MENGENAL KEBUDAYAAN SUKU BANGSA DANI
Sistem Kepercayaan atau Religi Kebudayaan Suku bangsa Dani
Suku bangsa Dani bermukim di lembah Baliem, Irian Jaya. Lembah ini berada di tengah-tengah pegunungan Jaya Wijaya pada ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut. Lembah Baliem memiliki luas sekitar 1200 km2. Suku Dani lebih senang disebut bangsa Parim atau orang Baliem. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya, biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi. Suku Dani mempercayai Atou, yaitu kekuatan sakti yang berasal dari nenek moyang yang diturunkan kepada anak laki-lakinya. Kekuatan sakti ini antara lain:
1) kekuatan menjaga kebun
2) kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala
3) kekuatan menyuburkan tanah
Untuk menghormati nenek moyangnya suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut kaneka. Lambang ini terbuat dari batu keramat berbentuk lonjong yang diasah hingga mengkilap. Di samping upacara penghormatan terhadap nenek moyang, suku Dani juga melaksanakan upacara:
1) Tentang siklus kehidupan yang menyangkut kelahiran, inisiasi, perkawinan, dan kematian.
2) Tentang soal kehidupan menyangkut penyakit dan peperangan.
Sistem Kekerabatan Kebudayaan Suku bangsa Dani
Kekerabatan suku Dani bersifat patrilineal. Garis keturunan dihitung dalam satu kelompok nenek moyang mulai dari ayah sampai enam atau tujuh generasi. Menurut mitologi, suku Dani berasal dari keturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Waita dan Wara. Perkawinan pada suku Dani bersifat eksogami karena kedua anak tadi beserta keturunannya dilarang oleh orang tuanya menikah dalam kelompoknya masing-masing.
Sistem Ekonomi Kebudayaan Suku bangsa Dani
Mata pencaharian pokok suku Dani adalah bercocok tanam ubi kayu dan ubi jalar. Ubi jalar adalah tanaman utama di kebun-kebun mereka. Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah pisang, tebu, dan tembakau. Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu:
1) Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan
secara menetap
2) Kebun-kebun di lereng gunung
3) Kebun-kebun yang berada di antara dua uma
Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung, atau jurang. Dalam mengerjakan kebun, masyarakat suku Dani masih menggunakan peralatan sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak batu.
Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi dipelihara dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa bangunan berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan alat-alat berkebun. Bagi suku Dani babi berguna untuk:
1) dimakan dagingnya
2) darahnya dipakai dalam upacara magis
3) tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan
4) tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
5) sebagai alat pertukaran/barter
6) menciptakan perdamaian bila ada perselisihan
Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di sekitarnya. Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.
Sistem Kepercayaan atau Religi Kebudayaan Suku bangsa Dani
Suku bangsa Dani bermukim di lembah Baliem, Irian Jaya. Lembah ini berada di tengah-tengah pegunungan Jaya Wijaya pada ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut. Lembah Baliem memiliki luas sekitar 1200 km2. Suku Dani lebih senang disebut bangsa Parim atau orang Baliem. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya, biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi. Suku Dani mempercayai Atou, yaitu kekuatan sakti yang berasal dari nenek moyang yang diturunkan kepada anak laki-lakinya. Kekuatan sakti ini antara lain:
1) kekuatan menjaga kebun
2) kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala
3) kekuatan menyuburkan tanah
Untuk menghormati nenek moyangnya suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut kaneka. Lambang ini terbuat dari batu keramat berbentuk lonjong yang diasah hingga mengkilap. Di samping upacara penghormatan terhadap nenek moyang, suku Dani juga melaksanakan upacara:
1) Tentang siklus kehidupan yang menyangkut kelahiran, inisiasi, perkawinan, dan kematian.
2) Tentang soal kehidupan menyangkut penyakit dan peperangan.
Sistem Kekerabatan Kebudayaan Suku bangsa Dani
Kekerabatan suku Dani bersifat patrilineal. Garis keturunan dihitung dalam satu kelompok nenek moyang mulai dari ayah sampai enam atau tujuh generasi. Menurut mitologi, suku Dani berasal dari keturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Waita dan Wara. Perkawinan pada suku Dani bersifat eksogami karena kedua anak tadi beserta keturunannya dilarang oleh orang tuanya menikah dalam kelompoknya masing-masing.
Sistem Ekonomi Kebudayaan Suku bangsa Dani
Mata pencaharian pokok suku Dani adalah bercocok tanam ubi kayu dan ubi jalar. Ubi jalar adalah tanaman utama di kebun-kebun mereka. Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah pisang, tebu, dan tembakau. Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu:
1) Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan
secara menetap
2) Kebun-kebun di lereng gunung
3) Kebun-kebun yang berada di antara dua uma
Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung, atau jurang. Dalam mengerjakan kebun, masyarakat suku Dani masih menggunakan peralatan sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak batu.
Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi dipelihara dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa bangunan berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan alat-alat berkebun. Bagi suku Dani babi berguna untuk:
1) dimakan dagingnya
2) darahnya dipakai dalam upacara magis
3) tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan
4) tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
5) sebagai alat pertukaran/barter
6) menciptakan perdamaian bila ada perselisihan
Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di sekitarnya. Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.
0 Response to "kebudayaan suku bangsa dani : studi etnografi"