Faktor Penggundulan Hutan (Deforestation)
Perusakan dan penebangan hutan secara permanen merupakan tindakan yang menyebabkan hutan gundul. Penebangan hutan sudah dilakukan penduduk selama berabad-abad. Hanya saja, dalam 50 tahun terakhir ini kerusakannya mulai dirasakan. Diperkirakan, hutan yang hilang setiap hari seluas 400.000 hektare. Sedang di Indonesia, setiap tahun luas hutan berkurang sebanyak 1,6 juta hektare. Seandainya 1 hektare = 1 lapangan sepak bola, dapat dibayangkan betapa cepat hutan hilang dari wilayah Indonesia. Yang lebih memprihatinkan, kebanyakan kerusakan hutan terjadi di wilayah hutan hujan tropis, termasuk hutan Papua, Sumatra, dan Kalimantan. Banyak faktor yang mendorong masyarakat melakukan penggundulan hutan. Dorongan ekonomi cukup berperan dalam hal ini.
a. Pembangunan Permukiman
Pembangunan permukiman baru sering dilakukan dengan cara membuka lahan hutan. Daerah transmigrasi disiapkan untuk ditempati para transmigran agar dapat membangun lingkungan barunya. Lahan transmigran disiapkan di daerah tertentu dengan cara membuka hutan. Selain disediakan rumah-rumah dan lahan pekarangan, fasilitas prasarana transportasi juga disiapkan untuk para transmigran. Jalan-jalan dibuat untuk menghubungkan dengan daerah luar. Di Indonesia, penyediaan lahan transmigrasi disiapkan untuk menempatkan jutaan penduduk dari Jawa dan wilayah lain yang berpenduduk padat.
b. Perluasan Lahan Pertanian
Di Amerika Selatan, pertanian tanaman pangan dan penggembalaan ternak yang membutuhkan lahan luas menimbulkan banyak kerusakan hutan. Sebagai bukti, sekitar 2/3 luas hutan telah rusak. Kebanyakan lahan gundul di wilayah ini pada beberapa dekade terakhir disebabkan oleh pengembangan dan peternakan hewan besar serta perluasan lahan perkebunan. Lahan di wilayah ini tidak cocok untuk pertanian dan peternakan karena kurang subur. Lebih lanjut, lahan pertanian yang dikerjakan intensif tanpa periode jeda telah mempercepat proses degradasi tanah. Kandungan unsur hara dalam tanah menyusut secara cepat dalam beberapa tahun. Penggundulan lahan juga mempercepat degradasi lahan. Di Indonesia, kegiatan perladangan berpindah dituding turut menciptakan hutan gundul.
c. Penggunaan Bahan Bakar Kayu
Pohon-pohon hutan dapat dijadikan kayu bakar. Pemanfaatan kayu sebagai sumber energi terutama terjadi di negara-negara berkembang seperti Etiopia dan Burkina Faso di Afrika. Di negara tersebut bahan bakar kayu mengambil porsi lebih dari 90% dari seluruh energi yang digunakan. Diperkirakan kebutuhan bahan bakar kayu pada tahun 2025 menjadi dua kali dari pasokan yang kini tersedia. Peningkatan jumlah penduduk menambah tekanan pada luas lahan hutan. Tekanan akibat peningkatan jumlah penduduk akan memperluas penggundulan hutan. Hal ini disebabkan kemampuan regenerasi hutan lebih lambat dibanding kerusakan hutan serta peningkatan kebutuhan penduduk.
d. Pembalakan
Pembalakan yang tidak terkendali menjadi penyebab utama kerusakan hutan. Kegiatan pembalakan telah mengubah lahan hutan menjadi gundul secara cepat. Fungsi hutan sebagai penutup dan pelindung tanah menjadi hilang. Hujan dan angin mudah mengerosi tanah yang terbuka. Pohon-pohon yang tersisa akan tumbang oleh angin karena tanah tempat tumbuh akar sudah terkikis. Pada lahan yang terbuka, sinar matahari menyinari langsung sehingga tanah menjadi kering, tidak subur, dan sulit diolah.
Selanjutnya, kayu-kayu gelondongan hasil pembalakan diangkut keluar dari hutan melalui jalan yang dibuat dengan melintasi tengah hutan. Pengangkutan kayu-kayu gelondongan dari tengah hutan menyebabkan banyak kerusakan pohon-pohon pada jalur lintasan yang dilalui truk pengangkut. Alat-alat berat, seperti traktor dan buldozer juga menghancurkan vegetasi dan memadatkan tanah yang dilindasnya. Tanah yang padat sulit menyerap air hujan sehingga menghambat vegetasi untuk tumbuh kembali.
Kerusakan hutan Indonesia termasuk yang tercepat di dunia. Dalam setahun, hutan yang rusak mencapai 1,6 juta hektare atau seluas 3 hektare per menit. Ini berarti hutan yang gundul akibat pembalakan dalam satu menit sama dengan enam kali luas lapangan sepak bola. Dapat dibayangkan betapa hebat dampak dari pembalakan terhadap kerusakan hutan.
e. Penambangan Terbuka/Permukaan
Bahan tambang perlu dikeluarkan dari dalam Bumi agar dapat bermanfaat bagi manusia. Sebagai contoh, batu bara ditambang untuk bahan bakar pembangkit listrik. Lahan yang banyak mengandung cadangan batu bara kebanyakan masih berupa hutan. Untuk mendapatkan batu bara, cara yang umum dilakukan di Indonesia adalah dengan penambangan terbuka/permukaan (open-cut/surface mining).
Metode penambangan terbuka menyebabkan lahan hutan yang ditebangi semakin meluas. Akibatnya, hutan menjadi gundul dan permukaan lahan menjadi rusak. Kerusakan lahan hutan akibat kegiatan penambangan terbuka perlu perbaikan yang sungguhsungguh, yaitu dengan reklamasi dan penghijauan kembali. Jika tidak, banyak lubang raksasa dan bopengbopeng di permukaan lahan bekas tambang serta lahan gundul menimbulkan degradasi lingkungan yang serius.
0 Response to "Faktor Penggundulan Hutan (Deforestation)"