Latest News

Sejarah Munculnya Organisasi Sarekat Islam (1912)

Rintisan lahirnya Sarekat Islam sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1909 oleh R.M. Tirtoadisuryo di Batavia (Jakarta). Ia telah mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) di Batavia dan Bogor. Pada tahun 1911 para pedagang batik di kota Surakarta juga mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang dipimpin oleh Haji Samanhudi. Tujuan pembentukan SDI adalah memperkuat usaha dagang golongan pribumi agar mampu bersaing dengan para pedagang Cina. Pada masa itu usaha dagang mulai dari kota-kota besar sampai di kecamatan memang dikuasai oleh orang-orang Cina..........

Nama Islam dicantumkan karena hampir semua pedagang pribumi beragama Islam, sehingga diharapkan akan tertarik untuk menjadi anggota. Lahirnya SDI mendapat sambutan hangat dari para pedagang pribumi sehingga jumlah anggota dan cabangnya makin besar pula. Melihat perkembangannya yang cerah, Haji Samanhudi ingin organisasinya berbadan hukum. Atas saran Umar Said, nama Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI) agar lebih luas ruang gerak organisasinya. Dengan demikian, orang-orang Islam yang bukan pedagang pun dapat menjadi anggota. Haji Samanhudi menyetujui usul itu sehingga pada tanggal 10 September 1912 berita acara tentang berdirinya Sarekat Islam itu disampaikan kepada notaris untuk disahkan.

Adapun tujuan pendirian Sarekat Islam berdasarkan akta notaris yang akan disampaikan, antara lain sebagai berikut:
1) memajukan usaha perdagangan golongan pribumi,
2) memajukan kecerdasan dan kehidupan rakyat sesuai dengan ajaran agama Islam,
3) menghilangkan paham-paham yang keliru dalam praktik kehidupan keagamaan menurut Al-Qur’an dan Hadist, dan
4) memperkuat rasa persaudaraan dan persatuan di antara sesama anggota dan umat Islam.

Asas dan tujuan SI yang praktis dan sifat merakyat menyebabkan perkembangan organisasi yang sangat cepat. Melihat perkembangan yang demikian itu, pemerintah kolonial Hindia Belanda pun khawatir tidak akan mampu mengendalikannya. Oleh karena itu, usulan berbadan hukum bagi Sarekat Islam pusat ditolak (30 Juni 1913), tetapi untuk Sarekat Islam sebagai cabang diizinkan. Meskipun demikian, Sarekat Islam tetap berkembang pesat. Buktinya dalam tahun 1914 telah berdiri 56 cabang SI yang berbadan hukum dan pada tahun 1916 menjadi 80 cabang SI yang berbadan hukum dengan jumlah anggota 360.000 orang. Dengan makin banyak cabang SI yang berdiri, H.O.S Cokroaminoto mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) yang anggotanya bukan perorangan, tetapi cabang-cabang SI di daerah-daerah.

Sarekat Islam mengadakan kongres pertama di Surabaya pada tanggal 20 Januari 1913. Kongres itu menetapkan bahwa SI bukanlah partai politik. SI tidak akan melawan pemerintah Hindia Belanda, serta Surabaya ditetapkan menjadi pusat SI. Pernyataan demikian itu, sebenarnya hanyalah di atas kertas saja dengan maksud agar tidak dicurigai oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada praktiknya, SI sering membahas masalah-masalah politik, memperjuangkan nasib rakyat, mendesak pemerintah agar dibentuk volksraad, dan menyebarluaskan cita-cita mencapai pemerintahan sendiri. Tentu saja hal itu menyebabkan aktivitas SI selalu diawasi secara ketat oleh pemerintah kolonial Belanda. SI tetap tegar dan terus maju pantang mundur sebab SI dipimpin oleh orangorang yang berjiwa merdeka dan sangat militan, seperti H.O.S Cokroaminoto, H. Agus Salim, H. Samanhudi, Abdul Muis, H. Gunawan, Wondoamiseno, Sosrokardono, dan Suryopranoto. Mereka juga pengurus besar CSI. Kongres kedua SI diselenggarakan di Surakarta. Kongres menegaskan bahwa SI hanya untuk rakyat biasa, pegawai pamong praja tidak boleh menjadi anggota. Pegawai pangreh praja dilarang menjadi anggota karena dikhawatirkan mereka tidak akan berani menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan nasib rakyat. Bahkan, bisa jadi mereka akan memata-matai kegiatan SI.

Setelah Central Sarekat Islam berhasil dibentuk di Surabaya (16 Maret 1916), SI segera mengadakan kongres ketiga di Bandung pada tanggal 17–24 Juni 1916. Kongres itu disebutnya sebagai Kongres Nasional Sarekat Islam dengan alasan sebagai berikut.
1) Kongres tersebut dihadiri oleh 80 cabang SI lokal di seluruh Indonesia. Jumlah anggota SI pada saat itu telah mencapai 800.000 orang.
2) SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk pribumi sebagai satu bangsa berdaulat. Kongres ini memang sengaja digunakan sebagai sarana unjuk kekuatan kesatuan umat Islam menuju kesatuan seluruh penduduk pribumi.

Pada tahun 1917, SI mengadakan kongres keempat di Batavia. Dalam kongres itu, SI kembali menegaskan tujuan pembentukan organisasinya, yaitu ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres itu, SI juga mendesak agar pemerintah membentuk volksraad. Untuk itu, SI mencalonkan H.O.S. Cokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakil yang akan duduk dalam Volksraad.

Jumlah anggota SI terus meningkat, pada tahun 1919 telah mencapai 2.250.000 orang. Akan tetapi, sangat disayangkan karena sebelum kongres keempat SI dilaksanakan, organisasi itu telah tersusupi ideologi sosialis kiri yang dibawa oleh Semaun, Ketua SI lokal Semarang. Semaun sebenarnya adalah tokoh ISDV berhalauan Marxisme. Tujuannya menyusup ke dalam tubuh SI adalah untuk menyebarkan paham sosialis kiri yang sangat radikal.

Sehubungan dengan keadaan itu, pada tahun 1921 CSI menerapkan disiplin organisasi dengan melarang anggotanya untuk merangkap menjadi anggota organisasi lain. Akibatnya, Semaun beserta pengikutnya dipecat dari SI. Pada tahun 1923 lewat kongresnya di Madiun (17–20 Februari 1923) SI mengubah namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). SI Merah pimpinan Semaun juga mengubah namanya menjadi Sarekat Rakyat yang kemudian bergabung dengan Partai Komunis Indonesia pada tahun 1923.........

0 Response to "Sejarah Munculnya Organisasi Sarekat Islam (1912)"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...