Konsep Dasar Hipertensi Heart Desease
1. Pengertian
Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh tidak terkontrolnya tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama yang ditandai adanya hipertrofi ventrikel kiri (LVH) sebagai akibat langsung dari tingginya tekanan darah tersebut juga oleh faktor neurohumoral (www.Pondokkahfi.Blok.Com, diperoleh pada tanggal 22 Juli 2008)
Hipertensi Heart Desease adalah penyakit tekanan darah tinggi yang sudah ada kelainan di jantung berupa penebalan otot jantung. ( www.Pjnhk.go.id.com, di peroleh pada tanggal 22 Juli 2008)
2. Etiologi
Sebab utama penyakit jantung hipertensi adalah tekanan darah yang meningkat dan berlangsung kronik. Sebab dari hipertensi sangat beragam, pad aorang dewasa sebab-sebab tersebut antara lain, Hipertensi esensial yang terjadi pada 90% kasus hipertensi pada orang dewasa. Hipertensi sekunder sebesar 10% dari kejadian hipertensi pada orang dewasa yang disebabkan oleh:
- Penyakit ginjal
- Stenosis arteri renalis
- Polysystik kidney desease
- Chronic renal failure
- Vaskulitis intrarenal
- Kelainan endokrin
- Hiperaldosteronisme primer
- Feokromositoma
- Chusing syndrome
- Hiperplasia adrenal kongenital
- Hipotiroidisme dan hipertiroidisme
- Akromegali
Sebab-sebab lain :
- Koarktasi aorta
- Tekanan intrakranial yang meningkat
- Sleep apnea
- Hipertensi sistolik terisolasi
3. Menifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala hipertensi heart desease antara lain :
- Rasa berdebar, melayang, impoten sebagai akibat dari peningkatan tekanan darah
- Rasa cepat capek, sesak nafas, sakit dada, bengkak pada kedua kaki atau perut
- Terdapat gangguan vaskuler seperti epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina transient cerebral ischemic
- Terdapat penyakit dasar seperti hipertensi sekunder seperti, polidipsi, poliuri, kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan BB dengan emosi labil pada sindrom cushing. Pada feokromosomositoma didapatkan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, benyak keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).
4. Faktor resiko
a. Ras
Afro amerika lebih rentan terkena penyakit jantung hipertensi, bahkan hal ini menjadi etiologi umum untuk gagal jantung di Amerika Serikat.
b. Jenis kelamin.
Prevalensi hipertensi lebih besar pada pria yang berusia dibawah 55 tahun, tetapi lebih besar pada wanita yang berussia di atas 55 tahun. Kemungkinan terjadi karena seiring bertambahnya usia maka tekanan darah akan semakin meningkat terutama pada pria. Tapi setelah menopause tiba wanita akan mengalami peningkatan tekanan darah yang lebih taam dan mencapai angka tertinggi yang lebih tinggi daripada pria.
c. Usia
Seiring bertambahnya usia maka tekanan darah akan semakin meningkat dan hal ini sebanding dengan terjadinya penyakit jantung hipertensi.
5. Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal, kelainannya terutama pada peniggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena vasokontriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika intima dan hipertrofi tunika media
Perubahan struktural inilah yang dianggap sebagai salah satu faktor utama sukarnya tekanan darah dikendalikan dengan obat-obat anti antihipertensi pada kasus-kasus tertentu. Kerja jantung pada penderita hipertensi dengan demikian bertambah berat karena naiknya tahanan perifer. Lambat laun akan berakibat terjadinya hipertrofi ventrikel kiri. Tingakat dan kecepatan terjadinya hipertropi ventrikel kiri ini ternyata tidak selalu berkorelasi baik dengan tinggi rendahnya tekanan darah. Bila hipertropi sudah melampaui batas tertentu yaitu bila berat jantung sudah melampaui nilai kritis (500 g), dapat dibuktikan bahwa sel-sel otot jantung tidak hanya bertambah ukurannya (hipertropi) tapi juga bertambah jumlah selnya atau terjadi hiperplasi. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya sklerosis koroner dimana hipertensi merupakan salah satufaktor resiko yang penting untuk terjadinya sklerosis koroner. Hipertropi dan hiperplasi ini akhirnya akan diikuti dengan dilatasi ventrikel kiri dan selanjutnya akan berakhir dengan terjadinya dekompensasi jantung kiri. Bila keadaan ini berlangsung terus maka akan diikuti hipertropi dan dilatasi jantung kanan dan akhirnya jantung kanan juga akan mengalami dekompensasi.
Pada penderita hipertensi dalam perjalanannya dapat terjadi dekompensasi jantung kiri akut (left ventricular heart failure) di samping terjadinya gagal jantung kongestif kronis (chronic congestive heart failure). Pada gagal jantung kongestif kronis (chronic congestive heart failure) umumnya gejala-gejala dekompensasi jantung kiri lebih menyolok dari pada gejala-gejala dekompensasi jantung kanan. Namun demikian pada kasus-kasus tertentu kadang-kadang gejala-gejala dekompensasi jantung kiri hanya sedsikit terlihat sedangkan gejala-gejala dekompensasi jantung kanan lebih menyolok. Bahkan sering sering terlihat seperti dekompensasi jantung kanan yang murni. ini disebabkan karena terjadinya obstruksi aliran masuk kedalam bilik kanan sebagai akibat hipertropi ventrikel kiri yang hebat. Bila terjadi dekompensasi jantung kiri maaupun kanan sering tekanan darah akan sedikit menurun. Yang mengherankan justru kadang-kadang dijumpai kenaiakan tekanan darah bila terjadi dekompensasi jantung. Hal ini terjadinya karena anoksia jaringan otak yang akan memacu pusat vasomotor dibatang otak dengan akibat terjadinya vosokontriksi arteriol sistemik yang akan menaikkan tekanan darah.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium awal
- Urinalis : protein, leukosit, eritrosit, silinder
- Hemoglobin/hematokrit
- Elektrolit darah/kalium
- Ureum/kreatinin
- Gula darah puasa
- Total kolesterol
b. Analisis gas darah
c. Elektrokardiografi
7. Penatalaksanaan
Tatalaksana medis untuk pasien dengan hypertensive heart disease(HHD) dibagi menjadi 2 kategori.
a. Penatalaksanaan untuk tekanan darah yang meningkat
b. Pencegahan dan penatalaksanaan dari HHD
Target tekanan darah harus kurang dari140/90 mm Hg pada pasien tanpa Diabetes atau chronic kidney disease dan kurang dari 130/90 mm Hg pada pasien yang memiliki penyakit di atas. Ada beragam strategi dalam tatalaksana HHD, misalnya modifikasi pola makan, aerobic exercise yang teratur, penurunan berat badan,dan penggunaan obat untuk hipertensi, gagal jantung sekunder diastolik dan sistolic disfungsi ventrikel kiri, coronary artery disease, dan aritmia.
a. Modifikasi pola makanan
- Penelitian membuktikan bahwa diet dan gaya hidup yang sahat dengan atau tanpa kombinasi dengan penggunaan obat, dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi symptom dari gagal jantung dan memperbaiki left ventricle hypertrophy (LVH). Diet khusus yang dianjurkan adalah diet sodium, sayur-sayuran, rendah kolesterol dan rendah konsumsi alkohol.
- Diet rendah sodium dengan atau tanpa kombinasi dengan penggunaan obat mengurangi tekanan darah pada kebanyakan African Americans. Restriksi sodium tidak menstimulasi kompensasi dari renin-angiotensin system dan dapat memiliki efek antihipertensi. Rekomendasi intake sodium perhari adalah 50-100 mm0L, setara dengan 3-6 garam yang rata-rata mengurangi tekanan darah 2-8 mmHg.
- Benyak penelitian epidemologi menunjukkan asupan tinggi potassium diasosiasikan dengan menurunnya tekanan darah. Potasium yang diberikan secara intravena mengakibatkan vasodilatasi yang dipercaya dimediasi oleh nitrik oxid pada dinding pembuluh darah. Buah dan sayur segar direkomendasikan untuk pasien yang memiliki fungsi ginjal yang normal
- Asupan rendah kolesterol adalah profilaksis untuk pasien dengan penyakit jantung koroner .
- Konsumsi alkohol yang berlebihan dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah pada peningkatan massa dari ventrikel kiri.
b. Olah raga secara teratur
- Olah raga secara teratur 30 menit sehari 3-4 kali seminggu
- Olah raga seperti berjalan kaki, berlari, berenang atau bersepeda menunjukkan penurunan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan dari jantung dan pembuluh darah. Karena meningkatkan fungsi endothelial, vasodilatasi perifer, menurunkan denyut nadi istirahat dan mengurangi level dari katekolamin.
c. Pengurangan berat badan
Kegemukan benyak dihubungkan dengan hipertensi dan LVH. Penurunan berat badan bertahap (1kg / minggu) sangat dianjurkan. Penggunaan obat-obatan untuk menurunkan berat badan harus dilakukan dengan perhatian yang khusus.
d. Farmakoterapi
- Penatalaksanaan dari hipertensi dan HHD dengan menggunakan : thiazide deuretik, beta blockers dan combined alpha dan beta blockers, cvalsium channel blockers dan direct vasodilatasi seperti hydralazine
- Kebanyakan pasien membutuhkan 2 atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekana darah
- Thiazide diuretikadalah obat pilihan pertama pada pasien dengan hipertensi tanpa komplikasi
- Obat-obatan intra vena pada pasien hipertensi emergensi adalah nitroprusside, labetalol, hidralazin, enalapril dan beta-blockers (tidak digunakan untuk pasien gagal ginjal akut dan dekompentasa.
C. ASUHAN KEPERAWATAAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan yang mengacukan pada konsep Doenges Marylinn, sedangkan konsep Asuhan Keperawatan tentang Hipertensi Heart Disease sendiri belum ada jadi penulis mengambil Asuhan Keperawatan Hipertensi.
1. Pengkajian keperawatan
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : Kenaikan TD (tekanan darah), hipotensi postural, nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut, seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis, denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba ataau lemah. Denyut apikal : PMI (Point Of Maximal Impulse) kemungkinan bergeser dan atau sangat kuat. Frekuensi atau irama : Takikardia, sebagai disritmia. Bunyi jantung : Terdengar S2 pada dasar : S3 (CHF diri): S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri). Murmur (pergeseran ventrikel kiri/hipertropi ventilasi kiri). Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis vena jugularis) (kongesti vena).
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer): pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokontriksi), kulit pucat sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia): kemerahan (fookromositoma).
c. Integritas EGO
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, eufoma atau marah kronik (dapat mengindikan kerusakan serebral). Faktor-faktor strees multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinyu perhatian, tangisan yang meledak, gerakan tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstrusi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan atau cairan.
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti, makanan yang di goreng, keju dan telur), gula-gula yang bewarna hitam, kandungan tinggi kalori, mual, muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema (mungkin umum atau tertentu), kongesti vena, DVJ : glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik).
f. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam), episode bebas dan / kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur), episode epistaksis.
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, atau memori (ingatan), respon motorik, penurunan kekuatan genggaman tangan dan/ reflek tendon dalam, perubahan-perubahan retinal optik : dari sklerosis / penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat dan hemoragi tergantung pada berat / lamanya hipertensi.
g. Nyeri / ketidak nyamanan
Gejala :Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), nyeri hilang timbul pada tungkai / klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya, nyeri abdomen / masa (feokromositoma).
h. Pernafasan (secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap atau berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja, takipnea, ortopnea, dispnea noktural proksimal, batuk dengan / tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda :distressrespirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan (krakles / mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi / cara berjalan, episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural.
j. Pembelajaran / penyuluhan
Gejala : faktor-faktor resiko kelurga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes militus, penyakit serebrovaskular / ginjal, faktor-faktor resiko etnik, seperti orang afrika-amerika, Asia tenggara, penggunaan Pil KB hormon lain, penggunaan obat / alkohol.
Rencana pemulangan : Bantu dengan pemantauan – diri TD.
k. Pemeriksaan diagnostik
1. Hemoglobin / hemotokrit : Mengkaji hibungan sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
2. BUN (Blood Urea Nitrogen) / kreatinin tentang fungsi ginjal.
3. Glukosa : hiperglikemia (diabetes militus pencetus hipertensi).
4. Kalium serum : peningkatan kadar kalsium meningkatkan hipertensi.
5. Kolesterol dan trigliserida serum : peningkatan kadar (efek kardiovaskuler).
6. Pemeriksaan tyroid : hipertyroidisme menimbulkan vaso kontriksi dan hipertensi.
7. Kadar aldosteron urine / serum.
8. Urinalisa : darah, protein, glukosa mengindikasi adanya disfungsi ginjal.
9. Asam urat
10. Steroid urine : kenaikan mengindikasikan hiperadrenalisme, disfungsi pituitary.
11. Foto dada : menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup : (pembesaran jantung).
12. CT scan (Computed Tomografi Scan) : mengkaji tumor serebral.
13. EKG (Elektrokardiogram) : menunjukkan gambaran gelombang atau perbesaran jantung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan Afterlood, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi / rigiditas (kekakuan) ventrikel.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri (akut) sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
e. Inefektif koping individu berhubungan dengan krisis situasional / maturasional, perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sedikit atau tidak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak reaalistik, metode koping tidak efektif.
f. Kurang pengetahuan mengenai koindisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kuraang pengetahuan atau daya ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
3. Intervensi keperawatan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia, miokardia, hipertropi / rigiditas (kekakuan) ventrikular.
Tujuan tindakan keperawatan :
1. Berpartisipasi dalam aktifitas yang menurunkan TD / beban kerja jantung.
2. Mempertahankan TD dalam rentan individu yang dapat diterima.
3. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi Keperawatan :
1. Pantau TD ukur pada kedua tangan / paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang kuat.
2. Catat keberadaan kualitas denyutan sentral perifer.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
4. Amati warna kulit, kelemahan, suhu dan masa pengisian kapiler.
5. Catat edema umum / tertentu.
6. Beriakan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktifitas /keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
7. Pertahankan lamanya aktivitas, seperti istirahat ditempat tidur / kursi : jadwal periode istirahat tanpa gangguan, bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
8. Lakukan tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
9. Anjurka teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
10. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
11. Berikan obat-obat sesuai indikasi :
a. Diuretik tiazid missal, klorotiazid (diuril) hidroklorotiazid ( E sidrix / Hidro Dilefil) : bendroflumentiazid (naturetin).
b. Diuretik loop, missal, furosemid (Lasix) : asam atakrinic (Edecrin), bumetanid (Burmex).
c. Diuretik hemat kalium, missal spironolakton (Aldaactone), triamterene (Dyrenium), Amilioride (Midamor)
d. Inhibitor simpatis, missal prpanolol (inderal), metoprolol (lopressol), atenolol (tenormin), nadolol (corgard), metildopa (Aldomet), resrpine (serpasil), klonidin (catapres).
e. Vasodilator, missal monoksidil (lonitem), hidralazin (apresoline), bloker saluran kalsium, misal, nifedipin (calana)
f. Agen-agen antiadrenergik: a-1 bloker prazosin (minipres), tetazosin ( hytrin).
g. Bloker neuron adrenergic: guanadrel (hyloree), quanetidin (ismelin), reserpin (serpasil).
h. Inhibitor adrenergic yang kerja secara sentral: klonidin, (catapres), guanabenz (wytension): metildopa (aldomet)
i. Vasodilator kerja langsung: hidralazin (apresoline): minoksidil; (loniten)
j. Vasodilator oral yang bekerja langsung: diazksid (hyperstat); nitroprusid; (nipride, nitropess)
k. Bloker anglion, misal, guanetidin (isomelin); trimetapan (arfonad). ACE inhibitor, misal, kaptropril (capoten).
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13. Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan tindakan keperawatan :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan
2. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
3. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
Intervensi keperawatan :
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan diastolik menigkat 2 mmHg) dispnea atau nyeri dada, keletihan atau kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan.
2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi, misal menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
c. Nyeri (akut) sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan tindakan keperawatan :
1. Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
2. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
3. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
Intervensi keperawatan :
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut
2. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi (panduan imajinasi,distraksi) dan aktivitas waktu senggang.
3. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misal, mengedan saat Bab, batuk panjang, membungkuk
4. Bantu pasien ambulasi sesuai kebutuhan
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan
6. Berikan sesuai indikasi analgesik
7. Antiansietas, misal, lorazepam (antivam), diazepam (valium)
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton, keyakinan budaya
Tujuan tindakan keperawatan :
1. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
2. Menunjukan perubahan pola makan (misal, pilihan makanan, kuantitas dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
3. Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual
Intrvensi keperawatan :
1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai individu
3. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
5. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistis dengan pasien, misal, penurunan berat badan 0,5 kg perminggu
6. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makan dimakan
7. Instruksikan dan bantu memilih makan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, es krim, daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan jeroan)
8. Rujuk keahli gizi sesuai indikasi
e. Inefektif koping individual berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, perubahan hidup, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode koping tidak efektif.
Tujuan tindakan keperawatan :
1. Mengidentifikasi perilaku koping dan konsekuensinya
2. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
3. Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari/mengubahnya
4. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif
Intervensi keperawatan :
1. Kaji keefektifaan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, misal kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, perangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
4. Libatkan pasien dalam perencanaan peraawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
5. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup, tanyakan pertanyaan seperti “apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan.
6. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, menginterprestasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
Tujuan tindakan keperawatan :
1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
3. Mempertahankan TD dalam parameter normal
Intervensi keperawatan :
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat
2. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal, jelaskan tentang hipertensi dan efek pada jantung, pembuluh darah gimjal dan otak
3. Hindari menyatakan TD normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan
4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah, misal, obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alkohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stress
5. Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifkasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi faktor-faktor di atas
6. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok
7. Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut
8. Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan TD mandiri. Evaluasi pendengaran, ketajaman penglihatan dan keterampilan manual serta koordinasi pasien
9. Bantu pasien untuk mengembangkan jadwal yang sederhana, memudahkan untuk minum obat
10. Jelaskan tentang obat yang diserep bersamaan dengan rasional, dosis, efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan dan idiosinkrasi misal:
a. Diuretik : minum dosis harian (atau dosis lebih besar) pada pagi hari
b. Ukur dan catat berat badan sendiri pada jadwal teratur
c. Hindari/batasi masukan alkohol
d. Beritahu dokter bila tidak dapat mentoleransi makanan atau cairan
e. Antihipertensi : minum dosis yang diresepkan pada jadwal teratur, hindari melalaikan dosis, mengubah atau melebihi dosis, dan jangan menhentikan tanpa memberitahu pemberi asuhan kesehatan, bangun dengan perlahan dari berbaring ke posisi berdiri, duduk untuk beberapa menit sebelum berdiri. Tidur dengan kepala agak ditinggikan
11. Sarankan untuk sering mengubah posisi, olahraga, kaki saat berbaring
12. Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan dan penggunaan alkohol yang berlebihan
13. Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum menggunakan obat-obatan yang diresepkan atau tidak diresepkan
14. Intruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan/cairan tinggi kalium, misal jeruk, tomat, pisang, kentang, apricot, kurma, buah ara, kismis, gatarode, sari buah jeruk, dan minuman yang mengandung tinggi kalsium, misal susu rendah lemak, yogurt, atau tambahan kalsium sesuai indikasi
15. Riview tanda-tanda gejala yang memerlukan pelaporan pada pemberian asuhan kesehatan, misal sakit kepala yang terjadi saat bangun, peningkatan TD tiba-tiba dab terus menerus, nyeri dada/ sesak nafas, frekuensi nadi meningkat tak teratur, peningkatan berat badan yang signifikan (1 kg/hari atau 2,5 kg minggu) atau pembengkakan perifer/abdomen, gangguan penglihatan, sering pendarahan hidung tak terkontrol, depresi/emosi labil, pusing yang hebat atau episode pingsan, kelemahan/kram otot, mual/muntah, haus berlebihan, penurunan libido/impotent
16. Jelaskan rasional regimen yang diharuskan (biasanya diit rendah natrium, lemak jenuh dan kolesterol)
17. Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber masukan natrium (misal garam meja, makanan beragam, jagung dan keju olahan, saus, sup kaleng dan sayuran, soda kue, baking powder, MSG) tekankan pentingnya membaca label kandungan makanan dan obat yang dijual bebas
18. Dorong pasien untuk menurunkan atau menghilangkan kafien, misal kopi, teh, cola, coklat
19. Tekankan pentingnya perencanaan/penyelesaian periode istirahat harian
20. Anjurkan pasien untuk memantau respons fisiologi sendiri terhadap aktivitas (misal frekuensi nadi, sesak nafas) laporkan penurunan toleransi tehadap aktivitas dan hentikan aktivitas yang menyebabkan nyeri dada, sesak nafas, pusing, keletihan berat atau kelemahan
21. Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri seperti olahraga aerobik (berjalan, berenang) yang pasien mampu lakukan. Tekankan pentingnya menghindari aktivitas isometrik
22. Peragakan penerapan kompres es pada punggung leher dan tekanan pada sepertiga ujung hidung dan anjurkan pasien menundukkan kepala ke depan bila terjadi pendarahan hidung
23. Berikan informasi tentang sumber-sumber di masyarakat dan dukungan pasien dalam membuat perubahan pola hidup, lakukan untuk rujukan bila ada indikasi
0 Response to "asuhan keperawatan Hipertensi Heart Desease (HHD)"