Konsep dasar gatroenteritis
1. Pengertian gastroenteritis
Gatroenteritis (diare akut) dalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan patogen parasitik (Donna L. Wong, 2003 hal 492).
Gastroenteritis didefinisikan sebagai infalamasi membran mukosa lambung dan usus halus (Cecily L. Bezt dan Linda A. Sowden, 2001 hal 155)
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi pada lambung dan usus yang disertai dengan muntah dan diare. (Jane W. Ball And Rutch C. Bindler, 2003 hal 617).
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. (Arif Mansjoer dkk, 2000, hal 470)
Diare akut adalah keluarnya satu atau lebih tinja diare per hari selama kurang dari 14 hari.(Abraham M . Rudolph, dkk, 2006, hal 1142)
2. Etiologi
a Stress emosional (ansietas) dapat meningkatkan motilitas usus
b Infeksi usus (bakteri: E. coli, salmonella, shigella;virus : rotavirus, adenovirus; pertumbuhan jamur yang belebihan), inflamasi pada mukosa dapat meningkatkan sekresi mukus pada kolon.
c Alergi makanan (gluten dan susu sapi) dapat menurunkan penyerapan makanan.
d Intoleransi makanan (laktosa, pengenalan makan yang baru, makan yang berlebihan) dapat meningkatkan motilitas usus dan meningkatkan sekresi mucus di dalam kolon
e Medikasi (zat besi, antibiotik) meneyebabkan iritasi dan supra infeksi
f Penyakit kolon (colitis, enterokolitis), dapat menyebabkan inflamasi dan iritasi pada dinding usus; bekurangnya penyerapan cairan, dan meningkatkan motilitas usus.
g Pembedahan (sindrom bowel singkat) dapat mengurangi ukuran kolon dan dapat megurangi daya serap permukaan kolon.
h Susu basi yang sudah didiamkan selama 4 jam, terjadi proses fermentasi oleh jamur didalam susu
3. Maifestasi klinis
a. Gejala umum
1) Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering.
2) Muntah (umumnya tidak lama)
3) Demam (mungkin ada, mungkin tidak).
4) Kram abdomen, tenesmus.
5) Membran mukosa kering
6) Fontanel cekung (bayi)
7) Berat badan turun.
8) Malaise
b. Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
1) Kehilangan berat badan (Nicki L. Potts dan Barbara L. Mandleco, 2007 hal 597)
a) Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan <5%.
b) Dehidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.
c) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan >10%
2) Skor Mavrice King
Tabel 2.1 Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat <120 Gelisah, cengeng,
apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140) Mengigau, koma, atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemas >40
Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
4. Patifisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Hematest feses untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan pada yang bakterial)
b. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus
c. Hitung darah lengkap dengan diferensial
d. Uji antigen imunoesei enzim unutuk memastikan ritavirus.
e. Kultur feses (jika anak dihospitalisasi, pus dalam feses atau diare yang berkepanjangan) untuk menentukan patogen.
f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
g. Aspirasi duodenum (jika diduga G. lambia)
h. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi;organisme shigella keluar melalui urin)
6. Komplikasi
Komplikasi gastroenteritis meliputi (Cecily L. Bezt dan Linda A. Sowden, 2001 hal 160):
a. Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit
b. Syok hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolik, ferpusi sistemik buruk)
c. Kejang demam.
d. Bakterinemia
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan gastroenteritis antara lain:
a. Bila anak hanya mengalami dehidrasi ringan, rehidrasi dapat dilakukan peroral seperti untuk pasien rawat jalan dengan larutan rehidrasi oral (Pedialyte: natrium, kalium, dekstrosa, sitrat dan klorida). Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tapi sering (5 ml sampai 15 ml), meski terdapat muntah. Dalam hal dehidrasi berat, anak dihospitalisasi untuk mendapatkan therafi intra vena (IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah dehidrasi dihitung dan cairan diganti dalam 24 jam, bersamaan dengan pemberian cairan rumatan, terapi cairan rumatan bisa dipandang sebagai terapi penunjang penting untuk pasien rawat-inap, terapi rumatan ditujukan untuk mempertahankan homeostasis pada pasien yang kurang asupan cairan oral.
Tujuan terapi cairan rumatan bisa diringkas sebagai berikut::
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis harian untuk homeostasis. Cepat memulihkan deplesi cairan dan kandungan elektrolit kompartemen intrasel
2) Mencegah gangguan elektrolit dan asam-basa
3) Mendukung terapi primer
4) Proses enzimatik dan sintesis protein
5) Mempercepat pemulihan
Setelah rehidrasi selesai, diet dapat dilanjutkan dengan makanan-makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi atau bubur, roti bakar, biji-bijian kering dan susu ibu. Makanan dan cairan rehidrasi oral dengan nyata mengurangi lamanya diare. Secepatnya kembali kemakanan biasa merupakan hal yang penting, terutama pada kasus-kasus malnutrisi yang sudah ada sebelumnya. Susu dan jus pada mulanya harus diencerkan sebelum diberikan.
b. Jika anak mengalami syok, segera dilakukan resusitasi cairan (20 ml/Kg larutan salin normal atau larutan ringer laktat; ulangi jika perlu). Pada kasus ini, bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute intraoseus dapat dipakai untuk memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang berusia kurang dari 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti koreksi dehidrasi telah dimulai.
c. Antiemetika dan antispamodik biasanya tidak dianjurkan. Antibiotika juga tidak diindikasikan pada kebanyakan kasus, karena gatroenteritis bakterial maupun viral dapat sembuh dengan sendirinya. Tapi antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan organisme shigella, E. Coli, organisme salmonella,(dengan sepsis atau infeksi setempat), dan G. lamblia. Antibiotik dapat memperpanjang status karier pada infeksi salmonella.
1. Pengertian gastroenteritis
Gatroenteritis (diare akut) dalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus dan patogen parasitik (Donna L. Wong, 2003 hal 492).
Gastroenteritis didefinisikan sebagai infalamasi membran mukosa lambung dan usus halus (Cecily L. Bezt dan Linda A. Sowden, 2001 hal 155)
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi pada lambung dan usus yang disertai dengan muntah dan diare. (Jane W. Ball And Rutch C. Bindler, 2003 hal 617).
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. (Arif Mansjoer dkk, 2000, hal 470)
Diare akut adalah keluarnya satu atau lebih tinja diare per hari selama kurang dari 14 hari.(Abraham M . Rudolph, dkk, 2006, hal 1142)
2. Etiologi
a Stress emosional (ansietas) dapat meningkatkan motilitas usus
b Infeksi usus (bakteri: E. coli, salmonella, shigella;virus : rotavirus, adenovirus; pertumbuhan jamur yang belebihan), inflamasi pada mukosa dapat meningkatkan sekresi mukus pada kolon.
c Alergi makanan (gluten dan susu sapi) dapat menurunkan penyerapan makanan.
d Intoleransi makanan (laktosa, pengenalan makan yang baru, makan yang berlebihan) dapat meningkatkan motilitas usus dan meningkatkan sekresi mucus di dalam kolon
e Medikasi (zat besi, antibiotik) meneyebabkan iritasi dan supra infeksi
f Penyakit kolon (colitis, enterokolitis), dapat menyebabkan inflamasi dan iritasi pada dinding usus; bekurangnya penyerapan cairan, dan meningkatkan motilitas usus.
g Pembedahan (sindrom bowel singkat) dapat mengurangi ukuran kolon dan dapat megurangi daya serap permukaan kolon.
h Susu basi yang sudah didiamkan selama 4 jam, terjadi proses fermentasi oleh jamur didalam susu
3. Maifestasi klinis
a. Gejala umum
1) Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering.
2) Muntah (umumnya tidak lama)
3) Demam (mungkin ada, mungkin tidak).
4) Kram abdomen, tenesmus.
5) Membran mukosa kering
6) Fontanel cekung (bayi)
7) Berat badan turun.
8) Malaise
b. Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
1) Kehilangan berat badan (Nicki L. Potts dan Barbara L. Mandleco, 2007 hal 597)
a) Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan <5%.
b) Dehidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.
c) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan >10%
2) Skor Mavrice King
Tabel 2.1 Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat <120 Gelisah, cengeng,
apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140) Mengigau, koma, atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemas >40
Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
4. Patifisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Hematest feses untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan pada yang bakterial)
b. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus
c. Hitung darah lengkap dengan diferensial
d. Uji antigen imunoesei enzim unutuk memastikan ritavirus.
e. Kultur feses (jika anak dihospitalisasi, pus dalam feses atau diare yang berkepanjangan) untuk menentukan patogen.
f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
g. Aspirasi duodenum (jika diduga G. lambia)
h. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi;organisme shigella keluar melalui urin)
6. Komplikasi
Komplikasi gastroenteritis meliputi (Cecily L. Bezt dan Linda A. Sowden, 2001 hal 160):
a. Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit
b. Syok hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolik, ferpusi sistemik buruk)
c. Kejang demam.
d. Bakterinemia
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan gastroenteritis antara lain:
a. Bila anak hanya mengalami dehidrasi ringan, rehidrasi dapat dilakukan peroral seperti untuk pasien rawat jalan dengan larutan rehidrasi oral (Pedialyte: natrium, kalium, dekstrosa, sitrat dan klorida). Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tapi sering (5 ml sampai 15 ml), meski terdapat muntah. Dalam hal dehidrasi berat, anak dihospitalisasi untuk mendapatkan therafi intra vena (IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah dehidrasi dihitung dan cairan diganti dalam 24 jam, bersamaan dengan pemberian cairan rumatan, terapi cairan rumatan bisa dipandang sebagai terapi penunjang penting untuk pasien rawat-inap, terapi rumatan ditujukan untuk mempertahankan homeostasis pada pasien yang kurang asupan cairan oral.
Tujuan terapi cairan rumatan bisa diringkas sebagai berikut::
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis harian untuk homeostasis. Cepat memulihkan deplesi cairan dan kandungan elektrolit kompartemen intrasel
2) Mencegah gangguan elektrolit dan asam-basa
3) Mendukung terapi primer
4) Proses enzimatik dan sintesis protein
5) Mempercepat pemulihan
Setelah rehidrasi selesai, diet dapat dilanjutkan dengan makanan-makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi atau bubur, roti bakar, biji-bijian kering dan susu ibu. Makanan dan cairan rehidrasi oral dengan nyata mengurangi lamanya diare. Secepatnya kembali kemakanan biasa merupakan hal yang penting, terutama pada kasus-kasus malnutrisi yang sudah ada sebelumnya. Susu dan jus pada mulanya harus diencerkan sebelum diberikan.
b. Jika anak mengalami syok, segera dilakukan resusitasi cairan (20 ml/Kg larutan salin normal atau larutan ringer laktat; ulangi jika perlu). Pada kasus ini, bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute intraoseus dapat dipakai untuk memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang berusia kurang dari 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti koreksi dehidrasi telah dimulai.
c. Antiemetika dan antispamodik biasanya tidak dianjurkan. Antibiotika juga tidak diindikasikan pada kebanyakan kasus, karena gatroenteritis bakterial maupun viral dapat sembuh dengan sendirinya. Tapi antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan organisme shigella, E. Coli, organisme salmonella,(dengan sepsis atau infeksi setempat), dan G. lamblia. Antibiotik dapat memperpanjang status karier pada infeksi salmonella.
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan sistem gastrointestinal sebagai berikut: (Mary E. Muscari, Panduan belajar keperawatan pediatrik, 2005 hal 241-244),
a Riwayat kesehatan
1) Dapatkan gambaran gejala-gejala yang mencakup awitan, durasi, lokasi dan pencetus. Gejala-gejala utama dapat berupa:
a) Anoreksia
b) Mual dan muntah
c) Diare
d) Nyeri abdominal
e) Penurunan berat badan
f) Karakteristik feses: feses berwarna hitam terjadi peradangan pada lambung, feses berwarna kehijauan terjadi peradangan pada usus halus, feses berwarna merah terjadi peradangan pada usus besar.
2) Gali riwayat prenatal, individu dan keluarga untuk faktor-faktor resiko.
a) Faktor-faktor resiko riwayat pranatal antara lain pajanan maternal terhadap obat-obatan.
b) Faktor-faktor resiko riwayat individu antari lain berat badan lahir rendah, prematuritas, kesulitan makan, gangguan metabolik, ganggguan neuromuskular, diskrasia darah, imunosupresi, ketergantungan zat, stres dan keracunan.
c) Faktor-faktor resiko riwayat keluarga antara lain riwayat gangguan gastrointestinal sperti penyakit peradangan usus atau sindrom malabsorpsi.
b Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital (TTV)
a) Ukur berat badan, tinggi badan, lingkar perut, lingkar dada, lingkar lengan atas.
b) Peningkatan suhu mungkain akan mengindikasikan adanya infeksi atau dehidrasi
2) Inspeksi
a) Inspeksi kulit akan adanya pucat, ikterik dan karotenemia.
b) Inspeksi mulut untuk melihat mukosa bibir yang kering akibat dehidrasi, warna lidah dan kenersihan lidah.
c) Inspeksi abdomen untuk tanda-tanda distensi dan gerkan peristaltik yang tampak pada dinding abdomen.
d) Inspeksi anus terhadap adanya pendarahan pada rectum, lesi pada daerah sekitar bokong
3) Auskultasi
a) Auskultasi abdomen harus dilakukan sebelum palpasi atau perkusi untuk menghindari perubahn bising usus.
b) Auskultasi abdomen untuk mengkaji bisisng usus.
4) Palpasi
Palpasi abdomen untuk menenutkan akan adanya nyeri tekan.
5) Perkusi
Lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya gas yang berlebihan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan gastroenteritis (Donna L. Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, 2003, hal 496-498):
a. Kurang volume cairan berhubungan dengan output cairan melalui feses dan emesis yang berlebihan berlebihan
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus sistem saluran gastrointestinal
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare
e. Cemas/takut behubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stres
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi dan kurang pengetahuan
Diagnosa keperawatan gastroenteritis (Jane W. Ball, And Rutch C. Bindler. 2003. Pediatric Caring For Children 3th Edition):
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan keadaan cairan
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan gastroenteritis (Donna L. Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, 2003, hal 496-498):
a. Kurang volume cairan berhubungan dengan output cairan melalui feses dan emesis berlebihan
1) Sasaran pasien: pasien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi dan mempertahankan hidrasi adekuat
2) Hasil yang diharapkan: anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
3) Intervensi keperawatan:
a) Berikan larutan rehidrasi oral (LRO)
b) Berikan dan pantau cairan IV sesuai kebutuhan
c) Beri agen antimikroba sesuai ketentuan
d) Setelahrehidrasi, berikan diet reguler sesuai toleransi
e) Ganti LRO dengan cariran rendah natrium seperti air ASI, formula bebas laktosa atau formula yang mengandung sedikit laktosa
f) Pertahankan pencatatan yang ketat terhadap masukan dan keluaran (urin, fese dan emesis)
g) Pantau berat jenis urin setiap 8 jam atau sesuai indikasi
h) Timbang berat badan anak
i) Kaji tanda-tand avital, turor kulit, membran mukosa dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi
j) Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat dan gelatin
k) Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat
4) Rasional
a) Rehidrasi dan penggantian kehilangan melalui feses
b) Dehidrasi hebat dan muntah
c) Mengobati patogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan dan berlebihan
d) Penilitian menunjukkan pemberian ulang diet normal secara dini, bersifat menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi penyakit
e) Merpertahankan terapi cairan.
f) Mengevaluasi kefektifan intervensi
g) Mengkaji hidrasi
h) Mengkaji dehidrasi
i) Mengkaji hidrasi
j) Cairan ini mengandung tinggi karbohidrat, rendah elektrolit dan mempunyai osmolaritas tinggi.
k) Menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan terapeutik
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.
1) Sasaran pasien: pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan berat badan sesuai dengan usia
2) Hasil yang diharapkan: anak mengkonsumsi nutrisi yang ditentukan dan menunjukkan penambahan berat badan yang memuaskan
3) Intervensi:
a) Setelah rehidrasi, instruksikan ibu untuk melanjutkan pemberian ASI.
b) Hindari pemberian diet dengan pisang, beras, apel dan roti panggang atau teh.
c) Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan.
d) Instruksikn keluarga dalam memberikan diet ynag tepat
e) Gali masalah dan prioritas anggota keluarga
4) Rasional
a) Mengurangi kehebatan dan durasi penyakit
b) Rendah energi dan protein, terlalu tinggi dalam karbohidrat dan rendah elektrolit.
c) Mengkaji toleransi pemberian makanan.
d) Meningkatkan kepatuhan terhadap program terpeutik
e) Memperbaiki kepatuhan terhadap program terpeutik
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare
1) Sasaran pasien: kulit pasien tetap utuh
2) Hasil yang diharapkan: anak tidak mengalami tanda-tanda kerusakan kulit
3) Intervensi
a) Ganti popok dengan sering
b) Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak, non alkalin dan air atau celupkan anak dalam bak untuk pembersihan yang lembut
c) Beri salep seperti seng oksida
d) Pajakan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika mungkin
e) Hindari penggunaan tisu basah yang dijual bebas yang mengandung alkohol pada kulit yang terekskoriasi
f) Observasi bokong dan perinium akan adanya infeksi
g) Berikan obat antijamur yang tepat
4) Rasional
a) Menjaga agar kulit tetap bersih dan kering
b) Feses diare sangat mengiritasi kulit
c) Melindungi kulit dari iritasi
d) Untuk meningkatkan sirkulasi
e) Akan menyebabkan rasa menyengat
f) Terapi yang tepat dapat dimulai
g) Mengobati infeksi jamur kulit
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi dan kurang pengetahuan
1) Sasaran pasien (keluarga): keluarga memahami tetnag penyakit anak dan penobtan serta mampu memberikan perawatan
2) Hasil yang diharapkan: keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak khususnya dirumah
3) Intervensi
a) Berikan informasi kepada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan terapeutik
b) Bantu kelurga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan pada anak
c) Izinkan leuarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak yang mereka inginkan
d) Instrukkan keluarga mengenai pencegahan
e) Atur perawatan pascahospitalisasi
f) Rujuk keluarga pada lembaga kesehatan komunitas
4) Rasional
a) Mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik, khusunya jika sudah berada dirumah
b) Memenuhi kebutuhan anak dan keluarga
c) Mencegah penyebaran infeksi
d) Menjamin pengkajian dan pengobtan yang kontinu
e) Pengawasan perawatan dirumah sesuai kebutuhan
Rencana keperawatan gastroenteritis (Jane W. Ball, And Rutch C. Bindler. 2003. Pediatric Caring For Children 3th Edition):
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
1) Tujuan: fungsi eleminasi kembali nornal
2) Intervensi
a) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam
b) Observas warna, bau, konsistensi, jumlah dan frekuensi BAB
c) Tes feses untuk melihat adanya pendarahan
d) Perhatikan sampel feses dari adanya virus atau bakteri
e) Cuci tangan dengan bersih sebulam kontak dan setelah kontak degan anak.
f) Isolasi anak sampi penyebab diare telah dimusnahkan
g) Kaji toileting dan kebersihan anak
h) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam teraphi rehidrasi oral dan intravena
i) Hubungi dokter anak jika diare menetap, karakteristik feses tidak berubah atau gejala dehidrasi/ketidakseimbangan elektrolit terjadi
3) Rasional
a) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit bias mengubah fungsi-fungsi vital tubuh
b) Membantu dalam diagnosis penyakit dalam mengawasi status anak
c) Frekuensi defekasi dan beberapa organisme infeksius dapat menyebabkan pendarahan
d) Peringatan Dokter anak akan memfasilitasi perawatan
e) Membantu mencegah transmisi mikroorganisme
f) Mencegah kontak dengan pasin lain dan staf pekerja
g) Anak mungkin lemah, inkontenensia, anak akan memerlukan bantuan dalam penggunaan kamar mandi.
h) Menyediakan kebutuhan nutrisi dan cairan
i) Memastikan intervesi utama
b. Kekurangan volume carian berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif.
1) Tujuan: anak-anak akan mulai minum cairan sebelum 24 jam
2) Intervensi
a) Monitor intake dan outpun .
b) Timbang BB setiap hari
c) Kaji tingkat kesadaran klien, turgor kulit, membrane mukosa, warna kulit dan temperatur, capilare refill, mata dan fontanel setiap 4 jam.
d) Kaji frekuensi muntah
e) Berikan pengganti cairan oral dan elektrolit jika mampu di toleransi
f) Siapkan dan terapi penggantian melalui intra vena sesuai indikasi
3) Rasional
a) Dapat ditentukan jika output teratasi dengan input. Waktu yang panjang tanpa pengeluaran urin dapat menjadi indikator awal dari kerusakan fungsi ginjal. Anak-anak memproduksi urine 1 mL/Kg/jam.
b) Derajat dehidrasi dapat di tentukan melalui persentase kehilanagn berat badan. Berat badan sehari dapat menetukan keberhasilan rehidrasi.
c) Dapat menetukan derajat dehidrasi dan keadekuatan intervensi
d) Frekuensi muntah yang disertai diare berperan dalam kehilangan cairan pada anak-anak.
e) Mengurangi tindakan invasif melalui intra vena. Menyediakan cairan dan elektrolit untuk penggantian cairan.
f) Penggunaan jaliur intravena berdasarkan derajat dehidrasi, tingkat kehilangan cairan, IWL (insensible water loss) dan hasil pemerikasaan elektrolit
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan keadaan cairan
1) Tujuan: kulit anak akan terbebas dari kemerahan
2) Intervensi:
a) Kaji perinium dan rektum sebagai tanda-tanda dari iritasi
Tindakan pencegahan untuk infan:
a) Ganti popok setiap 2 jam sekali atau sesuai kebutuhan
b) Gunakan popok sekali pakai
c) Bersihkan area pemasangan popok setiap setelah BAB
d) Gunakan salep A dan D
Tindakan pemulihan untuk infan:
a) Letakkan infan pada posisi telungkup dan biarkan bokong infan terbuka
b) Hubungi dokter anak jika sudah terjadi kemerahan
c) Untuk todler dan di atas 5 tahun:
(1) Anjurkan mandi sekurng-kurangnya setiap hari jika keadaan memungkinkan dengan air bersih. Bersihkan dengan kering.
(2) Hindari penggunaan celana dalam jika memungkinkan
(3) Gunakan salep A dan D sekurang-kurang nya 1 x sehari
3) Rasional
a) Pengakajian dan intervensi awal dapat mencegah kondisi semakin semakin parah.
b) Kurangi kontak dengan zat kimia dan urin yang bisa menyebabkan iritasi
c) Mengurangi iritasi mekanik dan iritasi zat kimia dari popok.
d) Mengurangi bekas jika adanya tekanan
e) Melindungi dan mengurangi kemerahan kulit agar tidak menjadi semakin parah
f) Menberikan sirkulasi udara
g) Membantu melepaskan sisa-sisa feses tanpa menggunakan sabun yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit
h) Memberikan sirkulasi udara dan mencegah akumulasi keringat
i) Memberikan perlindungan dan mengurangi kemerahan pada kulit sehingga tidak semakin parah
0 Response to "asuhan keperawatan gastroenteritis (diare) pada anak"