Latest News

asuhan keperawatan perdarahan kehamilan trimester pertama : abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik

A. Konsep Kehamilan Trimester I
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Perawat harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.
Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care) Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan (Enkin, 2000).
Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family centered)
Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan keperawatan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan perawat. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya. (Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000).
Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan perawat, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan keperawatannya.
Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan perawat.
B. Konsep Umum Perdarahan Trimester I
perdarahan pada trimester I adalah perdarahan patologis pada masa kehamilan mulai dari masa kehamilan minggu ke 1 – 12 atau bulan ke 1 – 3. Perdarahan pada trimester pertama dapat juga disebut perdarahan pervaginam, yang biasanya disebabkan oleh abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik, (Mansjoer, Arif, dkk, 2001).
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda, (Kusmiyati dkk, 2008).
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya, (Uswhaya, 2009).
Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi:
1. Perdarahan pervaginam.
2. Mual muntah berlebihan.
3. Sakit kepala yang hebat.
4. Penglihatan kabur.
5. Nyeri perut yang hebat.
6. Gerakan janin berkurang.
7. Bengkak pada wajah, kaki dan tangan.
8. Nyeri perut yang hebat.
9. Selaput kelopak mata pucat.
10. Demam tinggi.
11. Kejang.
12. Keluar air ketuban sebelum waktunya.

Pada makalah ini, hanya menjelaskan tentang apa pengertian, penanganan, macam-macam, serta komplikasi dan asuhan keperawatan dari perdarahan pervaginan.

C. Perdarahan Pervaginam
1. Pengertian
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik, (Soejoenoes, A. 1991).

2. Penanganan Umum
Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat, lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan meskipun tanda–tanda syok belum terlihat. Ingat bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk segera memulai penanganan syok, yaitu pasang infus dan berikan cairan intravena. Lakukan restorasi cairan darah sesuai dengan keperluan, (Saifuddin, 2002).

3. Macam–macam perdarahan pervaginam :
• Abortus.
• Kehamilan mola (mola hidatidosa).
• Kehamilan ektopik.





a. Abortus
1) pengertian
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum plasenta selesai, (Mansjoer, Arif, dkk, 2001).
2) Macam–macam abortus :
• Abortus spontan
Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Penanganannya :
Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk), temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan, lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan lanjutan, (Sarwono, 2001).

• Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.

• Abortus medisinalis
Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

• Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.


• Abortus inkompletus (keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Penanganannya :
Bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.

• Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
Penanganannya :
Bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.

• Abortus imminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika serta istirahat.
Penanganannya :
Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total, jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual, jika perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.

• Missed abortion
Keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Penanganannya :
Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika, (Mohctar, 1998).

b. Mola hidatidosa
1) pengertian
Pada trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri, (Sarwono, 2007).
Penanganan umum: jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus, segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat), (Saifudin, 2002).

2) Tanda dan gejala mola hidatidosa :
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola :
• Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
• Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
• Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
• Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).
c. Kehamilan ektopik
1) Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba Fallopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih 90%).
Tanda dan gejala kehamilan ektopik sangatlah bervariasi tergantung dari pecah tidaknya kehamilan tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum yang dikombinasi dengan pemeriksaan USG. Jika diperoleh haril darah yang tidak membeku segera mulai penanganan, (Mansjoer, Arif, dkk, 2001).
2) Tanda dan gejala kehamilan ektopik :
• Gejala kehamilan awal berupa flek atau perdarahan ireguler, mual, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina dan serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil meningkat.
• Nyeri pada abdomen dan pelvis.

3) Tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu :
• Kolaps dan kelelahan.
• Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih).
• Hipotensi.
• Hipovolemia.
• Abdomen akut dan nyeri pelvis.
• Distensi abdomen. Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan
petunjuk adanya darah bebas.
• Nyeri lepas.
• Pucat.
D. Etiologi
1. Abortus
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan.
3) Pengaruh luar :
• Infeksi endometrium.
• Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi.
• Faktor psikologis.
• Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat).
b. Kelainan plasenta :
• Infeksi pada plasenta.
• Gangguan pembuluh darah.
• Hipertensi.
c. Penyakit ibu :
• Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis.
• Anemia.
• Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM.
• Kelainan rahim
2. Mola Hidatidosa
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :
a. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
b. Imunoselektif dari tropoblast.
c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
d. Paritas tinggi.
e. Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, (Mochtar, Rustam ,1998).
3. Kehamilan Ektopik
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut :
a. Faktor tuba,yaitu salpingitis,perlekatan tuba,kelainan konginetal tuba,pembedahan sebelumnya,endometriosis,tumor yang mengubah bentuk tuba dan kehamilan ektopik sebelumnya.
b. Kelainan zigot,yaitu kelainan kromosomdan malformasi.
c. Faktor ovarium,yaitu migrasi luar ovum dan pembasaran ovarium.
d. Penggunaan hormone eksogen.
e. Faktor lain,antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD, (Dr. Rustam Mochtar, sinopsis Obstetri, 2000).
E. Patofisiologi
1. Abortus
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :
a. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
b. Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan.
c. Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.
2. Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
a. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
b. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :
a. Teori missed abortion
Mudah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
b. Teori neoplasma dari Park
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
c. Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
3. Kehamilan Ektopik
Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil kosepsi tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6-10 minggu. Mengenai nasib kehamilan tuba terdapat beberapa kemungkinan, yaitu :


a. Hasil kosepsi mati dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner,ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total.dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
b. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut sama-sama dengan robeknya pseudokapsularis.pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya tergantung pada derajat perdarahan perdarahan yang timbul.
c. Ruptur dinding tuba
Rupture tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya ada kehamilan muda, sebaiknya rupture pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut.faktor utama yang menyebabkan rupture ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum. Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal, (Sarwono Prawirohardjo, ilmu kebidanan, 2005).
F. Manifestasi Klinis
1. Abortus
a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering dissertai dengan nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
e. Pemeriksaan ginekologi :
• Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
• Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk keluar dari ostium.
• Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
2. Mola Hidatidosa
a. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
b. Perdarahan pervaginam berulang, darah cenderung berwarna coklat, pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
c. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih.
e. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
3. Kehamilan Ektopik
a. Amenore.
b. Gejala kehamilan muda.
c. Nyeri perut bagian bawah.
d. Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua.
e. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang saat servik digerakkan, nyeri pada perabaan, dan kavum douglasi menonjol karena ada bekuan darah.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Abortus
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada abortus, yauti :
a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
b. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
2. Mola Hidatidosa
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a. Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG serial (diulang pada interval waktu tertentu).
b. Ultrasonografi (USG), melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal.
c. Foto roentgen dada.
3. Kehamilan Ektopik
Pemeriksaan penunjang pada kehamilan ektopik adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium : kadar hemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila baru terganggu.
b. Dilatasi kuretase.
c. Kuldosentesis, yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah didalam kavum douglasi terdapat darah. Teknik kuldosentesis :
• Baringkan pasien dalam posisi litotomi.
• Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptic.
• Pasang speculum dan jepit bibir belakang porsio dengan cunam serviks, lakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.
• Suntikkan jarum spinal no. 18 ke kavum douglasi dan lakukan pengisapan dengan semprit 10 ml.
• Bila pada pengisapan keluar darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda hematokel retrouterina.
d. Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
e. Laparoskopi atau laparotomi sebagai pendekatan diagnosis terakhir.
H. Komplikasi
1. Abortus
a. Perdarahan, perforasi, syok, dan infeksi.
b. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.
2. Mola Hidatidosa
a. Anemia, syok, dan infeksi.
b. Eklampsia dan tirotoksikosis.
3. Kehamilan Ektopik
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
b. Infeksi, sterilitas.
c. Pecahnya tuba falopii.
d. Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.
Bab III
ASKEP Perdarahan Trimester I
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien, adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata :
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama :
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
• Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
• Riwayat kesehatan masa lalu.
• Riwayat pembedahan, kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.


d. Riwayat penyakit yang pernah dialami :
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga :
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

f. Riwayat kesehatan reproduksi :
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.

g. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas :
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

h. Riwayat seksual :
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.

i. Riwayat pemakaian obat :
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

j. Pola aktivitas sehari-hari :
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun beberapa diagnosa keperawatan perdarahan pada ibu hamil trimester pertama, sebagai berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
b. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
c. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
f. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
g. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C. Intervensi dan Rasional
a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami.

Intervensi :
• Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.
• Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
• Kolaborasi pemberian analgetika.

Rasional :
• Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
• Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri.
• Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.

b. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.

Intervensi :
• Kaji kondisi status hemodinamika.
• Ukur pengeluaran harian.
• Berikan sejumlah cairan pengganti harian.
• Evaluasi status hemodinamika.

Rasional :
• Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi.
• Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal.
• Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif.
• Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

c. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi.

Intervensi :
• Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.
• Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan.
• Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
• Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien.
• Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas.

Rasional :
• Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.
• Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi.
• Mengistiratkan klilen secara optimal.
• Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan.
• Menilai kondisi umum klien.

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab.
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan.

Intervensi :
• Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau.
• Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan.
• Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
• Lakukan perawatan vulva.
• Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi.
• Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan.

Rasional :
• Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
• Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.
• Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
• Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
• Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
• Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.


e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.
Tujuan :
Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu.

Intervensi :
• Kaji pola tidur.
• Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
• Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur.
• Batasi jumlah penjaga klien.
• Memberlakukan jam besuk.
• Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam.

Rasional :
• Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.
• Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
• Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur.
• Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.
• Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.
• Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur.

f. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan :
Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas.

Intervensi :
• Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis.
• Pantau suhu lingkungan.
• Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak.
• Berikan kompres hangat.
• Kolaborasi pemberian obat antipiretik.

Rasional :
• Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa.
• Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal.
• Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.
• Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh.
• Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.

g. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan :
Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang.

Intervensi :
• Kaji tingkat kecemasan klien.
• Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
• Mendengarkan keluhan klien dengan empati.
• Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan.
• Beri dorongan spiritual/support.
Rasional :
• Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
• Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan.
• Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan.
• Menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya.
• Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.

0 Response to "asuhan keperawatan perdarahan kehamilan trimester pertama : abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...