Latest News

asuhan keperawatan Penyakit Jantung Koroner (PJK)

A. Konsep Dasar
1.    Definisi
Penyakit Jantung Koroner adalah terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi akibat penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah / curah jantung dan peningkatan kebutuhan oksigen di miokard, atau spasme arteri koroner (Nurhayati, 2001 : 99)
2.    Anatomi Fisiologi
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot-otot jantung, rongga atas dan rongga bawah harus berkontraksi secara bergantian. Laju denyut-denyut jantung atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu "pengatur irama". Ini terdiri dari sekelompok secara khusus, disebut nodus sinotrialis, yang terletak didalam dinding serambi kanan. Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya di teruskan ke dinding-dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik-bilik berkontraksi secara serentak. Periode kontraksi ini disebut systole. Selanjutnya periode ini diikuti dengan sebuah periode relaksasi pendek - kira-kira 0,4 detik - yang disebut diastole, sebelum impuls berikutnya datang. Nodus sinotrialus menghasilkan antara 60 hingga 72 impuls seperti ini setiap menit ketika jantung sedang santai. Produksi impuls-impuls ini juga dikendalikan oleh suatu bagian sistem syaraf yang disebut sistem syaraf otonom, yang bekerja diluar keinginan kita. Sistem listrik built-in inilah yang menghasilkan kontraksi-kontraksi otot jantung beirama yang disebut denyut jantung
a.    Sistem Kardiovaskular
Fungsi jantung adalah memompa darah kaya oksigen  ke dalam sistem arteri (yang membawanya ke sel-sel) dan menampung darah deoksigen  dari sistem  vena dan meneruskanya  ke paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler, vena dan pembuluh limfe adalah membawa darah  ke dan dari jaringan  dan sel di seluruh tubuh.
b.    Struktur Jantung
Jantung adalah organ berongga, terletak di mediastinum di antara kedua paru di dalam rongga dada, di atas diafragma. Jantung terdiri atas tiga lapis yaitu :
1)    epikard yang menutupi permukaan luar jantung
2)    miokard yaitu lapis tengah yang terdiri atas otot jantung
3)    endokard yaitu lapis terdalam, terdiri atas jaringan  endotel, melapisi permukaan dalam jantung dan katup
Setiap belahan jantung terdiri atas dua bilik, yang atas berupa bilik pengumpul (atrium) dan yang di bawah sebagai  bilik pemompa (ventrikel). Dinding otot pemisah, yaitu septum, memisahkan belahan kanan  jantung  dari belahan kirinya.
Jantung di bungkus oleh perikard. Ada 2 lapis perikard  yaitu perikard parietal di luar dan perikard viseral di dalam. Diantaranya terdapat rongga perikard, yang berisi cairan perikard (5 – 10 ml).
Jantung juga mempunyai dua jenis katup jantung yaitu katup atrioventrikular dan katup semilunar. Katup atrioventrikular (AV) terdapat di antara atrium dan ventrikel. Katup trikuspid, disisi kanan, terdiri atas tiga lembar katup. Katup mitral (bikuspid) di kiri terdiri atas dua lembar katup. Pada tepian katup AV melekat erat filamen fibrosa kuat disebut korda tendinea, yang muncul dari muskulus papilaris pada dinding ventrikel.  Muskulus papilaris dan korda tendinea bersama menahan katup  AV agar tidak terbuka selama kontraksi ventrikel (sistole). Katup semilunar terdiri atas tiga bangunan mirip mangkok untuk mencegah darah kembali ke ventrikel selama selama relaksasi (diastole). Berbeda dengan katup AV, katup semilunar terbuka selama ventrikel berkontraksi. Katup semilunar pulmoner terdapat di antara ventrikel kanan dan arteri pulmoner. Katup semilunar aorta terdapat di antara  ventrikel kiri dan aorta.

c.    Sirkulasi Koroner
Otot jantung membutuhkan banyak oksigen. Arteri koroner (kiri dan kanan) bercabang dari aorta, mengelilingi jantung, memasuki dan mendarahi miokard.
d.    Arteri Koroner kanan
Arteri koroner kanan (RCA) serta cabang-cabangnya mendarahi atrium kanan, ventrikel kanan, bagian bawah ventrikel kiri, dan dinding septum bagian posterior, selain nodus SA (sinoatrial) dan nodus AV (atrioventrikukar).
e.    Arteri Koroner Kiri
Arteri koroner kiri (LCA) mempunyai dua cabang utama, arteri desendens anterior kiri (LAD) dan arteri sirkumfleks. LAD memasok darah kepada dinding anterior ventrikel kiri, septum ventrikel bagian anterior dan apeks ventrikel kiri. Arteri sirkumfleks  memasok darah ke  atrium kiri, permukaan lateral dan posterior dari ventrikel kiri, dan kadang-kadang septum interventrikel  bagian posterior. Pada orang tertentu arteri sirkumfleks memasok nodus SA dan AV.
Berbeda dengan arteri lain, 75% dari aliran arterial koroner terjado selama diastole, saat jantung  kendur. Agar dapat terjadi aliran memadai melalui arteri koroner, tekanan darah diastole sekurang-kurangnya harus 60 mmHg. Aliran darah koroner meningkat pada (a).  Kegiatan yang meningkat, (b). Bertambahnya rangsangann pada sistem saraf simpatis.

3. Etiologi
Penyebab paling sering dari Penyakit Jantung koroner adalah aterosklerosis (Nurhayati, 2001 : 99). Namun ada beberapa faktor resiko dari Penyakit Jantung Koroner, yaitu :
Faktor-faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
a.    Memasuki usia 45 tahun bagi pria, sangat penting bagi kaum pria untuk menyadari kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah datangnya penyakit jantung.
b.    Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause dini (sebagai akibat operasi). Wanita mulai menyusul pria dalam hal resiko penyakit jantung setelah mengalami menopause.
c.    Riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Riwayat serangan jantung didalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal.
d.    Diabetes, kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi jantung mereka.
e.    Merokok, resiko penyakit jantung dari merokok setara dengan 100 pon kelebihan berat badan - jadi tidak mungkin menyamakan keduanya.
f.    Tekanan darah tinggi (hipertensi).
g.    Kegemukan (obesitas). Obesitas tengah (perut buncit) adalah bentuk dari kegemukan. Walaupun semua orang gemuk cenderung memiliki resiko penyakit jantung, orang dengan obesitas tengah lebih-lebih lagi.
h.    Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk merupakan salah satu akar penyebab penyakit jantung dan menggantinya dengan kegiatan fisik merupakan salah satu langkah paling radikal yang dapat diambil.
i.    Stress, banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa, bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang membahayakan jiwa.
4.    Patofisiologi
Tubuh sendiri memproduksi kolesterol sesuai kebutuhan melalui hati. Bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol, maka kadar kolesterol dalam darah bisa berlebih (disebut hiperkolesterolemia). Kelebihan kadar kolesterol dalam darah akan disimpan di dalam lapisan dinding pembuluh darah arteri, yang disebut sebagai plak atau ateroma (sumber utama plak berasal dari LDL-Kolesterol. Sedangkan HDL membawa kembali kelebihan kolesterol ke dalam hati, sehingga mengurangi penumpukan kolesterol di dalam dinding pembuluh darah). Ateroma berisi bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
Apabila makin lama plak yang terbentuk makin banyak, akan terjadi suatu penebalan pada dinding pembuluh darah arteri, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah arteri. Kejadian ini disebut sebagai aterosklerosis (terdapatnya aterom pada dinding arteri, berisi kolesterol dan zat lemak lainnya). Hal ini menyebabkan terjadinya arteriosklerosis (penebalan pada dinding arteri & hilangnya kelenturan dinding arteri). Bila ateroma yang terbentuk semakin tebal, dapat merobek lapisan dinding arteri dan terjadi bekuan darah (trombus) yang dapat menyumbat aliran darah dalam arteri tersebut.
Hal ini yang dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah serta suplai zat-zat penting seperti oksigen ke daerah atau organ tertentu seperti jantung. Bila mengenai arteri koronaria yang berfungsi mensuplai darah ke otot jantung (istilah medisnya miokardium), maka suplai darah jadi berkurang dan menyebabkan kematian di daerah tersebut (disebut sebagai infark miokard).Konsekuensinya adalah terjadinya serangan jantung dan menyebabkan timbulnya gejala berupa nyeri dada yang hebat (dikenal sebagai angina pectoris). Keadaan ini yang disebut sebagai Penyakit Jantung Koroner (PJK).

5.     Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ini untuk setiap orang bisa berbeda. Sebuah serangan jantung mungkin dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak nyaman yang samar, atau rasa sesak dibagian tengah dada. Kadang, sebuah serangan jantung hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan sekali sehingga sering disalahartikan sebagai gangguan pencernaan, atau bahkan lepas dari perhatian sama sekali. Dalam hal ini, satu-satunya cara yang memungkinkan terdeteksinya sebuah serangan jantung adalah ketika harus menjalani pemeriksaan ECG untuk alasan lain yang mungkin tidak berkaitan. Dipihak lain, serangan jantung mungkin menghadirkan rasa nyeri paling buruk yang pernah dialami - rasa sesak yang luar biasa atau rasa terjepit pada dada, tenggorokan atau perut. Bisa juga mengucurkan keringat panas atau dingin, kaki terasa sakit sekali dan rasa ketakutan bahwa ajal sudah mendekat. Juga mungkin merasa lebih nyaman bila duduk dibanding bila berbaring dan mungkin nafas begitu sesak sehingga tidak bisa santai. Rasa mual dan pusing bahkan sampai muntah, bahkan yang lebih para yaitu ketika sampai kolaps dan pingsan.  Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain: nyeri jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang myang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia). Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner). Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan. Palpitasi (jantung berdebar-debar) Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantung)

6. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Penyakit Jantung Koroner adalah payah jantung, kematian mendadak dan infark miokard akut (Nurhayati, 2001 : 99)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Monitor  EKG : Aritmia
Rekam EKG lengkap : T inverted, ST depresi atau Q pathologis
b. Laboratorium
1). Darah rutin
2). Kadar enzyme : CK, CKMB
3). Fungsi ginjal
4). Fungsi hati
5). Profil lipid

8. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner adalah  memonitor EKG, mengobservasi tanda-tanda vital, mengatur diet, pemberian oksigen, obat-obatan seperti Nitrogliserin,  Beta bloker, Calsium antagonis, laxative, antikoagulan, dan trombolitik (Nurhayati, 2001 : 100)
 
B. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah alat bagi perawat dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab kepada pasien. Proses keperawatan merupakan cara sistematis  yang dilakukan oleh perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi (Hidayat, 2006 : 81)

1.    Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari pasien guna mengetahui berbagai permasalah yang ada (Hidayat, 2006 : 85)
Dalam pengkajian harus dipertimbangkan faktor terjadinya penyakit jantung koroner. Pengumpulan data meliputi umur, ras dan riwayat hypertensi pada keluarga, kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan rokok. Dasar-dasar pengkajian klien dengan penyakit jantung koroner yaitu :
a.    Aktivitas/istirahat Gejala kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b.     Sirkulasi : Gejala riwayat hypertensi, aterosklersosi, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler. Tanda kenaikan tekanan darah, hypertensi postural, ekstermitas perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda, kulit pucat, sianosis dan diaforesis.
c.    Integritas ego : Gejala riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik. Faktor-faktor stress multiple. Tanda gerak tangan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d.    Eliminasi : Gejala gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
e.    Makanan/cairan : Gejala makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur), mual dan muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini. Tanda berat badan normal atau obesitas, adanya edema.
f.    Neorosensori : Gejala keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital. Tanda status mental, perubahan keterjagaan, orientasi plasis, bicara afek, proses pikir, atau memori. Respon motorik terjadi penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refleks tendon dalam.
g.    Nyeri/ketidanyamanan : Gejala angina, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya, nyeri abdomen/masa (feokronositoma).
h.    Pernafasan : Gejala dispena yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas tambahan dan sianosis.
i.    Keamanan, keluhan gangguan koordinasi/cara berjalan : Gejala episode parestesia unilateral transien. Hipotesis postural.
j.    Pembelajaran/penyuluhan : Gejala faktor-faktor resiko hypertensi, ateorosklerasis, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskular/ginjal.
k.    Pemeriksaan diagnostik
Hemoglobin, hematokrit, Bun/kreatini, glukosa, kalium serum , kalsium serum, kolesterol dan trigeliserida serum, pemeriksaan tyroid, kadar aldosteron urin/serum, urinalisa darah, VMA urine; metabolik atekolamin, asam urat, stroid urin, IVP, foto dada, CT skan dan EKG.

2.  Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan aktual atau risiko. Tujuannya adalah mengidentifikasi adanya masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit, faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah dan kemampuan klien mencegah atau menghilangkan masalah. (La Ode Jumadi Gafar, 1999 : 61).
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan penyakit jantung koroner adalah :
a)    Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi.
b)    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak-seimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
c)    Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
d)    Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan, pola hidup monoton.
e)    Inefektif koping individual berhubungan dengan krisis situasional/maturasional, harapan yang tak terpenuhi.
f)    Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat,

3.   Rencana Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan sasaran dan tujuan. Penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan. (La Ode Jumadi Gafar, 1999 : 63).
Adapun rencana keperawatan yang dilakukan pada klien dengan penyakit jantung koroner adalah sebagai    berikut :
a. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi.
Tujuan : klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung.
Rencana keperawatan
1)    Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Rasional perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular.
2)    Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. Rasional S4 umum terdengar pada pasien hypertensi berat karena adanya hypertropi atrium. Perkembangan S3 menunjukkan hypertropi ventrikel dan kerusakan fungsi.
3)    Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler. Rasional adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
4)    Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. Rasional membantu untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi.
5)    Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur. Rasional menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hypertensi.
6)    Anjurkan teknik relaksasi, panutan imajinasi, aktivitas pengalihan. Rasional dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang,, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
7)    Berikan obat-obat sesuai indiksi, contohnya diuretic. Rasional obat ini menghasilkan diuresis kuat dengan menghambat resorpsi Natrium dan klorida dan merupakan antihypertensi efektif, khususnya pada pasien yang mengalami kerusakan ginjal.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak-seimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : klien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Rencana keperawatan
1)    Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali permenit diatas frekuensi istirahat, peningkatan tekanan darah yang nyata selama/sesudah aktivitas; dispnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan; diaforesis; pusing atau pingsan. Rasional menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2)    Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, misal menggunakan kursi saat mandi. Rasional teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi juga membantu keseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
3)    Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. Rasional kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
c.   Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
Tujuan : melaporkan nyeri/ketidaknyamanan berkurang.
Rencana keperawatan
1)    Mempertahankan tirah baring selama fase akut. Rasional meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2)    Berikan tindakan nonfarmakologis untuk menghilangkan sakit kepala misalnya kompres dingin pada dahi. Rasional tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat/memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3)    Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk. Rasional aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala karena adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.
4)    Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. Rasional pusing dan penglihatan kabur, sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode Hipotensi  postural.
5)    Berikan analgesik sesuai indikasi. Rasional menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan sistem saraf simpatis.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan, pola hidup monoton.
Tujuan : menunjukkan perubahan pola makan, mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
Rencana keperawatan
1)    Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hypertensi dan kegemukan. Rasional kegemukan adalah risiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena diproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.
2)    Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi makan lemak, garam dan gula sesuai indikasi. Rasional kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposis untuk hypertensi dan komplikasinya.
3)    Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. Rasional mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diet terakhir.
4)    Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan dilingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. Rasional memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan, dan kondisi emosi saat makan. Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
5)    Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi. Rasional memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
e. Inefektif koping individual berhubungan dengan krisis situasional/ maturasional, harapan yang tak terpenuhi.
Tujuan : menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.
Rencana keperawatan
1)    Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan. Rasional mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hypertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari.
2)    Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,ketidakmampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah. Rasional manifestasi mekanisme koping maladatif mungkin merupakan indikator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama tekanan darah diastolic.
3)    Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya. Rasional pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.
4)    Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, keseimbangan tujuan diri/ keluarga. Rasional perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi, daya ingat.
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Rencana keperawatan
1)    Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat. Rasional kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis.
2)    Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal. Jelaskan tentang hypertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak. Rasional memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi tanpa gejala, ini memungkinkan klien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
3)    Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular yang dapat diubah. Rasional factor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hypertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
4)    Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat mengurangi faktor-faktor diatas. Rasional faktor-faktor risiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala.
5)    Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu klien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok. Rasional nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin, mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, tekanan darah dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan beban kerja miokardium.
6)    Berikan informasi tentang sumber-sumber dimasyarakat dan dukungan klien dalam membuat perubahan pola hidup. Rasional sumber-sumber dimasyarakat seperti yayasan jantung Indonesia dapat membantu pasien dalam upaya mengawali dan mempertahankan perubahan pola hidup.

4. Pelaksanaan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode Jumadi Gafar, 1999 : 65).
Ada tiga inplementasi keperawatan, yaitu fase persiapan meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan. Kedua fase operasional merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. Implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen atau mandiri, dependen atau tidak mandiri serta interdependen atau sering disebut intervensi kolaborasi. Bersamaan dengan ini, perawat tetap melakukan going assessment berupa pegumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien termasuk reaksi fisik,, psikososial, sosial dan spritual. Ketiga fase terminasi merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.

5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang diakurasi adalah kekakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidak masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketetapan intervensi keperawatan. Akhirnya penggunaan proses keperawatan secara tepat pada praktek keperawatan akan memberi keuntungan pada klien dan perawat. Kualitas asuhan keperawatan diharapkan dapat ditingkatkan, perawat dapat mendemonstrasikan tanggung jawab dan tanggung gugatnya yang merupakan salah satu ciri profesi dan yang amat penting adalah menjamin efisiensi dan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. (La Ode Jumadii Gafar, 1999 : 67).
Adapun evaluasi yang diharapkan dari klien dengan penyakit jantung koroner meliputi:
1.    Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung.
2.    klien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
3.    melaporkan nyeri/ketidaknyamanan berkurang.
4.    menunjukkan perubahan pola makan, mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
5.    menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi.
6.    menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.

0 Response to "asuhan keperawatan Penyakit Jantung Koroner (PJK)"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...