1. Pengertian
“Serosis Hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati “ ( Arif Mansjoer, 1999, hlm. 508 )
“ Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati yang tidak berkaitan dengan vaskulator normal “ ( Sylvia Anderson Price, 2005, hlm 493 )
“ Sirosis Hepatis adalah penyakit progresif kronis yang dikarakteristik oleh inflamasi menyebar dan fibrosis dari hepar “ ( Monica Ester, 2001, Hlm 102 )
“ Sirosis Hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul “ ( dr.pengarapen tarigan, 1996, hlm 271 )
“ Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis hati yang dikarakteristikkan oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler dan selanjutnya aliran darah kehati “ ( Marilynn E, Doenges, 1999, Hlm 544 )
1. Etiologi dan Klasifikasi
Meskipun etiologi berbagai bentuk sirosis masih kurang dimengerti, terdapat tiga pola khas yang ditemukan, yaitu :
a. Sirosis Portal Laennec
Sirosis ini paling sering disebabkan oleh alkoholisme kronis, dimana terjadi akumulasi lemak secara bertahap didalam sel-sel hati. Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik yang mencakup pembentukan trigliserida dari hati dan menurunnya oksidasi asam lemak. Secara makroskopis hati membesar, rapuh, tampak berlemak dan mengalami gangguan, fungsional akumulasi lemak dalam jumlah banyak.
b. Sirosis Pascanekrotik
Sirosis pascanekrotik terjadi menyusul nekrotik berbercak pada jaringan hati, menimbulkan nodul-nodul degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan dipisah-pisahkan oleh jaringan parut, berselang-seling dengan jaringan parenkim hati normal. Sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepatitis virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan hasil tes HBsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa yang besar peranannya. Ciri yang agak aneh dari sirosis pascanekrotik adalah bahwa merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati primer (hepatoma).
c. Sirosis Biliaris
Sirosis biliaris ini terjadi pembentukan jaringan parut didalam hati disekitar saluran empedu, penyebab terserang sirosis biliaris adalah obstruksi pascahepatik, stasis empedu menyebabkan penumpukan empadu di dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati.
3. Manifestasi Klinis
a. Pembesaran Hati
Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam, nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi.
b. Obstruksi Portal dan Asites
Hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk dirongga peritoneal akan menyebabkan asites, yang ditunjukan melalui perfusi adanya shifting dullness atau gelombang cairan.
c. Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral dalam system gastrointestinal dan pemintasan ( shunting ) darah dari pembuluh portal kedalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah.
d. Edema
Kegagalan hati yang kronis menyebabkan konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema.
e. Defiensi Vitamin dan Anemia
Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu yang tidak memadai ( terutama Vitamin A, C, K ) maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K.
f. Kemunduran Mental
Manifestasi klinis lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati dan koma hepatic yang membakat
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Skan / Biopsi hati : mendeteksi infiltrate lemak, fibrosis, kerusakan jaringan hati
b. Kolesistografi / kolangiografi : memperlihatkan penyakit duktus empedu, yang mungkin sebagai faktor predisposisi
c. Esofagoskopi : dapat menunjukkan adanya varises esophagus
d. Portografi transhepatik perkutaneus : memperlihatkan sirkulasi system vena portal
e. Bilirubin Serum : meningkat karena gangguan seluler, ketidakmampuan hati untuk menkonjungasi atau obstrusi bilier.
f. AST ( SEOT ) / ALT ( SEPT ), LDH : meningkat karena kerusakan seluler dan mengeluarkan enzim
g. Alkalin Fosfatase: meningkat karena penurunan ekskresi
h. Albumin Serum : menurun karena penekanan sintesis
i. Globulin ( Ig A dan Ig G) : peningkatan sintesis
j. Darah lengkap : Hb / Ht dan SOM mungkin menurun karena perdarahan, kerusakan SOM dan anemia terlihat dengan hiperplenisme dan defisiensi besi, leucopenia mungkin ada sebagai akiibat hiperplenisme
k. Fibrinogen : menurun
l. BUN : meningkat menunjukkan kerusakan darah / protein
m. Amonia Serum : meningkat karena ketidakmampuan untuk berubah dari ammonia menjadi urea
n. Glukosa Serum : hipoglikemia diduga mengganggu glikogenesis
o. Elektrolit : hipokalemia menunjukkan peningkatan aldosteron, meskipun berbagai ketidakseimbangan dapat terjadi
p. Kalsium : mungkin menurun sehubungan dengan gangguan absorbsi vitamin D
q. Pemeriksaan nutrient : defisiensi Vitamin A, B12, C, K, asam folat dan mungkin Besi
r. Urobilinogen Urine : ada / tidak ada. Bertindak sebagai petunjuk untuk membedakan penyakit hati, penyakit hemalitik dan obstruksi bilier
s. Urobilinogen fekal : menurunkan ekskresi
5. Penatalaksanaan
a. Istirahat ditempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam
b. Diit rendah protein ( diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein , 2.000 kalori ). Bila ada asites diberikan diet rendah garam II ( 600-800mg ) atau III ( 1.000-2.000 mg ). Bila proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori ( 2.000-3.000 kalori ) dan tinggi protein ( 80 – 125 g/ hari )
c. Mengatasi infeksi dengan antibiotik, diusahakan memakan obat-obatan yang jelas tidak hepatotoksik
d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai cabang dan glukosa
e. Roboransia, vitamin B kompleks, dilarang makan dan minum yang mengandung alkohol.
C. Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien dengan Serosis Hepatis
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses keperawaan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain yaitu pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu rangkaian.
Menurut Marilynn E.Doenges, Asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis hepatis adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
f. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, terlalu lelah
Tanda : letargi
penurunan massa otot / tonus
g. Sirkulasi
Gejala : riwayat GJK kronis, perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker ( malfungsi hati menimbulkan gagal hati ).
diskitmia, Bunyi jantung exstra ( S3, S4 )
DVJ : Vena abdomen distensi
h. Eliminasi
Gejala : flatus
Tanda : distensi abdomen ( hepatomegali, splenomegali, asites )
penurunan / tak adanya bising usus
feses warna tanah liat, melena
urine gelap, pekat
i. Makanan / Cairan
Gejala : anoreksia, tidak toleran terhadap makanan / tak dapat mencerna mual / muntah
Tanda : penurunan berat badan atau peningkatan ( cairan )
pengunaan jaringan
edema umum pada jaringan
kulit kering, turgor buruk
ikterik : angioma spider
napas berbau / fetor hepatikus, perubahan gusi
j. Neurosensori
Gejala : orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,
penurunan mental
Tanda : perubahan mental, bingung halusinasi, koma
bicara lambat / tak jelas
asterik ( Ensefalofati hepatik )
k. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas
pruritus
neuritus Perifer
Tanda : perilaku berhati-hati / distraksi
fokus pada diri sendiri
l. Pernapasan
Gejala : dispnea
Tanda : takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan
ekspansi paru terbatas ( asites )
hipoksia
m. Keamanan
Gejala : pruritus
Tanda : demam ( lebih umum pada sirosis alkoholik )
ikterik, ekimosis, ptekie
angioma spider / teleangiktasis, eritema palmar
n. Seksualitas
Gejala : gangguan Menstruasi, Impoten
Tanda : atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut ( data, bawah lengan, pubis )
o. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : riwayat penggunaan alkohol jangka panjang / penyalah gunaan, penyakit alkoholik riwayat penyakit empedu, terpajan pada toksin; trauma hati; pendarahan GI atas; episode perdarahan varises esofagael; penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati.
2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
Adapun diagnosa dan rencana keperawatan pada klien dengan sirosis hepatis menurut Marilynn E. Doenges Sebagai Berikut:
p. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Diet tidak adekuat, anoreksia, fungsi usus abnormal
1) Tujuan tindakan keperawatan
a) Menunjukkan peningkatan berat badan progresif mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
b) Tak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut
2) Intervensi Keperawatan
a) Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori
b) Timbang sesuai indikasi bandingkan perubahan status cairan, riwayat berat badan, ukuran kulit trisep
c) Bantu dan dorong pasien untuk makan; jelaskan alas an tipe diet
d) Dorong pasien untuk makan semua makanan / makanan tambahan
e) Berikan makanan sedikit dan sering
f) Berikan tambahan garam bila hindari yang mengandung ammonium
g) Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan terlalu panas atau terlalu dingin
h) Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi
i) Berikan perawatan muilut sering dan sebelum makan
j) Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan, khususnya sebelum makan
k) Anjurkan menghentikan merokok
q. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan natrium / masukan cairan
1) Tujuan tindakan keperawatan
a) Menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada adema
2) Interversi keperawatan
a) Ukur masukan dan keluaran
b) Awasi TD dan CVP, catat JVD / Distensi Vena
c) Aukultasi Paru, catat penurunan / tak ada bunyi napas dan terjadinya bunyi tambahan
d) Awasi distritmia jantung, auskultasi bunyi jantung, catat terjadinya irama gallop S3 / S4
e) Kaji derajat perifer / edema dependen
f) Ukur lingkar / abdomen
g) Dorong untuk tirah baring bila ada asites
h) Berikan perawatan mulut sering, kadang-kadang beri es batu ( bila puasa )
i) Awasi albumin serum dan elektrolit
j) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
k) Berikan albumin bebas garam
l) Kolaborasi dalam pemberian obat diuretic
r. Resiko pola pernapasan tidak efektif b.d asites, penurunan ekspansi paru
1) Tujuan tindakan keperawatan
Mempertahankan pola napas, bebas dispnea dan sianosis, dengan nilai GDA dan kapasitas vital dalam rentang normal
2) Intervensi keperawatan
a) Awasi Frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
b) Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi, ronchi
c) Selidiki perubahan tingkat kesadaran
d) Pertahankan kepala ditempat tidur tinggi, posisi miring
e) Ubah posisi dengan sering; dorong napas dalam, latihan dan batuk
f) Awasi suhu, catat adanya mengigil
s. Resiko Tinggi Cedera b.d Hipertensi Portal
1) Tujuan tindakan keperawatan
a) Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan
b) Menunjukkan perilaku penurunan resiko perdarahan
2) Intervensi Keperawatan
a) Bagi adanya tanda-tanda dan gejala pendarahan GI
b) Observasi adanya ptekie, ekomosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber
c) Awasi andi, TD dan CVP bila ada
d) Catat perubahan mental / tingkat kesadaran
e) Hindari pengukuran suhu rectal; hati-hati memasukkan selang GI
f) Dorong menggunakan sikat gigi halus
g) Gunakan jarum kecil untuk injeksi
h) Hindarkan penggunaan produk yang mengandung aspirin
t. Resiko Tinggi perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis
1) Tujuan tindakan Keperawatan
a) Mempertahankan tingkat mental / orientasi kenyataan
b) Menunjukkan perilaku / peruahan pola hidup untuk mencegah / meminimalkan perubahan mental
2) Intervensi Keperawatan
a) Observasi perubahan perilaku dan mental
b) Catat adanya asterisk, aktivitas kejang
c) Konsul pada orang terdekat tentang perilaku umum dan mental pasien
d) Biarkan pasien menulis nama secara periodik dan mempertahankan catatan ini untuk perbandingan
e) Orientasikan kembali pada waktu, tempat, orang sesuai kebutuhan
f) Pertahankan kenyamanan lingkungan
g) Berikan perawatan kontinyu
h) Diskusikan situasi saat ini, harapan akan datang
i) Pertahankan tirah baring, Bantu aktivitas perawatan diri
j) Pasang pengaman tempat tidur
k) Hindari penggunaan narkotik atau sedative
u. Gangguan harga diri / citra tubuh b.d pribadi rentan, perilaku merusak diri
1) Tujuan tindakan keperawatan
a) menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri
b) menidentifikasi perasaan dan metode koping terhadap perepsi diri negatif
2) Intervensi Keperawatan
a) Diskusikan situasi / dorong pernyataan takut / masalah
b) Dukung dan dorong pasien; berikan perawatan dengan positif, perilaku bersahabat
c) Dorong keluarga / orang terdekat untuk menyatakan perasahaan
d) Bantu pasien / orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilan
v. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis penyakit b.d kurang terpajannya informasi
1) Tujuan Tindakan Keperawatan
a) Menyatakan pemahaman proses penyakit
b) Menghubungkan gejala dengan faktor penyebab
c) Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam perawatan
2) Intervensi Keperawatan
a) Kaji ulang proses penyakit
b) Tekankan pentingnya menghindari alkohol
c) Informasikan pasien tentang efek gangguan karena obat pada sirosis
d) Kaji ulang prosedur untuk mempertahankan fungsi pirauperitoneovena bila ada
e) Tekankan pentingnya nutrisi yang baik
f) Diskusikan pembatasan natrium dan garam
0 Response to "asuhan keperawatan Sirosis Hepatis"