Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.
Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat.
Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
B. Penumpukan Serumen/Benda Asing
1. Impaksi Serumen
a. Definisi
Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).
Serumen yang keras disebut kotoran telinga, merupakan produksi alami telinga. Substansi itu di bentuk oleh kelenjar seruminosa yang terletak di sepertiga luar liang telinga. Alih-alih “sampah”, serumen memiiki tugas cukup penting. Di antaranya, menangkap debu, mikroorganisme, dan mencegahnya masuk ke struktur teinga yang lebih dalam. Selain itu juga akan menonaktifkan kuman/bakteri, menjaga kelembaban liang telinga, hingga menangkap serangga yang terperangkap masuk ke lubang telinga. Beragam fungsi tersebut di mungkinkan karena kekhasan sifatnya yang lengket, kental serta berbau yang khas.
b. Etiologi
Pada umumnya penyebab impaksi serumen adalah produksi serumen terlalu banyak dan kental, benda asing diliang telinga, terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
Usaha untuk mengeluarkan (mengorek) dengan batang korek, jepit rambut benda lain akan dapat berbahaya karena dpat mengakibatkan kotoran terdorong kedalam (dapat menyumbat karena bagian dalam lebih sempit).
Sejatinya, tanpa di korek pun, tubuh punya mekanisme untuk mengeluarkan substansi tersebut secara otomatis. Karena itu sering terjadi kotoran tiba-tiba jatuh dari liang telinga. Kotoran tersebut akan terdorong ke luar, terutama ketika kita membuka rahang lebar-lebar atau tudur miring.
c. Komplikasi
Adanya trauma terhadap kulit dan dapat menyebabakan infeksi dan kerusakan gendang telinga dan akhirnya dapat menyebabkan impaksi, otalgia (nyeri pada telinga) atau bahkan kehilangan pendengaran.
d. Penatalaksanaan
Serumen tak mau keluar dan betah bersarang di liang telinga, terutama bila produksinya berlebih. Bila itu terjadi, serumen terpaksa harus di keluarkan secara manual supaya tidak mengganggu pendengaran.
2. Benda Asing di Liang Telinga
Benda asing di liang telinga di artika sebagai masuknya benda asing di lubang telinga. Dalam hal ini akan terasa tidak enak di telinga, tersumbat dan pendengaran terganggu. Rasa nyeri akan timbul, bila benda asing itu berupa serangga yang masuk dan bergerak serta melukai dinding liang telinga.
Namun terkadang hal ini di sengaja untuk membrsihkan kanalis eksternus atau mengurangi rasa gatal atau pada anak kecil yang memasukan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.
C. Otitis Eksterna
1. Definisi
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis di sebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit dan infeksi pada EAC (Eksternal Auditori Canal).
Penyakit ini sering di jumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Pathogenesis dari otitis eksterna sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan factor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekam buhan.
Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan factor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadinya otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.
Otitis eksterna (menurut kelompok) adalah peradangan pada telinga yang di sebabkan bakteri dan menyebabkan telinga tersebut merasa sakit dan akan terjadi infeksi pada telinga bagian luar.
2. Etiologi
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah :
a. Pseudomonas (41%)
b. Streptokokus (22%)
c. Stafilokokus aureus (15%)
d. Bakteriodes (11%)
Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Di jumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga.
Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering di jumpai, di dapati 4 dari 1000 orang kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda. Factor penyebaba timbunya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi. Factor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat.
Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara tejadinya otitis eksterna (swimmer’s ear). Bentuk yang paling umum adalah boil (frunkulosis) salah satu dari satu kelenjar sebase 1/3 liang telinga luar. Pada otitis eksterna difusi disini proses patologis membatasi kulit sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga penyebabnya idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan. Kebanyakan di sebabkan alergi pemakaian topical obat tetes telinga. Allergen yang paling sering adalah antibiotic, contohnya: neomycin, framicetin, polimixin, anti bakteri (cliokuinol, holmes dkk, 1982) dan anti histamine.
3. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
4. Gejala Klinis
a. Nyeri
Rasa sakit di daam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala yang sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini di terangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan pericondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan di hantarkan ke kulit dan tulang rawan dari iang telinga luar dan mengakibatkan rasa sakit yang hebat di rasakan oleh penderita otitis eksterna.
b. Rasa penuh pada telinga
Keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.
c. Gatal
Gejala klinik sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang bekaitan dengan otitits eksterna akut, pada kebanyakan penderita rasa gatal di sertai rasa penuh dan tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut.
d. Kurang pendengaran
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut. Edema kulit liang telinga, secret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang progesif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris dan obat-obatan yang di gunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.
5. Jenis-jenis otitis eksterna
Otitis eksterna di bagi 3 yaitu :
a. Otitis eksterna sirkumsipta
Otitis eksterna sirkumsipta (furunkel/bisul) adalah infeksi bermula dari folikel rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Akibat infeksi bakteri staphylococcus aureus dan staphylococcus albus.
Gejala penyakit ini juga dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri ini tidak sesuai dengan besarnya furunkel (bisul). Nyeri timbul saat kita menekan perikondrium karena jaringa ikat longgar tidak terkandung di bawah kulit. Gerakan membuat mulut juga menjadi pemicu nyeri karena adanya sendi temporomandibula. Penyakit ini bisa menimbulkan gangguan pendengaran akibat furunkel (bisul) yang sudahbesar dan menyumbat liang telinga.
b. Otitis eksterna difus
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu staphylococcus albus, escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel.
Gejalanya sama dengan gajala otitis eksterna sirkumsipta (furunkel/bisul). Kadang-kadang kita temukan secret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir merupakan secret yang berasal dari kavum timpani dan kita kita temukan pada kasus otitis media.
c. Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga di permudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang tersering ialah jmur aspergilus. Kadang-kadang di temukan juga kandida albikans atau jamur lain.
Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di iang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan.
D. Trauma
1. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera, baik fisik atau psikis (Dorland, 2006). Sedangkan menurut kamus oxford, trauma adalah suatu cidera fisik maupun psikis yang disebabkan oleh kekerasan atau kecelakaan.
2. Etiologi
Pada umumnya trauma telinga terjadi disebabkan oleh adanya pukulan atau benturan. Trauma pada daun telinga mungkin dapat terjadi pada waktu bertinju atau akibat suatu kecelakaan.
3. Patofisiologi
Pukulan yang kuat pada rahang bisa menyebabkan patah tulang di sekitar saluran telinga dan berubah bentuk saluran telinga dan seringkali terjadi penyempitan.
4. Komplikasi
Timbul hematoma di bawah kulit, darah tertimbun (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk teinga. Kelainan bentuk ini di sebut telinga bunga kol, yang sering di temukan pada pegulat dan petinju.
5. Penatalaksanaan
Jika terjadi hematoma, maka di perlukan beberapa kali aspirasi untuk mencegah terjadinya deformitas pada daun telinga (cauliflower ear) sebagai akibat timbulnya prises organisasi bekuan darah di bawah kulit.
Pukulan yang hebat dapat menimbulkan laserasi hebat pada lobules tersobek. Dalam keadaan seperti ini perlu di lakukan penjahitan sehingga lobules dapat menempel kembali pada daun telinga dan biasanya sembuh dengan sempurna.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri hebat, apalagi jika daun telinga di sentuh. Adanya secret yang keluar dari telinga, kadang-kadang di sertai bau yang tidak sedap. Terjadi pembengkakan pada liang telinga. Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang di sertai demam. Telinga juga terasa gatal.
3. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan keluhan di rasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan di rasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah di lakukan untuk mengurangi keluhan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien dan keluarganya :
a. Apakah klien dahulu pernah menderita penyakit seperti ini ?
b. Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang ?
c. Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga terjadi trauma ?
d. Apakah klien sering berenang ? dll
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada di antara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit diabetes mellitus (DM).
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada meatus auditorius eksternus (MAE), warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membrane timpani). Apakah suhu tubuh klien meningkat ?
2. Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika respon nyeri dari klien, maka dapat di pastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
C. Data Subjektif dan Objektif
1. Data subjektif
a. Klien mengeluh pendengarannya berkurang, sering keluar secret yang berbau.
b. Klien mengeluh telinganya sakit/nyeri atau terasa gatal.
c. Klien mengatakan terjadi ttauma pada telinganya (karena jatuh, berolahraga, dan lain-lain).
d. Klien sering berenang dan mengorek telinganya.
2. Data Objektif
a. Klien beresponkesakitan saat daun telinganya di sentuh.
b. Klien tampak menggaruk-garuk telinganya atau meringis kesakitan.
c. Klien sering mendekatkan telinganya kepada perawat saat perawat berbicara.
d. Tampak secret yang berbau.
e. Adanya benjolan atau furunkel pada telinga atau filament jamur yang bewarna keputih-putihan.
f. Liang telinga tampak sempit, hiperemesis dan edema tanpa batas yang jelas
D. Perioritas Masalah
1. Nyeri
2. Gangguan hantaran bunyi
3. Gangguan komunikasi verbal
4. Resiko gangguan konsep diri
E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut/kronis) yang berhubungan dengan trauma, infeksi oleh jamur/virus/bakteri.
a. Intervensi Keperawatan
1) Kaji tingkat nyeri/demam klien.
2) Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati.
3) Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang di deritanya.
4) Berikan kompres hangat pada daerah nyeri.
5) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan antibiotic dosis tinggi.
2. Gangguan hantaran suara berhubungan dengan penyumbatan pada liang telinga sekunder terhadap pembesaran furunkel, jaringan granulasi yang subur, penumpukan secret pada liang telinga, telinga rasa penuh.
a. Intervensi Keperawatan
1) Masukan tampon yang mengandung antibiotic kedalam liang telinga.
2) Berikan kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari.
3) Lakukan irigasi telinga dan keluarkan serumen atau secret.
4) Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya. Jika dinding furunkelnya tebal lakukan insisi, kemudian di pasang drainage untuk mengeluarkan nanah.
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami orang lain (kurangnya pendengaran), sekunder terhadap penumpukan serumen/secret pada liang telinga, jaringan granulasi yang subur, edema pada liang telinga.
a. Intervensi Keperawatan
1) Kaji kemampuan mendengar klien.
2) Identifikasi metode alternative dan efektif untuk berkomunikasi, menggunakan tulisan atau isyarattangan dengan cara menunjuk (gerakan pantomim).
3) Perawat atau keluarga berbicara lebih keras setra menggunakan gerak tubuh.
4) Usahakan saat berbicara selalu berhadapan dengan klien.
4. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian, pengeluaran secret yang banyak dan berbau, sekunder terhadap tanda-tanda infeksi : jamur, bakteri, virus, alergi, penumpukan serumen, penutupan liang telinga oleh jaringan granulasi yang subur atau furunkel yang membesar.
a. Intervensi Keperawatan
1) Dorong individu atau keluarga untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pandangan,pemikiran dan perasaan seseorang.
2) Dorong individu atau keluarga untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa kesehatan.
3) Berikan informasi yang akurat kepada klien dan keluarga dan perkuat informasi yang sudah ada.
4) Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan atau pemberi perawatan.
5) Hindari kritik negative.
6) Beri privasi dan suatu keamanan lingkungan.
7) Bersihkan dan keluarkan serumen atau sekret.
8) Pasang tampon yang mengandung antibiotic.
0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN TELINGA LUAR (OTITIS EKSTERNA)"