SDP)
b. Hemoglobin ( Hb / ht ), untuk mengetahui penurunan pada adanya anemia
c. Kultur ( aerobik / anaerobik ) dari bahan intra uterus atau intra servikal atau drainase luka atau pewarnaan gram dari lokhia serviks dan uterus mengidentifikasi organisme penyebab.
d. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan interaksi saluran kemih
e. Ultrasonografi : menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
f. Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyari pelvis. Masa atau pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan trombosis.

8. Penatalaksanaan

a) Pengobatan infeksi nifas

A. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan ( kultur) dan sekret vagina dari luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendaptkan antibiotik yang tepat dalam pengobatan.
B. Lalu berikan dosis yang cukup dan adekuat.
C. Karena pemeriksa memberikan waktu lama berikan antibiotika spektrum luas ( blood spectrum )
D. Pengobatan yang dapat mempertinggi daya tahan tubuh penderita (infus, transfusi darah).

b) Pengobatan kemoterapi dan antibiotik

a. Kemasan sulfonamid
b. Trisulfa merupakan kombinasi dari suldizim 185, sulfa metazin 130 mg dan sulfa tiozol 183 mg.
c. Dosis insial 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian per oral.
d. Kemasan penisilin
e. Prokain-penisilin 1,2-2,4 juta im. Penisilin 6.500 satuan setiap 6 jam atau metasilin 1 gr setiap 6 jam im ditambah dengan ampisilin kapsul 4x250 mg/oral.
f. Tetrasiklin, entromisin dan khlorampenikol


Asuhan Keperawatan Infeksi Nifas

Asuhan keperawatan klien dengan infeksi nifas adalah sebagai berikut (Doenges, 2001) :
A. Pengkajian

a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dan lain-lain.

b. Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini:
1. pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah dalam
bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2 minggu postpartum.
2. adanya leukore dan lochia berbau menyengat

b) Riwayat kesehatan dahulu

a) Riwayat penyakit jantung,hipertensi,penyakit ginjal kronik, hemofilia,mioma uteri ,riwayat pre eklampsia,trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta retensi sisa plasenta.
b) Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang pernah /sedang menderita
hipertensi,peny jantung dan pre eklampsia,penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.

c) Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus,
banyaknya,baunya,keluhan waktu haid.
2) Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin,kawin yang keberapa,
usia mulai hamil

d) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu

1) Riwayat hamil meliputi:waktu hamil muda,hamil tua, apakah ada abortus.
2) Riwayat persalinan meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi : Keadaan lochia, apakah ada perdarahan, ASI cukup atau tidak, kondisi
ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.

e) Riwayat kehamilan sekarang

1) Hamil muda:keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua : keluhan selama hamil tua,peningkatan BB,suhu nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
3) Riwayat ANC meliputi : Dimana tempat pelayanan, berapa kali,perawatan serta pengobatannya yang didapat.

f) Riwayat persalinan sekarang

Pada riwayat persalinan sekarang meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan (misalnya : retensio plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan), anak lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir.

c. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan umum
1. Aktivitas istirahat
Tanda : Kelelahan / keletihan ( persalinan lama, seresor, pasca partum multipel )
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi
3. Penggunaan Obat-Obatan
Tanda : Ansietas jelas ( peritonitis )
4. Status Psikologis
Tanda :
a. Anoreksia, mual / muntah.
b. Haus, membran mukosa kering
c. Distenti abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)
5. Neurosensori
Tanda : Sakit kepala
6. Nyeri / Ketidaknyamanan
Tanda :
a. Nyeri lokal, disuria, ketidakmampuan abdomen.
b. Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan dengan guarding (endometritis)
c. Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral ( salpingitis / ooferitis, parametritis ).
7. Pernapasan
Tanda : Pernapasan cepat / dangkal ( berat / proses sistemik ).
8. Keamanan
Suhu 104,40 F atau lebih tinggi pada 2 hari secara terus menerus, namun 24 jam pasca partum adalah tanda infeksi, namun suhu tinggi dari 1010 F (38,90 C) pada 24 jam pertama menandakan berlanjutnya infeksi.

b. Pemeriksaan khusus

a. Uterus
Meliputi : tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
Lochia
Meliputi : warna, banyaknya dan baunya.
b. Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka
jahitan
c. Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
d. Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum


B. Diagnosa keperawatan dan intervensi

1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.
Tujuan 1 : Mencegah dan mengurangi infeksi.
Intervensi :
a. Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter yang baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis dan kemungkinan perdarahan atau nyeri.
b. Kaji tinggi fundus dan sifat.
c. Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post partum.
d. Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting). Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan catat apakah klien menyusui dengan ASI.
e. Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis. Catat kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam 10 hari post partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
f. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
g. Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur secara teratur.
h. Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
i. Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C dan zat besi.
j. Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk efektif dan nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas.
k. Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur secara sering dan teratur.

l. Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.
Tujuan 2 : Identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya.
Intervensi :
a. Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.
b. Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan test sensitivitas antibiotik seperti penicillin, gentamisin, tetracycline, cefoxitin, chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine atau methyler gonovine.
c. Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
d. Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan elektrolit secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada pasien yang muntah
e. Pemberian analgetika dan antibiotika.

2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
Tujuan : Nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi :
a. Selidiki keluhan pasien akan nyeri;perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan faktor pencetus
b. Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal: tegangan otot, gelisah.
c. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
d. Berikan tindakan kenyamanan (missal : pijatan / masase punggung)
e. Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri , contoh : latihan relaksasi / napas dalam , bimbingan imajinasi , visualisasi)
f. Kolaborasi :
1. Pemberian obat analgetika.
Catatan: hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi perdarahan
2. Pemberian Antibiotika

3. Cemas / ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Intervensi :
a. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
b. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
c. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Rasional : Memberikan dukungan emosi
d. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
e. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
f. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan : Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang dibuktikan oleh pemulihan luka tepat waktu, tingkat energi cukup dan Hb / Ht dalam batas normal pasca partum.
Intervensi :
a. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C.
b. Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml / hari jus, sup dan cairan nutrisi lain
c. Berikanlah cairan / nutrisi parental sesuai indikasi (kolaborasi)

5. Nyeri berhubungan dengan respons tubuh pada agen tidak efektif : sifat infeksi.

Tujuan :
a. Mengidentifikasi / menggunakan tindakan kenyamanan yang tepat secara individu.
b. Melaporkan ketidak nyamanan hilang / terkontrol
Intervensi
a. Kaji lokasi dan sifat ketidaknyaman atau nyeri
b. Berikan instruksi mengenai, membantu, mempertahankan kebersihan dan kehangatan.
c. Instruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi
d. Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan.

6. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan penyakit.
Tujuan :
a. Menunjukan perilaku kedekatan terus menerus interaksi orang tua-bayi.
b. Mempertahankan / melakukan taggung jawab untuk perawatan fisik dan emosi terhadap bayi baru lahir, sesuai kemampuan.
c. Mengekspresikan kenyamanan dengan peran menjadi orang tua.
Intervensi :
a. Berikan kesempatan untuk kontak ibu-bayi kapan saja memungkinkan.
b. Pantau respons emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi.
c. Anjurkan klien untul menyusui bayi bila mungkin
d. Anjurkan ayah / anggota keluarga lain untuk merawat dan berinteraksi dengan bayi.

0 Response to "asuhan keperawatan infeksi nifas"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...