Konsep Dasar Bayi Baru lahir Resiko Tinggi : Asfiksia neonatorum
1. Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. (Menurut Sugeng Djitowiyono, 2010, hlm. 71).
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan dalam paru-paru yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia. (Menurut Arif Mansjoer, 2000, hlm. 26).
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. (Menurut Hutchinson dalam Rusepno Hassan, 2007, hlm. 1072).
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir, yang ditandai dengan hipoksemia (PaO2 rendah), hiperkabia (PaCO2 meningkat), dan asidosis. (Menurut Dina Kartika Sari, 2006, hlm. II.6)
2. Etiologi
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Beberapa faktor tertentu dapat terjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya faktor ibu, faktor plasenta, faktor nonplasenta, dan faktor persalinan. (Toweil dalam Djitowiyono, 2010, hlm 72) :
a. Faktor ibu
Faktor-faktor yang dipengaruhi oleh ibu diantaranya :
1) Hipoksia
2) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
3) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HiV).
4) Sosial ekonomi rendah
5) Penyakit pembuluh darah ibu yang menggangu pertukaran gas janin, misalnya hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain.
b. Faktor plasenta
Fakto-faktor yang dipengaruhi plasenta diantaranya :
1) Plasenta tipis
2) Plasenta kecil
3) Plasenta tak menempel
4) Solution plasenta, dan lain-lain.
c. Faktor non plasenta
Faktor-faktor yang dipengaruhi oleh non plasenta antara lain :
1) Prematur
2) Gamelli
3) Tali pusat menumbung
4) Kelainan kongenital, dan lain-lain.
5) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
d. Faktor persalinan
Faktor-faktor oleh persalinan antara lain :
1) Partus lama
2) Partus tindakan (sunsang, bayi kembar, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep).
3. Manifestasi Klinis
Terdapat beberapa Manifestasi klinis terkait asfiksia neonatorum antara lain sebagai berikut :
a. Pernafasan cuping hidung
b. Pernafasan cepat
c. Nadi cepat
d. Tekanan darah mulai menurun
e. Menurunnya tekanan oksigen
f. Meningginya tekanan carbondioksida.
g. Sianosis
h. Bayi terlihat lemas
i. Kejang (bila sudah mengalami perdarahan diotak)
j. Retraksi dinding dada
k. Nilai apgar kurang dari 6.
Apabila nilai apgar 7-10 bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan normal, 4-6 bayi mangalami asfiksia sedang dan 0-3 bayi mengalami asfiksia berat.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian saat kondisi kehamilan dengan resiko bayi baru lahir asfiksia yaitu (Wiknojosastro, 2006, hlm 710-711) :
a. Denjut jantung janin
b. Pemeriksaan pH darah janin
4. Patofisiologi
Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi ekstrauterin, menunjukkan perubahan sebagai berikut. Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi mengambil nafas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorbsi oleh jaringan paru. Pada nafas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorbsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralir arah yang kemudian diikuti penutupan dukus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir, dengan aliran darah paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal nafas. (IDAI, 2010, hlm. 104).
5. Komplikasi
Terdapat beberapa pengaruh asfiksia bagi sistem yang ada dalam tubuh bayi diantaranya berpengaruh pada sistem saraf pusat, kardiovaskuler, pulmonal, ginjal, adrenal, gastrointestinal, metabolik, kulit, dan hematologi. Berikut adalah pengaruh asfiksia (Behrman, 2010, hlm. 212) :
a. Saraf pusat
Enselopati hipoksik-iskemik, edema otak, kejang-kejang, hipotonia, hipertonia.
b. Kardiovaskuler
Iskemia miokardium, kontraktilitas buruk, insufisiensi trikuspid, hipotensi.
c. Pulmonal
Sirkulasi janin persisten, sindrom distres pernafasan.
d. Ginjal
Nekrosis tubular atau korteks akut.
e. Adrenal
Perdarahan adrenal.
f. Gastrointestinal
Perforasi, ulserasi, nekrosis.
g. Metabolik
Hiponatremia, hipoglikemia, hipokalsemia, mioglobinemia.
h. Kulit
Nekrosis lemak subkutan.
i. Hematologi
Koagulasi intravaskuler desiminata.
6. Penatalaksanaan
Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir mengikuti tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi (Prawirohardjo, 2006, hlm. 350) :
a. Airway : mamastikan saluran nafas terbuka
b. Breathing : memulai pernafasan
c. Circulation : mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah.
Bagian dari tatalaksanaan resusitasi yang dikaitkan dengan ABC resusitasi dapat dilihat dibawah ini :
a. Memastikan saluran nafas terbuka
1) Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi (bahu diganjal)
2) Menghisap mulut, hidung, bahkan trakea.
3) Bila perlu, memasukkan pipa endotrakeal untuk memastikan saluran nafas terbuka.
b. Memulai pernafasan
1) Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan
2) Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon, atau pipa endotrakeal dan balon, mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
c. Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsangan dan mempertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada dan pengobatan.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian keperawatan sistem pernafasan sebagai berikut : (Mary E. Muscari, 2005, hlm. 205 - 206).
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1) Dapatkan data-data yang mengambarkan gejala mencakup awitan, durasi, lokasi dan pencetusnya. Gejala-gejala utama dapat meliputi:
a) Nafas pendek
b) Kesulitan bernafas
c) Nyeri dada
d) Kesulitan makan dan menghisap pada bayi
e) Kongesti nasal, pilek, dan bersin
f) batuk
2) Gali riwayat, pranatal, individu, dan keluarga terhadap faktor-faktor risiko gangguan pernafasan.
a) Faktor resiko pranatal mencakup infeksi pada ibu, ibu perokok atau menggunakan marijuna, kokain, atau heroin.
b) Faktor resiko individu mencakup riwayat perinatal pada perubahan warna mekonium atau ventilasi mekanis saat lahir, atau prematuritas ; riwayat penyakit pernafasan ; frekuensi serangan flu pertahun ; riwayat penyakit kronis, seperti gangguan jantung, asma, fibrosis kistik, atai HiV dan AIDS ; atau pajanan terhadap rokok tembakau pasif atau iritans lingkungan.
c) Faktor risiko keluarga mencakup riwayat keluarga terhadap alergi asma, tuberkolosis (TBC), atau fibrosis kistik.
b. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
a) Pantau suhu tubuh terhadap hipertermia dan hipotermia, yang dapat mengindikasikan adanya infeksi.
b) Pantau frekuensi, kedalaman, dan kualitas pernafasan. Inspirasi yang memanjang dapat menunjukan obstruksi jalan nafas bagian atas ; ekspirasi yang memanjang dapat menunjukkan gangguan obstruktif, seperti asma.
2) Inspeksi
a) Amati kesadaran, perubahan status mental, tingkat aktivitas, dan tanda-tanda kelelahan. Kecemasaan dan gelisah merupakan tanda awal gawat nafas. Amati posisi tubuh anak. Catat tanda-tanda dehidrasi.
b) Catat adanya dan karakteristik batuk produktif dan nonproduktif serta jenisnya (kasar, keras, disertai sesak nafas, serangan batuk hebat, kuat dan basah).
c) Amati perubahan warna kulit, terutama sianosis
d) Amati usaha tambahan dalam bernafas, catat adanya dispnea, stridor, mendengkur, pernafasan cuping hidung, dan adanya serta keparahan retraksi intrakostal, suprasternal, sternal, dan substernal.
e) Amati diameter dada anteroposterior yang memanjang dapat mengindikasikan udara terperangkap dalam alveoli.
3) Perkusi
Lakukan perkusi terhadap adanya suara tumpul, suara tumpul dapat menunjukkan bahwa cairan atau jaringan padat telah mengantikan udara.
4) Auskultasi
a) Catat kualitas suara nafas
b) Catat adanya suara paru tambahan (misalnya, ronchi. Ronci basah dan kering)
c. Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
Analisa gas darah menggambarkan keadaan darah untuk mengetahui oksigenisasi darah dan status asam basa.
Foto sinar-x dada merupakan tehnik pencitraan awal yang terbaik untuk mendeteksi abnormalitas paru, mediastinal, dan struktur muskuluskeletal toraks.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Bayi Baru lahir Resiko Tinggi : Asfiksia neonatorum (Donna L. Wong, 2003, hlm. 426 - 431) :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi dan keletihan.
b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunoligis yang kurang.
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi/maturasi, kurang pengetahuan, gangguan proses kedekatan orang tua.
3. Rencana keperawatan
Diagnosa keperawatan Bayi Baru lahir Resiko Tinggi : Asfiksia neonatorum (Donna L. Wong, 2003, hal 426 - 431) :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi dan keletihan.
1) Sasaran pasien : pasien menujukkan oksigenasi yang adekuat
2) Hasil yang diharapkan : jalan nafas tetap paten, frekuansi dan pola nafas dalam batas normal.
3) Intervensi keperawatan :
a) Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal
b) Observasi adanya tanda-tanda sianosis, pernafasan cuping hidung.
c) Lakukan penghisapan seperlunya
d) Pertahankan suhu lingkungan yang netral
e) Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
4) Rasional :
a) Posisi telungkup akan mengasilkan perbaikan oksigenisasi, dan semi ekstensi akan membuka jalan nafas dan mencegah penyempitan jalan nafas.
b) Pernafasan cuping hidung meningkatkan diameter lubang hidung, tanda ini menunjukkan mekanisme kompensasi pada hipoksia.
c) Penghisapan bermaksud untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring, trakea dan selang endotrakeal.
d) Suhu tubuh yang terlalu hangat dan dingin akan menyebabkan pemakian oksigen yang banyak pula.
e) Terapi oksigen bertujuan untuk membantu dan memenuhi kebutuhan oksigenisasi dalam paru.
b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
1) Sasaran pasien : pasien mempertahankan suhu tubuh stabil
2) Hasil yang diharapkan : suhu aksila tetap dalam rentang normal untuk usia pascakosepsi.
3) Intervensi keperawatan
a) Tempatkan bayi didalam inkubator, penghangat radian, atau pakaian hangat dalam keranjang terbuka.
b) Pantau suhu tubuh bayi yang tidak stabil
c) Gunakan pelindung panas plastik
d) Pantau tanda-tanda hipertermi ; kemerahan , ruam.
e) Hindarai situasi yang mempredisposisikan bayi pada kehilangan panas.
4) Rasional
a) Mempertahankan suhu tubuh stabil
b) Menentukan tindakan selanjutnya
c) Plastik sebagai menurunkan kehilangan panas
d) Kemerahan dan ruam pada kulit menandakan derajat hipertermi
e) Mencegah kehilangan panas akibat kontak pada sumber.
c. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.
1) Sasaran pasien : pasien mempertahankan integritas kulit
2) Hasil yang diharapkan : kulit tetap bersih dan utuh tanpa tanda-tanda iritasi dan cidera.
3) Intervensi keperawatan
a) Bersihkan kulit dengan air hangat biasa, gunakan sabun halus nonalkalin atau pembersih hanya jika diperlukan
b) Bersihkan mata setiap hari, area oral dan popok atau perianal
c) Gunakan plester seminimal mungkin.
d) Gunakan matras penghilang tekanan atau pengurang tekanan.
4) Rasional
a) Air hangat biasa tidak mengandung bahan yang bisa membuat iritasi pada kulit.
b) Mata, oral dan popok sangat mudah sebagai perkembangbiakan mikroorganisme.
c) Plester yang melekat dapat membuat iritasi kulit
d) Tekanan yang kuat dan dalam waktu yang lama berakibat rusaknya jaringan kulit.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
1) Sasaran pasien : pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat, dengan masukan kalori untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan menunjukan pemanbahan berat badan yang tepat.
2) Hasil yang diharapkan : bayi mendapat kalori dan nutrien esnsial yang adekuat. Bayi menunjukan penambahan berat badan yang mantap kira-kira 20-30 gram perhari.
3) Intervensi keperawatan
a) Pertahankan cairan parentra atau nutrisi parentral total sesuai instruksi
b) Kaji kesiapan bayi untuk menyusui pada payudara ibu.
c) Susukan bayi pada payudara ibu bila hisapan kuat serta menelan.
d) Gunakan pemberian makan orogastrik bila bayi mudah lelah atau mengalai penghisapan yang lemah.
4) Rasional
a) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi bayi
b) Asi memenuhi gizi bagi bayi
c) Asi yang langsung dari ibu sangat baik dari kecukupan gizi dan perlekatan bayi dan ibu makin bertambah
d) Mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairan bayi.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunoligis yang kurang.
1) Sasaran pasien : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial.
2) Hasil yang diharapkan : bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial
3) Intervensi keperawatan :
a) Pastikan bahwa semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum dan setelah mengurus bayi.
b) Pastikan semua alat yang kontak dengan bayi sudah bersih dan steril.
c) Isolasi bayi lain yang mengalami infeksi sesuai kebijakan institusional.
d) Pastikan semua tindakan steril kepada bayi : terapi IV, pungsi lumbal, pemasangan kateter.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.
4) Rasional
a) Meminimalkan pemajanan pada organisme infektif.
b) Meminimalkan pemajanan pada mikroorganisme melalui alat dan kontak.
c) Mencegah penyebaran infeksi lebih luas.
d) Meminimalkan sumber infeksi dari tindakan keperawatan
e) Antibiotk berguna untuk membunuh mikroorganisme
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi/maturasi, kurang pengetahuan, gangguan proses kedekatan orang tua.
1) Sasaran pasien : pasien (keluarga) mendapat informasi tentang kemajuan bayi
2) Hasil yang diharapkan : orang tua mengekspresikan perasaan dan kekawatiran mengenai bayi dan prognosis, serta menunjukkan pemahaman dan keterlibatan dalam perawatan.
3) Intervensi keperawatan
a) Prioritaskan informasi
b) Dorong orang tua mengajukan pertanyaan mengenai status bayi
c) Bersikap jujur dan benar
d) Dorong orang tua untuk berkunjung dan atau menghubungi unit dengan sering.
4) Rasional
a) Membantu memahami aspek paling penting dari perawatan, tanda perawatan atau penyimpangan pada kondisi bayi
b) Menambah pengetahuan tentang kondisi bayi
c) Menciptakan rasa percaya
d) Dengan menghubungi unit rumah sakit, pengetahuan akan kemajuan bayi akan bertambah.
1. Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. (Menurut Sugeng Djitowiyono, 2010, hlm. 71).
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan dalam paru-paru yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia. (Menurut Arif Mansjoer, 2000, hlm. 26).
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. (Menurut Hutchinson dalam Rusepno Hassan, 2007, hlm. 1072).
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir, yang ditandai dengan hipoksemia (PaO2 rendah), hiperkabia (PaCO2 meningkat), dan asidosis. (Menurut Dina Kartika Sari, 2006, hlm. II.6)
2. Etiologi
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Beberapa faktor tertentu dapat terjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya faktor ibu, faktor plasenta, faktor nonplasenta, dan faktor persalinan. (Toweil dalam Djitowiyono, 2010, hlm 72) :
a. Faktor ibu
Faktor-faktor yang dipengaruhi oleh ibu diantaranya :
1) Hipoksia
2) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
3) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HiV).
4) Sosial ekonomi rendah
5) Penyakit pembuluh darah ibu yang menggangu pertukaran gas janin, misalnya hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain.
b. Faktor plasenta
Fakto-faktor yang dipengaruhi plasenta diantaranya :
1) Plasenta tipis
2) Plasenta kecil
3) Plasenta tak menempel
4) Solution plasenta, dan lain-lain.
c. Faktor non plasenta
Faktor-faktor yang dipengaruhi oleh non plasenta antara lain :
1) Prematur
2) Gamelli
3) Tali pusat menumbung
4) Kelainan kongenital, dan lain-lain.
5) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
d. Faktor persalinan
Faktor-faktor oleh persalinan antara lain :
1) Partus lama
2) Partus tindakan (sunsang, bayi kembar, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep).
3. Manifestasi Klinis
Terdapat beberapa Manifestasi klinis terkait asfiksia neonatorum antara lain sebagai berikut :
a. Pernafasan cuping hidung
b. Pernafasan cepat
c. Nadi cepat
d. Tekanan darah mulai menurun
e. Menurunnya tekanan oksigen
f. Meningginya tekanan carbondioksida.
g. Sianosis
h. Bayi terlihat lemas
i. Kejang (bila sudah mengalami perdarahan diotak)
j. Retraksi dinding dada
k. Nilai apgar kurang dari 6.
Apabila nilai apgar 7-10 bayi mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan normal, 4-6 bayi mangalami asfiksia sedang dan 0-3 bayi mengalami asfiksia berat.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian saat kondisi kehamilan dengan resiko bayi baru lahir asfiksia yaitu (Wiknojosastro, 2006, hlm 710-711) :
a. Denjut jantung janin
b. Pemeriksaan pH darah janin
4. Patofisiologi
Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi ekstrauterin, menunjukkan perubahan sebagai berikut. Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi mengambil nafas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorbsi oleh jaringan paru. Pada nafas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorbsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralir arah yang kemudian diikuti penutupan dukus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir, dengan aliran darah paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal nafas. (IDAI, 2010, hlm. 104).
5. Komplikasi
Terdapat beberapa pengaruh asfiksia bagi sistem yang ada dalam tubuh bayi diantaranya berpengaruh pada sistem saraf pusat, kardiovaskuler, pulmonal, ginjal, adrenal, gastrointestinal, metabolik, kulit, dan hematologi. Berikut adalah pengaruh asfiksia (Behrman, 2010, hlm. 212) :
a. Saraf pusat
Enselopati hipoksik-iskemik, edema otak, kejang-kejang, hipotonia, hipertonia.
b. Kardiovaskuler
Iskemia miokardium, kontraktilitas buruk, insufisiensi trikuspid, hipotensi.
c. Pulmonal
Sirkulasi janin persisten, sindrom distres pernafasan.
d. Ginjal
Nekrosis tubular atau korteks akut.
e. Adrenal
Perdarahan adrenal.
f. Gastrointestinal
Perforasi, ulserasi, nekrosis.
g. Metabolik
Hiponatremia, hipoglikemia, hipokalsemia, mioglobinemia.
h. Kulit
Nekrosis lemak subkutan.
i. Hematologi
Koagulasi intravaskuler desiminata.
6. Penatalaksanaan
Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir mengikuti tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi (Prawirohardjo, 2006, hlm. 350) :
a. Airway : mamastikan saluran nafas terbuka
b. Breathing : memulai pernafasan
c. Circulation : mempertahankan sirkulasi (peredaran) darah.
Bagian dari tatalaksanaan resusitasi yang dikaitkan dengan ABC resusitasi dapat dilihat dibawah ini :
a. Memastikan saluran nafas terbuka
1) Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi (bahu diganjal)
2) Menghisap mulut, hidung, bahkan trakea.
3) Bila perlu, memasukkan pipa endotrakeal untuk memastikan saluran nafas terbuka.
b. Memulai pernafasan
1) Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan
2) Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon, atau pipa endotrakeal dan balon, mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
c. Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsangan dan mempertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada dan pengobatan.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian keperawatan sistem pernafasan sebagai berikut : (Mary E. Muscari, 2005, hlm. 205 - 206).
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1) Dapatkan data-data yang mengambarkan gejala mencakup awitan, durasi, lokasi dan pencetusnya. Gejala-gejala utama dapat meliputi:
a) Nafas pendek
b) Kesulitan bernafas
c) Nyeri dada
d) Kesulitan makan dan menghisap pada bayi
e) Kongesti nasal, pilek, dan bersin
f) batuk
2) Gali riwayat, pranatal, individu, dan keluarga terhadap faktor-faktor risiko gangguan pernafasan.
a) Faktor resiko pranatal mencakup infeksi pada ibu, ibu perokok atau menggunakan marijuna, kokain, atau heroin.
b) Faktor resiko individu mencakup riwayat perinatal pada perubahan warna mekonium atau ventilasi mekanis saat lahir, atau prematuritas ; riwayat penyakit pernafasan ; frekuensi serangan flu pertahun ; riwayat penyakit kronis, seperti gangguan jantung, asma, fibrosis kistik, atai HiV dan AIDS ; atau pajanan terhadap rokok tembakau pasif atau iritans lingkungan.
c) Faktor risiko keluarga mencakup riwayat keluarga terhadap alergi asma, tuberkolosis (TBC), atau fibrosis kistik.
b. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
a) Pantau suhu tubuh terhadap hipertermia dan hipotermia, yang dapat mengindikasikan adanya infeksi.
b) Pantau frekuensi, kedalaman, dan kualitas pernafasan. Inspirasi yang memanjang dapat menunjukan obstruksi jalan nafas bagian atas ; ekspirasi yang memanjang dapat menunjukkan gangguan obstruktif, seperti asma.
2) Inspeksi
a) Amati kesadaran, perubahan status mental, tingkat aktivitas, dan tanda-tanda kelelahan. Kecemasaan dan gelisah merupakan tanda awal gawat nafas. Amati posisi tubuh anak. Catat tanda-tanda dehidrasi.
b) Catat adanya dan karakteristik batuk produktif dan nonproduktif serta jenisnya (kasar, keras, disertai sesak nafas, serangan batuk hebat, kuat dan basah).
c) Amati perubahan warna kulit, terutama sianosis
d) Amati usaha tambahan dalam bernafas, catat adanya dispnea, stridor, mendengkur, pernafasan cuping hidung, dan adanya serta keparahan retraksi intrakostal, suprasternal, sternal, dan substernal.
e) Amati diameter dada anteroposterior yang memanjang dapat mengindikasikan udara terperangkap dalam alveoli.
3) Perkusi
Lakukan perkusi terhadap adanya suara tumpul, suara tumpul dapat menunjukkan bahwa cairan atau jaringan padat telah mengantikan udara.
4) Auskultasi
a) Catat kualitas suara nafas
b) Catat adanya suara paru tambahan (misalnya, ronchi. Ronci basah dan kering)
c. Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
Analisa gas darah menggambarkan keadaan darah untuk mengetahui oksigenisasi darah dan status asam basa.
Foto sinar-x dada merupakan tehnik pencitraan awal yang terbaik untuk mendeteksi abnormalitas paru, mediastinal, dan struktur muskuluskeletal toraks.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Bayi Baru lahir Resiko Tinggi : Asfiksia neonatorum (Donna L. Wong, 2003, hlm. 426 - 431) :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi dan keletihan.
b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunoligis yang kurang.
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi/maturasi, kurang pengetahuan, gangguan proses kedekatan orang tua.
3. Rencana keperawatan
Diagnosa keperawatan Bayi Baru lahir Resiko Tinggi : Asfiksia neonatorum (Donna L. Wong, 2003, hal 426 - 431) :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi dan keletihan.
1) Sasaran pasien : pasien menujukkan oksigenasi yang adekuat
2) Hasil yang diharapkan : jalan nafas tetap paten, frekuansi dan pola nafas dalam batas normal.
3) Intervensi keperawatan :
a) Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal
b) Observasi adanya tanda-tanda sianosis, pernafasan cuping hidung.
c) Lakukan penghisapan seperlunya
d) Pertahankan suhu lingkungan yang netral
e) Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
4) Rasional :
a) Posisi telungkup akan mengasilkan perbaikan oksigenisasi, dan semi ekstensi akan membuka jalan nafas dan mencegah penyempitan jalan nafas.
b) Pernafasan cuping hidung meningkatkan diameter lubang hidung, tanda ini menunjukkan mekanisme kompensasi pada hipoksia.
c) Penghisapan bermaksud untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring, trakea dan selang endotrakeal.
d) Suhu tubuh yang terlalu hangat dan dingin akan menyebabkan pemakian oksigen yang banyak pula.
e) Terapi oksigen bertujuan untuk membantu dan memenuhi kebutuhan oksigenisasi dalam paru.
b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
1) Sasaran pasien : pasien mempertahankan suhu tubuh stabil
2) Hasil yang diharapkan : suhu aksila tetap dalam rentang normal untuk usia pascakosepsi.
3) Intervensi keperawatan
a) Tempatkan bayi didalam inkubator, penghangat radian, atau pakaian hangat dalam keranjang terbuka.
b) Pantau suhu tubuh bayi yang tidak stabil
c) Gunakan pelindung panas plastik
d) Pantau tanda-tanda hipertermi ; kemerahan , ruam.
e) Hindarai situasi yang mempredisposisikan bayi pada kehilangan panas.
4) Rasional
a) Mempertahankan suhu tubuh stabil
b) Menentukan tindakan selanjutnya
c) Plastik sebagai menurunkan kehilangan panas
d) Kemerahan dan ruam pada kulit menandakan derajat hipertermi
e) Mencegah kehilangan panas akibat kontak pada sumber.
c. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.
1) Sasaran pasien : pasien mempertahankan integritas kulit
2) Hasil yang diharapkan : kulit tetap bersih dan utuh tanpa tanda-tanda iritasi dan cidera.
3) Intervensi keperawatan
a) Bersihkan kulit dengan air hangat biasa, gunakan sabun halus nonalkalin atau pembersih hanya jika diperlukan
b) Bersihkan mata setiap hari, area oral dan popok atau perianal
c) Gunakan plester seminimal mungkin.
d) Gunakan matras penghilang tekanan atau pengurang tekanan.
4) Rasional
a) Air hangat biasa tidak mengandung bahan yang bisa membuat iritasi pada kulit.
b) Mata, oral dan popok sangat mudah sebagai perkembangbiakan mikroorganisme.
c) Plester yang melekat dapat membuat iritasi kulit
d) Tekanan yang kuat dan dalam waktu yang lama berakibat rusaknya jaringan kulit.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit
1) Sasaran pasien : pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat, dengan masukan kalori untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan menunjukan pemanbahan berat badan yang tepat.
2) Hasil yang diharapkan : bayi mendapat kalori dan nutrien esnsial yang adekuat. Bayi menunjukan penambahan berat badan yang mantap kira-kira 20-30 gram perhari.
3) Intervensi keperawatan
a) Pertahankan cairan parentra atau nutrisi parentral total sesuai instruksi
b) Kaji kesiapan bayi untuk menyusui pada payudara ibu.
c) Susukan bayi pada payudara ibu bila hisapan kuat serta menelan.
d) Gunakan pemberian makan orogastrik bila bayi mudah lelah atau mengalai penghisapan yang lemah.
4) Rasional
a) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi bayi
b) Asi memenuhi gizi bagi bayi
c) Asi yang langsung dari ibu sangat baik dari kecukupan gizi dan perlekatan bayi dan ibu makin bertambah
d) Mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairan bayi.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunoligis yang kurang.
1) Sasaran pasien : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial.
2) Hasil yang diharapkan : bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nasokomial
3) Intervensi keperawatan :
a) Pastikan bahwa semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum dan setelah mengurus bayi.
b) Pastikan semua alat yang kontak dengan bayi sudah bersih dan steril.
c) Isolasi bayi lain yang mengalami infeksi sesuai kebijakan institusional.
d) Pastikan semua tindakan steril kepada bayi : terapi IV, pungsi lumbal, pemasangan kateter.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.
4) Rasional
a) Meminimalkan pemajanan pada organisme infektif.
b) Meminimalkan pemajanan pada mikroorganisme melalui alat dan kontak.
c) Mencegah penyebaran infeksi lebih luas.
d) Meminimalkan sumber infeksi dari tindakan keperawatan
e) Antibiotk berguna untuk membunuh mikroorganisme
f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi/maturasi, kurang pengetahuan, gangguan proses kedekatan orang tua.
1) Sasaran pasien : pasien (keluarga) mendapat informasi tentang kemajuan bayi
2) Hasil yang diharapkan : orang tua mengekspresikan perasaan dan kekawatiran mengenai bayi dan prognosis, serta menunjukkan pemahaman dan keterlibatan dalam perawatan.
3) Intervensi keperawatan
a) Prioritaskan informasi
b) Dorong orang tua mengajukan pertanyaan mengenai status bayi
c) Bersikap jujur dan benar
d) Dorong orang tua untuk berkunjung dan atau menghubungi unit dengan sering.
4) Rasional
a) Membantu memahami aspek paling penting dari perawatan, tanda perawatan atau penyimpangan pada kondisi bayi
b) Menambah pengetahuan tentang kondisi bayi
c) Menciptakan rasa percaya
d) Dengan menghubungi unit rumah sakit, pengetahuan akan kemajuan bayi akan bertambah.
0 Response to "asuhan keperawatan asfiksia neonatorum pada Bayi Baru lahir"