Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
1. Pengertian
“Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg” (Smeltzer & Suzanne. 2002, hlm 898).
“Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan di klasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna” (Doenges, 2000 hlm 39).
“Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistol, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena” (Tambayong. 2000. hlm 94).
“Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti Hipertensi” (Mansjoer. 1999. hlm 518).
“Hipertensi adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, di ukur di kedua lengan 3 kali dalam jangka beberapa minggu.” (http//www.Google.com/Hipertensi, wikipedia Indonesia, 2008).
“Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dimana sistol >140 dan diastole >90 dan apabila tidak di obati dapat menimbulkan komplikasi” (http//www.id.Info sehat.Yahoo, diperoleh tanggal 29 Juli 2008).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua golongan (Mansjoer. 2001. hlm 518) yaitu :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Penyebabnya tidak di ketahui secara pasti. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, usia, kelamin, ras, pola hidup, lingkungan, system renin-angiotensin, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol dan merokok.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
Penyebab spesifiknya di ketahui seperti penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Klasifikasi Hipertensi dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi sesuai WHO
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal
Hipertensi ringan
Hipertensi perbatasan
Hipertensi sedang dan berat
Hipertensi sistolik terisolasi
Hipertensi sistolik perbatasan < 140
140-180
140-160
> 180
> 140
140-160 < 90
90-105
90-95
> 105
< 90
< 90
(Sumber : http//www.id.Wikipedia. Org/Hipertensi, diperoleh tanggal 23 Juli 2008)
Tabel 2. 2 Klasifikasi Hipertensi Pada Dewasa
Kategori TD Sistolik TD Diastolik
Normal
Pre-Hipertensi
Stadium 1
Stadium 2 < 120 mmHg
120-139 mmHg
140-159 mmHg
>=160 mmHg (dan) < 80 mmHg
(atau) 80-89 mmHg
(atau) 90-99 mmHg
(atau) >= 100 mmHg
(Sumber : http//www.id. Wikipedia. Org/Hipertensi, diperoleh tanggal 23 Juli 2008)
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrine mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan Hipertensi sangat sensitiv dengan norepinefrin.
Pada saat yang bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya yang dapat memperkuat respon vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi ini mengakibatkan penurunan air darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian di rubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut mencetuskan keadaan Hipertensi. (Smeltzer & Suzanne. 2000. hlm 898). patoflow dan pathway hipertensi
4. Manifestasi Klinis
“Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat juga ditemukan : sakit kepala, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, mata berkunang-kunang, pusing, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari), azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin), sukar tidur”. (Mansjoer. 2001. hlm 518)
5. Komplikasi
“Komplikasi dari Hipertensi akan menyebabkan, terjadinya penyakit jantung (gagal jantung), stroke, retinopati (penyakit mata yang menyebabkan kebutaan) dan gagal ginjal” (Mansjoer. 2001. hlm 520)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah sewaktu, kolesterol) dan EKG (Elektrokardiogram).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti protein urin 24 jam dan asam urat (Mansjoer. 2001. hlm 518).
7. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah 140/90 atau dibawahnya. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi dan pendekatan dengan memodifikasi gaya hidup termasuk pengurangan asupan alkohol, pengurangan asupan natrium, olahraga secara teratur (Smeltzer. 2001. hlm 899).
C. Asuhan Keperawatan Teoritis
Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang digunakan secara sistematis yang terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Nursalam. 2004. hlm 125).
1 . Pengkajian Keperawtan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium. Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan Hipertensi menurut Doenges (2000) sebagai berikut :
a. Aktifitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, dan takipnea
b.Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, hipotenis postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut, seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis, denyut politeal, tibia postorior, pedalis tidak teraba atau lemah. Denyut apikal : PMI (point of maximal impulse) kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat. Frekuensi/irama : Takikarda, berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF/cronic heart failure), S4 (pengerasan ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis vaskuler. Desiran vaskuler terdengar di atas karotis, atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ (distensi vena jugularis)/kongesti vena. Esktremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer); pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi). Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia); kemerahan (feokromositoma).
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. Otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan , menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/ obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang di sukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang di goreng, keju, telur); gula-gula yang berwarna hitam; kandungan tinggi kalori. Mual, muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun). Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena, DVJ, glikosuria (hampir 10% pasien Hipertensi adalah diabetik).
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi pola/isi bicara, efek, proses pikir atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refleksi tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik : dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papil edema, ekssudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya Hipertensi.
g. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).
h. Pernapasan (secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut dari Hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, dispnea nukturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi/penggunaan otot pernapasan. Bunyi napas tambahan (krakles/mengi). Sianosis.
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien. Hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor risiko keluarga : Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskular/ginjal. Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara. Penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/alkohol.
k. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin/hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN (Blood urea nitrogen)/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa : Hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan Hipertensi).
4) Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan Hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular).
7) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan Hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer
9) Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.
10) VMA (Vanilil mandelik asam) urin (metabolit katekolamin): kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma, VMA urin 24 jam dapat di lakukan untuk pengkajian feokromositoma bila Hipertensi hilang timbul.
11) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi komplikasi sebagai faktor resiko terjadinya Hipertensi.
12) Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi pituitari, sindrom cushing’s, kadar renin dapat juga meningkat.
13) IVP (Intra vena pielografi) : Dapat mengidentifikasi penyebab Hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter.
14) Foto dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katub; deposit pada dan/atau takik aorta; perbesaran jantung.
15) CT (Computer Tomografi) scan : Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositoma.
16) EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan : luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung Hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
“Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi masalah aktual dan resiko” (Doenges, 2000 hlm 8).
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien dengan Hipertensi menurut Doenges (2000), yaitu ada lima diagnosa antara lain :
a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokardia, hipertrofi ventrikular.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
d. Perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa, kurang pengetahuan/daya ingat.
3. Intervensi keperawatan
“Intervensi keperawatan merupakan suatu rencana keperawatan yang dirancang untuk mengatasi masalah yang didapatkan” (Doenges. 2000. hlm 10)
Intervensi dari masalah keperawatan yang muncul pada penyakit Hipertensi menurut Doenges, antara lain :
a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokonstriksi, iskemia miokardia, hipertrofi ventrikuler.
Tujuan Keperawatan :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung.
2) Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat di terima.
3) Memperlihatkan irama frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi Keperawatan :
1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
5) Catat edema umum/tertentu.
6) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
7) Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
8) Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
9) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
10) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
11) Berikan obat-obatan sesuai indikasi, contoh :
(a) Diuretik, contoh: furosemid (Lasix), klorotiozid (Diuril), spironolakton (Aldatone)
(b) Vasodilator, contoh: minoksidil (Loniten), hidralazin (Apresoline)
(c) Captopril (Capoten)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan tindakan keperawatan :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
2) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat di ukur
3) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi keperawatan :
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat.
2) Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk, saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.
3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat di toleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
c. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
Tujuan tindakan keperawatan :
1) Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
2) Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
3) Mengikuti regimen farmakologi yang di resepkan
Intervensi keperawatan :
1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misal kompres dingin pada dahi, pijat punggung.
3) Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misal mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
4) Bantu pasien dalam ambulansi sesuai kebutuhan.
5) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah di lakukan untuk menghentikan perdarahan.
d. Perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup menoton, keyakinan budaya.
Tujuan tindakan keperawatan :
1) Mengidentifikasi hubungan antara Hipertensi dan kegemukan.
2) Menunjukkan perubahan pola makan.
3) Melakukan/mempertahankan program olah raga yang tepat secara individual.
Intervensi keperawatan :
1) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara Hipertensi dan kegemukan.
2) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.
3) Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.
4) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
5) Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan pasien, misal penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
6) Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan di mana makan di lakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan di makan.
7) Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, menyangkal tindakan diagnosa, misisterpretasi informasi.
Tujuan tindakan keperawatan :
1). Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
2). Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi
yang perlu di perhatikan.
3). Mempertahankan TD dalam parameter normal.
Tindakan keperawatan :
1) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat.
2) Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang Hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
3) Hindari mengatakan TD ‘normal’ dan gunakan istilah “terkontrol dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang di inginkan.
1. Pengertian
“Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg” (Smeltzer & Suzanne. 2002, hlm 898).
“Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan di klasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna” (Doenges, 2000 hlm 39).
“Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistol, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena” (Tambayong. 2000. hlm 94).
“Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti Hipertensi” (Mansjoer. 1999. hlm 518).
“Hipertensi adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, di ukur di kedua lengan 3 kali dalam jangka beberapa minggu.” (http//www.Google.com/Hipertensi, wikipedia Indonesia, 2008).
“Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dimana sistol >140 dan diastole >90 dan apabila tidak di obati dapat menimbulkan komplikasi” (http//www.id.Info sehat.Yahoo, diperoleh tanggal 29 Juli 2008).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua golongan (Mansjoer. 2001. hlm 518) yaitu :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Penyebabnya tidak di ketahui secara pasti. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, usia, kelamin, ras, pola hidup, lingkungan, system renin-angiotensin, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol dan merokok.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal
Penyebab spesifiknya di ketahui seperti penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Klasifikasi Hipertensi dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi sesuai WHO
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal
Hipertensi ringan
Hipertensi perbatasan
Hipertensi sedang dan berat
Hipertensi sistolik terisolasi
Hipertensi sistolik perbatasan < 140
140-180
140-160
> 180
> 140
140-160 < 90
90-105
90-95
> 105
< 90
< 90
(Sumber : http//www.id.Wikipedia. Org/Hipertensi, diperoleh tanggal 23 Juli 2008)
Tabel 2. 2 Klasifikasi Hipertensi Pada Dewasa
Kategori TD Sistolik TD Diastolik
Normal
Pre-Hipertensi
Stadium 1
Stadium 2 < 120 mmHg
120-139 mmHg
140-159 mmHg
>=160 mmHg (dan) < 80 mmHg
(atau) 80-89 mmHg
(atau) 90-99 mmHg
(atau) >= 100 mmHg
(Sumber : http//www.id. Wikipedia. Org/Hipertensi, diperoleh tanggal 23 Juli 2008)
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrine mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan Hipertensi sangat sensitiv dengan norepinefrin.
Pada saat yang bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya yang dapat memperkuat respon vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi ini mengakibatkan penurunan air darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian di rubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut mencetuskan keadaan Hipertensi. (Smeltzer & Suzanne. 2000. hlm 898). patoflow dan pathway hipertensi
4. Manifestasi Klinis
“Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat juga ditemukan : sakit kepala, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, mata berkunang-kunang, pusing, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari), azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin), sukar tidur”. (Mansjoer. 2001. hlm 518)
5. Komplikasi
“Komplikasi dari Hipertensi akan menyebabkan, terjadinya penyakit jantung (gagal jantung), stroke, retinopati (penyakit mata yang menyebabkan kebutaan) dan gagal ginjal” (Mansjoer. 2001. hlm 520)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah sewaktu, kolesterol) dan EKG (Elektrokardiogram).
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti protein urin 24 jam dan asam urat (Mansjoer. 2001. hlm 518).
7. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah 140/90 atau dibawahnya. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi dan pendekatan dengan memodifikasi gaya hidup termasuk pengurangan asupan alkohol, pengurangan asupan natrium, olahraga secara teratur (Smeltzer. 2001. hlm 899).
C. Asuhan Keperawatan Teoritis
Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang digunakan secara sistematis yang terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Nursalam. 2004. hlm 125).
1 . Pengkajian Keperawtan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium. Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan Hipertensi menurut Doenges (2000) sebagai berikut :
a. Aktifitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, dan takipnea
b.Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, hipotenis postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut, seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis, denyut politeal, tibia postorior, pedalis tidak teraba atau lemah. Denyut apikal : PMI (point of maximal impulse) kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat. Frekuensi/irama : Takikarda, berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF/cronic heart failure), S4 (pengerasan ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis vaskuler. Desiran vaskuler terdengar di atas karotis, atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ (distensi vena jugularis)/kongesti vena. Esktremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer); pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi). Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia); kemerahan (feokromositoma).
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. Otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan , menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/ obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang di sukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang di goreng, keju, telur); gula-gula yang berwarna hitam; kandungan tinggi kalori. Mual, muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun). Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena, DVJ, glikosuria (hampir 10% pasien Hipertensi adalah diabetik).
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda : Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi pola/isi bicara, efek, proses pikir atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refleksi tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik : dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papil edema, ekssudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya Hipertensi.
g. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).
h. Pernapasan (secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut dari Hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, dispnea nukturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi/penggunaan otot pernapasan. Bunyi napas tambahan (krakles/mengi). Sianosis.
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien. Hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor risiko keluarga : Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskular/ginjal. Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara. Penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/alkohol.
k. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin/hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN (Blood urea nitrogen)/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3) Glukosa : Hiperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan Hipertensi).
4) Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan Hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular).
7) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan Hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer
9) Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya diabetes.
10) VMA (Vanilil mandelik asam) urin (metabolit katekolamin): kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma, VMA urin 24 jam dapat di lakukan untuk pengkajian feokromositoma bila Hipertensi hilang timbul.
11) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi komplikasi sebagai faktor resiko terjadinya Hipertensi.
12) Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi pituitari, sindrom cushing’s, kadar renin dapat juga meningkat.
13) IVP (Intra vena pielografi) : Dapat mengidentifikasi penyebab Hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter.
14) Foto dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katub; deposit pada dan/atau takik aorta; perbesaran jantung.
15) CT (Computer Tomografi) scan : Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositoma.
16) EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan : luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung Hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
“Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi masalah aktual dan resiko” (Doenges, 2000 hlm 8).
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien dengan Hipertensi menurut Doenges (2000), yaitu ada lima diagnosa antara lain :
a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokardia, hipertrofi ventrikular.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
d. Perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa, kurang pengetahuan/daya ingat.
3. Intervensi keperawatan
“Intervensi keperawatan merupakan suatu rencana keperawatan yang dirancang untuk mengatasi masalah yang didapatkan” (Doenges. 2000. hlm 10)
Intervensi dari masalah keperawatan yang muncul pada penyakit Hipertensi menurut Doenges, antara lain :
a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokonstriksi, iskemia miokardia, hipertrofi ventrikuler.
Tujuan Keperawatan :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung.
2) Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat di terima.
3) Memperlihatkan irama frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi Keperawatan :
1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
5) Catat edema umum/tertentu.
6) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
7) Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
8) Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
9) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
10) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
11) Berikan obat-obatan sesuai indikasi, contoh :
(a) Diuretik, contoh: furosemid (Lasix), klorotiozid (Diuril), spironolakton (Aldatone)
(b) Vasodilator, contoh: minoksidil (Loniten), hidralazin (Apresoline)
(c) Captopril (Capoten)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan tindakan keperawatan :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
2) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat di ukur
3) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi keperawatan :
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat.
2) Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk, saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.
3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat di toleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
c. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
Tujuan tindakan keperawatan :
1) Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
2) Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
3) Mengikuti regimen farmakologi yang di resepkan
Intervensi keperawatan :
1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misal kompres dingin pada dahi, pijat punggung.
3) Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misal mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
4) Bantu pasien dalam ambulansi sesuai kebutuhan.
5) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah di lakukan untuk menghentikan perdarahan.
d. Perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, pola hidup menoton, keyakinan budaya.
Tujuan tindakan keperawatan :
1) Mengidentifikasi hubungan antara Hipertensi dan kegemukan.
2) Menunjukkan perubahan pola makan.
3) Melakukan/mempertahankan program olah raga yang tepat secara individual.
Intervensi keperawatan :
1) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara Hipertensi dan kegemukan.
2) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.
3) Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.
4) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
5) Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan pasien, misal penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
6) Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan di mana makan di lakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan di makan.
7) Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, menyangkal tindakan diagnosa, misisterpretasi informasi.
Tujuan tindakan keperawatan :
1). Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
2). Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi
yang perlu di perhatikan.
3). Mempertahankan TD dalam parameter normal.
Tindakan keperawatan :
1) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat.
2) Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang Hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
3) Hindari mengatakan TD ‘normal’ dan gunakan istilah “terkontrol dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang di inginkan.
0 Response to "Asuhan keperawatan Hipertensi"