Wawancara adalah cara mengumpulkan data melalui komunikasi langsung antara peneliti dengan sampelnya. Metode ini dilakukan dengan cara bercakap-cakap dengan sampel atau informan yang diarahkan pada masalah tertentu. Dalam kegiatan wawancara ini pewawancara harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya:
1) Mampu menciptakan hubungan baik dengan responden.
2) Mencatat semua pertanyaan yang akan diajukan kepada responden.
3) Menyampaikan pertanyaan dengan baik, tepat, dan terorganisir.
4) Mencatat semua jawaban lisan yang diberikan oleh responden.
Menurut sifatnya, maka wawancara dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Wawancara Terpimpin, yaitu wawancara dimana peneliti sudah mempunyai pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya dan pertanyaan memiliki arah yang jelas.
2) Wawancara Tidak Terpimpin, yaitu kegiatan wawancara dimana peneliti/pewawancara tidak mempunyai pedoman wawancara yang jelas.
3) Wawancara Bebas Terpimpin, yaitu wawancara dimana pewawancara disamping mempunyai pedoman wawancara yang telah dipersiapkan, juga mempunyai peluang untuk mengembangkan pertanyaan tersebut sehingga dapat diperoleh data yang lebih mendalam.
4) Wawancara Mendalam (In-Depth Interviewing)
Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi. Dalam hal ini, peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Dalam berbagai situasi, peneliti dapat meminta responden untuk mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap peristiwa tertentu dan dapat menggunakan posisi tersebut sebagai dasar penelitian selanjutnya (Yin, 1996: 109).
Kelebihan pencarian data dengan cara wawancara adalah dapat diperoleh keterangan yang tidak dapat diperoleh dengan metode yang tidak menggunakan hubungan yang bersifat personal. Semakin bagus pengertian pewawancara dan semakin halus perasaan dalam pengamatannya itu, semakin besar pulalah kemampuannya untuk memberikan dorongan kepada subjeknya. Lagi pula, semakin besar kemampuan orang yang diwawancarai untuk menyatakan responnya, semakin besar proses intersimulasi itu. Tiap-tiap respon atau tanggapan yang verbal dan reaksinya dinyatakan dengan kata-kata dapat memberikan banyak pikiran-pikiran yang baru. Suatu jawaban bukanlah jawaban atas suatu pertanyaan saja, melainkan merupakan pendorong timbulnya keterangan lain yang penting mengenai peristiwa atau objek penelitian. Semakin besar bantuan responden dalam wawancara, maka semakin besar peranannya sebagai informan. Dalam hal ini, informan kunci seringkali sangat penting bagi keberhasilan studi kasus. Mereka tidak hanya bisa memberi keterangan tentang sesuatu kepada peneliti, tetapi juga bisa memberi saran tentang sumber-sumber bukti lain yang mendukung serta menciptakan akses terhadap sumber yang bersangkutan (Yin, 1996: 109).
Dengan demikian, wawancara mendalam harus memberikan keleluasaan informan dalam memberikan penjelasan secara aman, tidak merasa ditekan, maka perlu diciptakan suasana “kekeluargaan”. Kelonggaran ini akan mengorek kejujuran informasi, terutama yang berhubungan dengan sikap, pandangan, dan perasaan informan sehingga pencari data tidak merasa asing dan dicurigai. Oleh karena itu, maka masalah pelaksanaan wawancara perlu dipilih “waktu yang tepat”, maksudnya para informan diwawancarai pada saat yang tidak sibuk dan dalam kondisi yang “santai” sehingga keterangan yang diberikan memang benar-benar adanya.
Namun demikian, peneliti perlu berhati-hati dari ketergantungan yang berlebihan kepada seorang informan, terutama karena kemungkinan adanya pengaruh hubungan antar-pribadi. Suatu cara yang rasional untuk mengatasi kesalahan ini adalah dengan mengandalkan sumber-sumber bukti lain untuk mendukung keterangan-keterangan informan tersebut dan menelusuri bukti yang bertentangan sehati-hati mungkin. Jenis-jenis wawancara:
1) Wawancara Berstruktur
Wawancara berstruktur adalah kgiatan wawancara yang dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan sebelumnya. Tujuannya adalah suapaya wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah ditetapkan.
2) Wawancara Tidak Berstruktur
Wawancara tidak berstruktur adalah kegiatan wawancara yang tidak berpedoman kepada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara ini juga disebut wawancara bebas.
0 Response to "Metode Wawancara dalam pengumpulan data penelitian"