bercerita tentang pengalaman yang
menarik. Pengalaman itu dapat kalian
gunakan
untuk menulis cerpen. Menulis
atau mengarang cerpen tentu saja berbeda dengan mengarang karya ilmiah
atau karya jurnalistik. Seseorang dalam mengarang cerpen dibutuhkan imajinasi
yang kuat dan kekayaan batin
yang diperoleh dari pengalaman hidup. Menulis cerpen berdasarkan pengalaman
hidup yang kelak ditirukan dalam rekaan, dikembangkan ke dalam cerita.
Misalnya, di ruang kamar nenek
kalian ada lemari tua dari bahan
jati
berukir motif jeparaan. Lemari tersebut peninggalan leluhur nenek. Ketika kita akan
mengarang karya ilmiah, berangkatnya dari keunikan lemari, gaya ukirannya,
kekuatannya, dan sejarahnya. Tentu
menggunakan
referensi ilmiah tentang desain lemari, ukiran, sejarah jika lemari itu sezaman
dengan zaman Belanda. Ketika
kalian membuat karya prosa atau cerpen, kalian membayangkan kisah lemari itu hingga
sampai ke rumah nenekmu.
Membayangkan kalau dahulu lemari
itu pernah dipakai tempat
bersembunyi
oleh leluhur kita waktu ada gerombolan Belanda. Setelah berimajinasi,
buatlah kerangka ceritanya. Misalnya, kalau menceritakan kisah nenek kita
mendapatkan lemari dan memiliki
kenangan tersendiri sehingga harus dipelihara dan terus diwariskan. Bisa saja
kalian menggunakan alur mundur (flashback), menceritakan masa lalu.
Nama dan peristiwanya tidak perlu nama asli leluhurmu. Walaupun
tahu kisah lemari itu tidak perlu sama karena cerpen itu adalah
cerita rekaan atau fiksional. Tentu saja namanya fiksional artinya
berdasarkan pada dunia seolah-olah, tiruan (mimesis) dan rekaan saja.
Berdasar kepada penjelasan tersebut kalian bisa mencoba menetapkan
penokohannya, alur ceritanya, latar cerita, dan sudut pandang kalian
terhadap sosok yang akan diceritakannya. Karena cerpen cerita fiksional,
diperlukan kemampuan berimajinasi.
Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memikirkan tema cerita. Tema itu
kemudian dikembangkan menjadi cerita yang menarik. Kemenarikan cerpen biasanya
disebabkan adanya unsur kejutan.
Kejutan itu terjadi ketika pengarang mampu membuat penyelesaian yang di
luar dugaan atau kebiasaan.
Cobalah kalian baca kembali cerpen
”Nggak Tahu Malu”. Cerpen
itu
mengisahkan bagaimana pengarang menertawakan prasangka buruk. Prasangka buruk itu
digabungkan dengan sifat alamiah manusia: lupa dan salah paham.
Pengarang menciptakan dua tokoh, satu tokoh wanita yang sombong
(prototipe orang kota) dan seorang tua yang low profile (prototip
orang masa lalu). Cerita dimulai dengan mengetengahkan latar tempat (ruang
tunggu bandara). Konflik
dimulai
ketika lelaki tua itu makan kue, yang dikira si wanita, kue itu miliknya. Konflik
dibuat memuncak dengan memanfaatkan
kekesalan
psikologis si tokoh wanita. Unsur kejutan pada cerita ini ditempatkan di akhir
cerita, yaitu ketika tokoh wanita itu sadar bahwa ternyata kue yang
dimakan orang tua itu adalah kue orang tua itu sendiri (orang yang berhak
memakannya karena ia yang punya). Cerita kemudian ditutup dengan pesan moral agar
jangan berburuk sangka.
0 Response to "Tekhnik ilmiah Menulis Cerpen"