Latest News

asuhan keperawatan kanker payudara / ca. (Carsinoma) mammae

A.    Konsep Dasar
1.    Definisi
Carsinoma mammae adalah salah satu jenis kanker yang menyerang payudara dimana tingkat penyebaran secara regional sangat terdiagnosis dan sebagian besar kemampuan bertahap hidup selama 5 tahun (Galle, 2000 : 127).
Carsinoma mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara ( posted in info penyakit on Mar 13, 2007).
Carsinoma mammae merupakan kanker yang menyerang payudara yang dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan hormon (Sjamsuhidajat : 542).
Dari beberapa definisi diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Ca mammae / kanker payudara adalah terjadinya pertumbuhan jaringan payudara yang abnormal yang bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
2.    Anatomi fisiologi payudara wanita
Payudara perempuan memiliki tiga unsur, yakni kelenjar susu yang menghasilkan susu, saluran susu dan jaringan penunjang yang mengikat kelenjar-kelenjar susu, saluran susu bermuara ke puting susu. Payudara adalah perlengkapan pada organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu.
Buah dada terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara sternum dan axila dan melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam dan ketujuh. Berat dan ukuran buah dada berlainan ; pada masa pubertas membesar dan bertambah besar selama hamil dan sesudah melahirkan ; dan menjadi atrofik pada usia lanjut.
 
Bentuk buah dada cembung kedepan dengan puting ditengahnya yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting dilingkari daerah berwarna coklat yang disebut aerola. Dekat dasar puting terdapat kelenjar sebaseus, yaitu kelenjar montgomery, yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas. Puting berlubang-lubang 15 sampai 20 buah, yang merupakan saluran dari kelenjar susu.

Payudara juga berhubungan dengan kelenjar getah bening yang erat hubungannya dengan payudara adalah kelenjar getah bening yang ada di ketiak, di atas tulang clavicula. Kelenjar getah bening ini berfungsi sebagai benteng yang menyaring sel-sel yang meradang akibat infeksi. Jika terjadi infeksi, sel getah bening akan membesar. Kelainan yang terjadi pada payudara, seperti kanker, bisa terlokalisir pada kelenjar getah bening tersebut. Dalam keadaan normal, kelenjar getah bening tidak terasa waktu diraba. Namun, kalau kanker menyebar ke kelenjar getah bening, kelenjar ini akan terasa seperti benjolan kecil.
Batas – batas letak payudara.
-    Superior : iga II atau III
-    Inferior : iga VI atau VII
-    Medial : pinggir sternum
-    Lateral : garis aksilaris anterior
Sistem limfatik payudara
1)    Pembuluh getah bening
a.    Pembuluh getah bening aksila
Pembuluh getah bening ini mengalirkan getah bening dari daerah-daerah sekitar aerola mammae, kwadran lateral bawah dan kwadran lateral atas payudara.
b.    Pembuluh getah bening mammae interna
Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara.
c.    Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kwadran medial bawah payudara.
Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk kedalam m. rektus abdominalis.

2)    Kelenjar-kelenjar getah bening
a.    Kelenjar getah bening aksila
1)    Kelenjar getah bening mammaria eksterna untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksila.
2)    Kelenjar getah bening scapula
Kelenjar getah bening ini terletak sepanjang vasa subkapularis dan thorako dorsalis.
3)    Kelenjar getah bening sentral (central nodes).
Terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak.
4)    Kelenjar getah bening interpektural (Rotter’s Nodes)
Terletak diantara medial pektoris mayor dan minor, sepanjang rami pektoris vaso thorako-akromialis.
5)    Kelenjar getah bening vasa aksilaris
Terletak sepanjang vasa aksilaris ,mulai dari sedikit medial percabangan vasa aksilaris-vasa thorako akromialis sampai dimana vasa aksilaris menghilang di bawah tendon medial subklavius.
6)    Kelenjar getah bening subklavikula
Terletak sepanjang vasa aksilaris, mulai dari sedikit medial percabangan vasa aksilaris menghilang di bawah tendo medial subklavius.

7)    Kelenjar getah bening prepektoral.
Merupakan kelenjar getah bening tunggal yang kadang-kadang terletak dibawah kulit atau didalam jaringan payudara.
8)    Kelenjar getah bening mammaria interna
Tersebar sepanjang tronkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari pinggir sternum.
3.    Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor pada pasien diduga berhubungan dengan ca mammae (Arif mansjoer, 2001: 283) yaitu :
a.    Umur diatas 30 tahun.
b.    Melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 35 tahun.
c.    Usia menarche kurangdari 12 tahun.
d.    Usia menopause lebih dari 55 tahun.
e.    Pernah mengalami nfeksi, trauma atau operasi tumor jinak payudara.
f.    Terapi hormonal lama.
g.    Pernah mengalami radiasi di daerah dada.
h.    Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik / kakak.
i.    Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas.

5.    Manifestasi Klinis
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara disekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah dibawah kulit. Pada sternum lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit disekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkok atau borok di kulit payudara. Kadang kulit di atas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau masa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan yang abnormal dari puting susu ( biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mugkin juga bernanah ). Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola ( daerah berwarna coklat tua disekeliling puting susu ), payudara tampak kemerahan, kulit disekitar puting susu bersisik, puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara . Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
    Stadium
Pentahapan kanker payudara berdasarkan tumor, nodus dan metastasis ( pentahapan TNM ). (Brunner & Suddarth, 2001 : 1593).
Tahap 0
Tahap 1
Tahap II A


Tahap II B

Tahap III A




Tahap III B

Tahap IV    TIS
T1
TO
T1
T2
T2
T3
TO
T1
T2
T3
T3
T4
Sembarang T
Sembarang T    NO
NO
N1
N1
NO
N1
N1
N2
N2
N2
NI
N2
Sembarang N
N3
Sembarang N    MO
MO
MO
MO
MO
MO
MO
MO
MO
MO
MO
MO
MO
MO
MI

Tumor primer (T)
TO
TIS


T1
T2
T3
T4    Tidak ada bukti tumor primer
Karsinoma in situ; karsinoma intraduktal, karsinoma lobular in situ, atau penyakit paget’s puting susu dengan atau tanpa tumor.
Tumor ≤ 2 cm dalam dimensi terbesarnya
Tumor > 2 cm tetapi tidak > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
Tumor > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
Tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding dada atau kulit

Nodus Limfe Regional (N)
NO
N1

N2

N3    Tidak ada metastasis nodus limfe regiona
Metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) yang dapat digerakkan
Metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) terfiksasi pada satu sama lain atau pada struktur lainnya
Metastasis ke nodus limfe mammaria internal ipsilateral

Metastasis Jauh (M)
MO
MI    Tidak ada metastasis yang jauh
Metastasis jauh termasuk metastasis ke nodus limfe supraklavikular ipsilateral

Menurut Luckmann & Sorensen’s (1987 : 2177), stadium Ca.mammae.
Stadium I    : ukuran tumor kurang dari 2 cm dan tidak terdapat nodus. Tumor berkembang dijaringan kelenjar susu dan otot pectoral.
Stadium II    : ukuran tumor 0 – 2 cm dan terdapat nodus, atau ukuran berkisar 2-5 cm tanpa nodus. Peradangan dapat berkembang ke kelenjar aksila.
Stadium III    : ukuran tumor lebih dari 2 cm dengan penyebaran ke kelenjar limfe atau ukuran tumor lebih dari 5 cm tanpa penyebaran. Terjadi ulserasi pada kulit dan perkembangan yang lebih jauh menyerang kelenjar limfe bagian intraklavikular dan supraklavikular.
Stadium IV    : Tumor dalam berbagai ukuran, menyebar ke dinding dada dan kulit. Terdapat edema dan ulserasi pada kulit payudara. Dapat bermetastase ke organ lain. Pada stadium IV, tumor dapat menyebar ke paru-paru, hati, tulang, bahkan yang lebih jauh dapat menyerang otak.

6.    Komplikasi
Komplikasi dari Ca mammae adalah terjadinya metastasis yang dapat mengenai sembarang organ tetapi tempat yang paling umum tulang (71 %), paru-paru (69 %), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak (20%), sampai komplikasi terburuk adalah terjadinya kematian.
7.    Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk diagnostik antara lain :
a.    Mammografi
Adalah pemeriksaan foto rontgen yang dilakukan pada payudara. Dari hasil mammografi dapat diketahui apakah tumor yang ada dipayudara merupakan tumor yang jinak atau ganas. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada wanita yang berusia di atas 35 tahun.
b.    USG (Ultrasonografi)
Dengan pemriksaan USG dapat diketahui apakah suatu benjolan berisi cairan (kista) atau padat (solid). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada wanita yang berusia dibawah umur 35 tahun dimana jaringan payudaranya masih padat.
c.    MRI payudara
Pemeriksaan MRI payudara biasanya dianjurkan pada wanita usia muda yang telah terbukti mengalami mutasi genetic.
d.    Skrening tulang
Skrening tulang dilakukan jika tumor yang ada dipayudara dan telah membesar dan ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening.
Selain pemeriksaan diatas dapat pula dilakukan tindakan biopsi, yaitu suatu tindakan untuk mengambil sebagian jaringan dari payudara untuk diperksa di laboratorium terhadap adanya sel kanker.
8.    Penatalaksanaan
Pengobatan biasanya dilakukan setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah dilakukannya biopsi. Pengobatan untuk kanker payudara dapat berupa terapi pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi, atau terapi hormonal. Pilihan pengobatan yang paling baik untuk kanker payudara dipilih berdasarkan stadium dari penyakit.
Pada stadium 1 biasanya pengobatan yang dipilih berupa operasi dan kemoterapi. Pada stadium II dilakukan operasi, dilanjutkan dengan kemoterapi ditambah dengan terapi hormonal. Kanker payudara stadium III diobati dengan operasi, dilanjutkan dengan kemoterapi ditambah terapi radiasi. Sedangkan stadium IV diobati dengan kemoterapi yang dilanjutkan dengan kemoterapi radiasi dan terapi hormonal. Untuk kanker payudara pada stadium yang sudah lanjut, biasanya pengobatan yang dilakukan hanya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, karena harapan hidup untuk penderita paling lama 4 tahun.
Kanker payudara dapat dicegah dengan cara :
a.    Hindari penggunaan BH yang terlalu ketat dalam batas waktu lama.
b.    Hindari merokok dan mengkonsumsi alkohol.
c.    Lakukan pemeriksaan payudara sendiri, setiap bulan.
d.    Hindari terlalu banyak terkena sinar – X atau jenis – jenis radiasi lainnya.
e.    Mengkonsumsi buah – buahan dan sayur – sayuran segar.
f.    Lakukan olahraga secara teratur.
g.    Hindari terlampau banyak makan makanan berlemak tinggi.
h.    Atasi stress dengan baik, misalnya lewat relaksasi.

B.    Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode ilmiah yang digunakan secara sistematik dari lima tahap dan berhubungan mulai dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nursalam : 2001).
1.    Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Pengkajian merupakan tahapan yang sistematis dalam pengumpulan data tentang individu, keluarga, dan kelompok. Pengkajian keperawatan pada klien dengan post op Ca mammae menurut Doenges E. Marilynn (2000) adalah sebagai berikut :

Aktivitas / istirahat
Gejala    : kerja, aktivitas yang melibatkan banyak gerakan tangan / pergelangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap).
Sirkulasi
Tanda    :     kongestif unilateral pada lengan yang terkena ( sistem limfe )
Makanan / cairan
Gejala    :     kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
Integritas Ego
Gejala    :     stresor konstan dalam pekerjaan / pola dirumah stress / takut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala    :     nyeri pada penyakit yang luas / metastatic (nyeri lokal jarang terjadi pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan “lucu” pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
Keamanan
Tanda    :     massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.

Seksualitas
Gejala    : adanya benjolan payudara : perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu ; raba putting yang tak biasanya ; gatal, rasa terbakar,atau puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun ) ; menopause lambat ( setelah 50 tahun ) ; kehamilan pertama (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang seksualitas / keintiman.
Tanda     :     perubahan pada kontur / masa payudara, asimetris kulit cekung, berkerut; perubahan pada warna / tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau panas pada payudara. Puting retraksi ; raba dari puting (serosa, serosangiosa, sangiosa, raba berair meningkatkan kemungkinan kanker, khususnya bila disertai benjolan).
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala    :     riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita,bibi dari ibu, atau nenek). Kanker unilateral sebelumnya, kanker endometrial atau ovarium.
        Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,0 hari
Rencana pemulangan :        membutuhkan bantuan dalam pengobatan / rehabilitasi, keputusan, aktivitas perawatan diri pemeliharaan rumah.

2.    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan klinik yang menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan baik aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab. Carpenito dan Moget (2007).
Diagnosa keperawatan pada klien dengan post op ca mammae menurut Doenges E. Marilynn (2000 ; 754) :
a.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit / jaringan : perubahan sirkulasi, adanya edema, drainase ; perubahan pada elastisitas kulit ; sensasi ; destruksi jaringan ( radiasi ).
b.    Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan ; trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
c.    Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisikal ; prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh, atau berhubungan dengan psikososial ; masalah  tentang keterkaitan seksual.
d.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular ; nyeri / ketidaknyamanan ; pembentukan edema.
e.    Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan atau berhubungan dengan salah interprestasi informasi.
3.    Rencana keperawatan dan hasil yang diharapkan
Perencanaan keperawatan adalah metode pemberian perawatan langsung kepada klien. Pada pelayanan kesehatan, perencanaan dapat ditulis menggunakan komputer atau dengan formulir khusus. Perawat yang sudah berpengalaman tidak perlu membuat atau membaca lembaran perencanaan, mereka hanya perlu membaca perencanaan keperawatan langsung yang tidak rutin untuk prosedur diagnosis medis atau pembedahan. Jika perencanaan keperawatan diubah atau direvisi, maka perawat harus membaca ulang perencanaan tersebut.
a.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit / jaringan ; perubahan sirkulasi, adanya edema drainase ; perubahan pada elastisitas kulit ; sensasi ; destruksi jaringan ( radiasi ).
Hasil yang diharapkan : meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen dan eritema.
Intervensi :
1)    Kaji balutan / luka untuk karakteristik drainase. Awasi jumlah edema, kemerahan, dan nyeri pada insisi dan lengan. Awasi suhu.
Rasional : penggunaan balutan tergantung luas pembedahan dan tipe penutupan luka (balutan penekanan biasanya dipakai pada awal dan diperkuat, tidak diganti). Drainase terjadi karena trauma prosedur dan manipulasi banyak pembuluh darah dan limfatik pada area tersebut. Pengenalan dini terjadinya infeksi dapat memampukan pengobatan dengan cepat.
2)    Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung atau sisi yang tak sakit dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal.
Rasional : membantu drainase cairan melalui gravitasi.
3)    Jangan melakukan pengukuran TD, menginjeksikan obat atau memasukkan IV pada lengan yang sakit.
Rasional : meningkatkan potensial kontriksi, infeksi, dan limfedema pada sisi yang sakit.
4)    Inspeksi donor / sisi tandur (bila dperlukan) terhadap warna pembentukan lepuh : perhatikan drainase dari sisi donor.
Rasional : warna dipengaruhi adanya suplai sirkulasi. Pembentukan lepuh memberikan tempat pertumbuhan bakteri / infeksi.
5)    Kosongkan drain luka, secara periodik catat jumlah dan karakterisrik drainase.
Rasional : akumulasi cairan drainase (contoh : limfe, darah) meningkatkan penyembuhan dan menurunkan kerentanan terhadap infeksi. Alat penghisap (contoh ; Hemovac, Jakcson Pratt) sering dimasukkan selama pembedahan untuk mempertahankan tekanan negatif pada luka. Selang biasanya diangkat sekitar hari ketiga atau bila drainase berhenti.
6)    Dorong untuk menggunakan pakaian yang tidak sempit / ketat. Beritahu pasien untuk tidak menggunakan jam tangan atau perhiasan lain pada tangan yang sakit.
Rasional : menurunkan tekanan pada jaringan yang terkena yang dapat memperbaiki sirkulasi / penyembuhan.
7)    Berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional : diberikan secara profilaksis atau untuk mengobati infeksi khusus dan menigkatkan penyembuhan.
b.    Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan ; trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
Hasil yang diharapkan    :    mengekspresikan penurunan nyeri / ketidaknyamanan. Tampak rileks, mampu tidur / istirahat dengan cepat.
Intervensi :
1)    Kaji keluhan nyeri, perhatian lokasi, lamanya, dan intensitas ( skala 0 – 10). Perhatikan petunjuk verbal dan non verbal.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk / keefektifan analgesik. Jumlah jaringan, otot, dan sistem limfatik diangkat dapat mempengaruhi jumlah nyeri yang dialami. Kerusakan saraf pada regia aksilaris menyebabkan kebas pada lengan atas dan regioskapula, yang dapat lebih ditoleransi daripada nyeri pembedahan. Catatan : nyeri pada dinding dada dapat terjadi dari tegangan otot, dipengaruhi oleh panas atau dinding ekstrem dan berlanjut selama beberapa bulan.
2)    Diskusikan sensasi masih adanya pengudaraan normal.
Rasional : memberikan keyakinan bahwa sensasi bukan imajinasi dan penghilangannya dapat dilakukan.
3)    Bantu pasien menemukan posisi nyaman.
Rasional : peninggian lengan, ukuran baju, dan adanya drain mempengaruhi kemampuan pasien untuk rileks dan tidur atau istirahat secara efektif.
4)    Memberikan tindakan kenyamanan dasar (contoh : perubahan posisi pada punggung atau sisi yang tak sakit, pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik. Dorong ambulasi dini dan penggunaan teknik relaksasi, bimbingan imajinasi, sentuhan terapeutik.
Rasional : Meningkatkan relaksasi membantu untuk memfokuskan perhatian, dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
5)    Tekan atau sokong dada saat latihan batuk atau napas dalam.
Rasional : memudahkan partisipasi pada aktivitas tanpa timbul ketidaknyamanan.
6)    Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat dan sebelum aktivitas dijadwalkan.
Rasional : mempertahankan tingkat kenyamanan dan memungkinkan pasien untuk latihan lengan dan untuk untuk ambulasi tanpa nyeri yang menyertai upaya tersebut.
7)    Berikan narkotik / analgesik sesuai indikasi.
Rasional : memberikan penghilangan ketidaknyamanan atau nyeri dan memfasilitasi tidur, partisipasi pada terapi pasca operasi.
c.    Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisikal : prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh atau berhubungan psikososial ; masalah ketertarikan seksual.
Hasil yang diharapkan    :    menunjukkan gerakan kearah penerimaan diri dalam situasi. Pengenalan dan ketidaktepatan perubahan dalam konsep diri tanpa mengaktifkan harga diri. Menyusun tujuan yang realistik dan secara aktif berpartisifasi dalam program terapi.
Intervensi :
1)    Dorong pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang akan datang. Berikan dukungan emosional bila balutan bedah diangkat.
Rasional : kehilangan menyebabkan reaksi, termasuk perasaan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
2)    Identifikasi masalah peran sebagai wanita, istri, ibu, wanita karir, dan sebagainya.
Rasional : dapat menyatakan pandangan diri pasien telah berubah.
3)    Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan misalnya marah, bermusuhan dan berduka.
Rasional : kehilangan bagian tubuh, hilangnya bagian tubuh dan menerima kehilangan hasrat seksual menambah proses kehilangan yang membutuhkan penerimaan sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depan.
Catatan : duka cita menyertai prosedur berikutnya yang dilakukan (misalnya pemasangan prostese, prosedur rekostruksi).
4)    Diskusikan tanda atau gejala depresi dengan pasien atau orang terdekat.
Rasional : reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan ini dikenali dan diukur.
5)    Berikan penguatan positif untuk peningkatan / perbaikan dan partisipasi perawatan diri atau program pengobatan.
Rasional : mendorong kelanjutan prilaku sehat.
6)    Kaji ulang kemungkinan untuk bedah rekonstruksi bedah atau pemakaian prostetik.
Rasional : bila mungkin rekonstruksi memberikan sedikit penampilan tak lengkap / kosmetik “mendekati normal”. Variasi pada liapatan kulit dapat dilakukan untuk memudahkan proses kontruksi selanjutnya. Catatan : meskipun rekonstruksi biasanya tidak dilakukan selama 3 – 6 bulan, pelambatan yang memanjang dapat mengakibatkan peningkatan tegangan pada hubungan dan mengganggu penyatuan perubahan kedalam konsep diri pasien.
7)    Yakinkan perasaan / masalah pasangan sehubungan dengan aspek seksual, dan memberikan informasi dan dukungan.
Rasional : respons negatif yang diarahkan pada pasien dapat secara aktual menyatakan masalah pasangan tentang masalah sedih pasien, takut kanker / kematian, kesulitan dalam menghadapi perubahan kepribadian / prilaku pasien atau ketidakmampuan melihat area operasi.
8)    Diskusikan dan rujuk ke kelompok pendukung (bila ada) untuk orang terdekat.
Rasional : memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan perasaan pedoman orang lain yang mengalami pengalaman yang sama dan mengindentifikasi cara orang terdekat dapat memudahkan penyembuhan pasien.
9)    Berikan prostesis sementara yang halus, bila diindikasikan.
Rasional : prostesis nilon dan dakron dapat dipakai pada bra sampai insisi sembuh bila bedah rekonstruksi tidak dilakukan pada waktu masektomi. Ini meningkatkan penerimaan sosial dan memungkinkan pasien untuk merasa nyaman tentang gambaran tubuh pada waktu pulang.
d.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular ; nyeri / ketidaknyamanan ; pembentukan edema hasil yang diharapkan : menunjukkan keinginan untuk berpartisipasi dalam terapi menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas. Peningkatan kekuatan bagian tubuh yang sakit.
Hasil yang diharapkan    :    - menunjukkan keinginan untuk berpartisipasi dalam terapi.
        -    menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas.
        -    peningkatan kekuatan bagian tubuh yang sakit.
Intervensi :
1)    Tinggikan lengan yang sakit sesuai indikasi. Mulai melakukan rentang gerak pasif (contoh pleksi / ekstensi siku, pronasi / supinasi pergelangan, menekuk / ekstensi jari ) sesegera mungkin.
Rasional : meningkatkan aliran balik vena, mengurangi kemungkinan limfedema. Latihan pasca operasi dini biasanya mulai pada 24 jam pertama untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak / mobilitas.
2)    Biarkan pasien menggerakkan jari, perhatikan sensasi dan warna tangan yang sakit.
Rasional : kurang gerakan dapat menunjukkan masalah saraf brakial interkostal. Dan perubahan warna dapat mengindikasikan gangguan sirkulasi.
3)    Dorong pasien untuk menggunakan lengan untuk kebersihan diri, contoh : makan, menyisir rambut, cuci muka.
Rasional : peningkatan sirkulasi, membantu meminimalkan edema. Dan mempertahankan kekuatan dan fungsi lengan dan tangan. Aktivitas ini menggunakan lengan tanpa abduksi, yang dapat menekan  jahitan pada periode pasca operasi dini.
4)    Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : menghemat energi pasien ; mencegah kelelahan.
5)    Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : pasien akan merasa tidak seimbang dan dapat memerlukan bantuan sampai terbiasa terhadap perubahan. Pertahankan punggung tegak mencegah bahu bergerak kedepan, menghindari keterbatasan permanen dalam gerak dan postur.
6)    Tingkatkan latihan sesuai indikasi, contoh ekstensi aktif lengan dan rotasi bahu saat berbaring ditempat tidur, pengompakan pendulum, memutar tali, mengangkat lengan untuk menyentuh ujung jari dibelakang kepala.
Rasional : mencegah kekakuan sendi, meningkatkan sirkulasi dan mempertahankan tonus otot bahu dan lengan.
7)    Lanjutkan pada tangan (jari berjalan didinding), menjepit tangan dibelakang kepala dan latihan abduksi penuh sesegera mungkin pasien dapat dilakukan.
Rasional : karena kelompok latihan ini dapat menyebabkan tegangan berlebihan pada insisi, sampai terjadi penyembuhan lebih lanjut, latihan ini ditunda.
8)    Evaluasi adanya / derajat latihan sehubungan dengan nyeri dan perubahan mobilitas sendi. Mengukur lengan atas dan lengan bawah bila terjadi edema.
Rasional : mengawasi kemajuan / perbaikan komplikasi. Dapat memerlukan penundaan untuk meningkatkan latihan dan menunggu sampai penyembuhan berikutnya terjadi.
9)    Diskusikan tipe latihan yang dilakukan dirumah untuk meningkatkan kekuatan dan meningkatkan sirulasi pada lengan yang sakit.
Rasional : program latihan membutuhkan kesinambungan untuk meningkatkan fungsi optimal sisi yang sakit.
10)    Koordinasikan program latihan kedalam perawatan diri dan aktivitas pekerjaan rumah, contoh berpakaian sendiri, mencuci, berenang, membersihkan debu, mengepel.
Rasional : pasien biasanya lebih senang untuk berpartisipasi atau menemukan kegiatan yang lebih mudah untuk mempertahankan program latihan yang cocok di dalam pola hidup dan menyelesaikan tugas dengan baik.
11)    Bantu pasien untuk mengidentifikasi tanda dan gejala tegangan bahu, contoh ketidakmampuan mempertahankan postur, rasa terbakar pada region poskapular. Instruksikan pasien untuk menghindari duduk atau melipat tangan pada posisi tergantung dalam waktu lama.
Rasional : perubahan berat dan sokongan membuat tegangan struktur sekitarnya.
12)    Berikan obat sesuai indikasi, contoh : analgesik.
Rasional : nyeri membutuhkan kontrol untuk pasien tidak dapat berpartisipasi secara optimal dan kesempatan untuk latihan mungkin hilang.
13)    Kolaborasi diuretik
Rasional : memungkinkan berguna dalam pengobatan dan mencegah akumulasi / limfedema.
14)    Pertahankan integritas balutan elastis atau pakaian dengan lengan baju elastis yang menekan.
Rasional : meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko / efek pembentukan edema.
15)    Rujuk ke ahli terapi fisik / okupasi.
Rasional : memberikan program latihan individual. Mengkaji keterbatasan / pembatasan sehubungan dengan kebutuhan kerja.
e.    Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondis, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan atau berhubungan dengan salah interprestasi informasi.
Hasil yang diharapkan    :    menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan. Melakukan prosedur yang perlu dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan. Melakukan perubahan pola hidup dan partisipasi pada program pengobatan.
Intervensi :
1)    Kaji proses penyakit, prosedur pembedaan dan harapan yang akan datang.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi termasuk berpartisipasi dalam radiasi / program kemoterapi.
2)    Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makan dan pemasukan cairan yang adekuat.
Rasional : memberikan nutrisi optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk meningkatkan regenerasi jaringan / proses penyembuhan.
3)    Anjurkan pilihan istirahat sering dan periode aktivitas khususnya situasi saat duduk lama.
Rasional : mencegah atau membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan dan meningkatkan perasaan sehat. Duduk dengan lengan dan kepala ekstensi menekan pada strukur yang sakit, meningkatkan tegangan otot / kekauan dan dapat mempengaruhi penyembuhan.
4)    Anjurkan pasien untuk melindungi tangan dan lengan bila berkebun ; menggunakan sarung tangan bila menjahit ; menggunakan pengalas bila memegang benda panas; gunakan sarung tangan plastik bila mencuci piring dan sebagainya. Jangan membawa dompet atau menggunakan perhiasan / jam tangan pada sisi yang sakit.
Rasional : mempengaruhi sistem limfatik sehingga menyebabkan jaringan lebih rentan terhadap infeksi / cidera yang dapat menimbulkan limfedema.
5)    Waspadai dalam mengambil darah atau memberikan cairan intravena / obat atau pengukuran tekanan darah pada sisi yang sakit.
Rasional : dapat membatasi sirkulasi dan meningkatkan resiko infeksi bila sistem limfatik menurun.
6)    Anjurkan menggunakan waspada – medik.
Rasional : mencegah trauma yang tidak diinginkan (contoh, mengukur TD, infeksi) pada lengan yang sakit.
7)    Tunjukkan penggunaan kompres intermiten sesuai kebutuhan.
Rasional : alat bantu peneumatik kadang-kadang membantu dalam menangani limfedema dengan meningkatkan sirkulasi dan aliran balik vena.
8)    Anjurkan pijatan lembut pada insisi yang sembuh dengan minyak.
Rasional : merangsang sirkulasi ; meningkatkan elastisitas kulit ; dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa fantom payudara.
9)    Anjurkan menggunakan posisi seksual yang menghindari penekanan pada dinding dada. Dorong untuk memilih bentuk ekspresi seksual ( membelai ,menyentuh) selama proses penyembuhan awal / saat area operasi masih nyeri tekan.
Rasional : meningkatkan perasaan kewanitaan dan rasa mampu untuk melakukan aktivitas seksual.
10)    Dorong pemeriksaan diri teratur pada payudara yang masih ada. Tentukan jadwal anjuran untuk mammografi.
Rasional : mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan terjadinya / berulangnya tumor baru.
11)    Tekankan pentingnya evaluasi medic teratur.
Rasional : pengobatan lain mungkin diperlukan sebagai terapi tambahan, seperti radiasi. Berulangnya keganasan tumor payudara juga dapat diindifikasi dan ditangani oleh onkologis.
12)    Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh kemerahan payudara atau lengan, dan pembengkakan ; edema drainase luka kurulen, demam / mengigil.
Rasional : limfangitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi, menyebabkan limfedema.
4.    Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Iyer etal, 1996).
Pelaksanaan (implementasi) merupakan kategori dari prilaku keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (potter dan perry 1997).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Ada tiga tahap dalam tindakan keperawatan :
1.    Persiapan
Persiapan menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan.
2.    Perencanaan
Kegiatan perencanaan tindakan dari perencanan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
3.    Dokumentasi
Harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5.    Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang dilaksanakan terus-menerus. Didalam keperawatan terdapat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi proses dan evaluasi akhir ( Haryanto, 2008 : 121 ). Evaluasi proses dilakukan terus menerus untuk menilai setiap langkah proses keperawatan, sedangkan evaluasi akhir dilaksanakan untuk mengevaluasi pencapaian tujuan tindakan keperawatan yang di dokumentasikan dalam catatan perkembangan.
Evaluasi juga memberikan feedback dari pengkajian, sehingga ada kemungkinan data yang dikumpulkan tidak sesuai atau tidak tepat sehingga diagnosis yang telah ditentukan menjadi tidak benar.
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

0 Response to "asuhan keperawatan kanker payudara / ca. (Carsinoma) mammae"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...