Latest News

asuhan keperawatan Kolelitiasis (Batu Empedu)

Konsep Dasar Kolelitiasis
Ada beberapa pengertian kolelitiasis yaitu:
1. Pengertian
Kolelitiasis (Batu Empedu) merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu seperti kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan fosfolipid. (Price, 2005, hlm 502).
Kolelitiasis adalah batu yang terdapat di saluran empedu utama atau di duktus koledokus (koledokolitiasis), di saluran sistikus (sistikokolitiasis) jarang sekali di temukan dan biasanya bersamaan dengan batu di dalam kandung empedu, dan di saluran empedu intrahepatal atau hepatolitiasis. (Hadi Sujono, 2002 hlm 778).
Batu empedu pada umumnya di temukan di dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan di sebut sebagai batu saluran empedu sekunder. (Sudoyo, dkk., 2006, hlm 479 ).
 Batu empedu biasanya terbentuk dalam kantung empedu dari konstituen padat empedu dan sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan komposisi. Batu empedu jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi sering terjadi setelah usia 40 tahun, yang mempengaruhi 30% sampai 40% dari populasi pada usia 80 tahun. (Smeltzer, 2007, hlm 1347).
Kolelitiasis merupakan batu saluran empedu, kebanyakan terbentuk di dalam kandung empedu itu sendiri. Unsur pokok utamanya adalah kolesterol dan pigmen, dan sering mengandung campuran komponen empedu. Manifestasi batu empedu timbul bila batu bermigrasi dan menyumbat duktus koledukus. (Ester, 2001, hlm 211).
Batu empedu adalah batu yang berbentuk lingkaran dan oval yang di temukan pada saluran empedu. Batu empedu ini mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat, kalsium bilirubinat atau gabungan dari elemen-elemen tersebut. (Grace, Pierce. dkk, 2006, hlm 121).

2. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari batu empedu menurut Suratun, dkk (2010, hlm. 201) adalah sebagai berikut :
a.    Batu Kolesterol
Biasanya berukuran besar, soliter, berstruktur bulat atau oval, berwarna kuning pucat dan seringkali mengandung kalsium dan pigmen. Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati.
b.    Batu Pigmen
Terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari anion (bilirubinat, karbonat, fosfat, atau asam lemak rantai panjang). Batu-batu ini cenderung berukuran kecil, multipel, dan bewarna hitam kecoklatan. Batu pigmen bewarna coklat berkaitan dengan hemolisis kronis. Batu berwarna coklat berkaitan dengan hemolisis kronis. Batu berwarna coklat berkaitan dengan infeksi empedu kronis (batu semacam ini lebih jarang di jumpai). Batu pigmen akan terbentuk bila pigmen tidak terkonjugasi dalam empedu dan terjadi proses presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis, dan infeksi percabangan bilier.
c.    Batu Campuran
Batu ini merupakan campuran antara batu kolesterol dengan batu pigmen atau dengan substansi lain (kalsium karbonat, fosfat, garam empedu, dan palmitat), dan biasanya berwarna coklat tua.
 
3. Etiologi
Menurut Mansjoer (2006) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Kolelitiasis yaitu: diantara jenis kelamin, umur, berat badan, makanan, faktor genetik, aktifitas fisik dan infeksi. Berikut ini akan dijelaskan tentang faktor-faktor penyebab Kolelitiasis, antara lain:
a. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena Kolelitiasis dibandingkan dengan pria, ini dikarenakan oleh hormon Estrogen berpengaruh terhadap peningkatan ekskresi kolestrol oleh kandung empedu, penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (Estrogen) dapat meningkatkan kolestrol dalam kandung empedu dan penurunan aktifitas pengosongan kandung empedu.
b. Umur
Resiko untuk terkena Kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena Kolelitiasis dibandingkan dengan orang yang usia lebih muda.


c. Berat Badan
Orang dengan berat badan tinggi mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi Kolelitiasis, ini dikarenakan dengan tingginya Body Mass Index (BMI) maka kadar kolestrol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurangi garam empedu serta mengurangi kontraksi atau pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu
e. Faktor Genetik
Orang dengan riwayat keluarga Kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga
f. Aktifitas Fisik
Kekurangan aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya Kolelitiasis, ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
g. Infeksi
Bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu, mucus meningkatkan viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi.

Menurut Mansjoer Arif  (2001, hlm. 510) ”Beberapa faktor resiko terjadinya batu empedu antara lain jenis kelamin, umur, hormon wanita, infeksi (kolesistitis), kegemukan, paritas, serta faktor genetik. Terjadinya batu kolesterol adalah akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol berlebihan hingga kadarnya di atas nilai kritis kelarutan kolesterol dalam empedu”.
Menurut Price, (2005, hlm. 502) “Penyebab batu empedu masih belum di ketahui sepenuhnya, akan tetapi tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu”.
Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu empedu. Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu, atau spasme sfingter Oddi, atau keduanya dapat menyebabkan terjadinya statis. Faktor hormonal (terutama selama kehamilan) dapat di kaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan menyebabkan tingginya insidensi dalam kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus meningkatkan viskositas empedu, dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering timbul sebagai akibat dari terbentuknya batu empedu, di bandingkan sebagai penyebab terbentuknya batu empedu.

4. Tanda dan Gejala
Menurut Price (2005, hlm 503) “Sebanyak 75% orang yang memiliki batu empedu tidak memperlihatkan gejala. Sebagian besar gejala timbul bila batu menyumbat aliran empedu, yang seringkali terjadi karena batu yang kecil melewati ke dalam duktus koledokus”.
Penderita batu empedu sering memiliki gejala kolesistitis akut atau kronis.
a.    Gejala Akut
1)     Nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan atas, nyeri dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan.
2)     Penderita dapat berkeringat banyak atau berjalan mondar-mandir atau berguling ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur.
3)    Nausea dan muntah sering terjadi.
4)    Nyeri dapat berlangsung selama berjam-jam atau dapat kambuh kembali setelah remisi parsial. Bila penyakit mereda, nyeri dapat di temukan di atas kandung empedu.
5)    Ikterus, dapat di jumpai di antara penderita penyakit kandung empedu dengan persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi di bawa ke dalam duodenum akan di serap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa bewarna kuning. Keadaan ini sering di sertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit.
6)    Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine bewarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi di warnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat.
b.    Gejala kronis
Gejala kolelitiasis kronis mirip dengan gejala kolelitiasis akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Pasien sering memiliki riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang berlangsung lama.
Menurut Reeves ( 2001) tanda dan gejala yang biasanya terjadi adalah:
a. Nyeri di daerah epigastrium kuadran kanan atas
b. Pucat biasanya dikarenakan kurangnya fungsi empedu
c. Pusing akibat racun yang tidak dapat diuraikan
d. Demam
e. Urine yang berwarna gelap seperti warna teh
f. Dispepsia yang kadang disertai intoleransi terhadap makanan-makanan berlemak
g. Nausea dan muntah
h. Nyeri hebat yang timbul mendadak pada abdomen bagian atas terutama di tengah epigastrium, nyeri menjalar ke punggung dan bahu kanan
i. Berkeringat banyak dan gelisah
j. Nausea dan muntah-muntah
k. Nyeri ulu hati yang berlangsung lama
5. Patofisiologi
Kolelitiasis merupakan batu saluran empedu, yang unsur pokok utamanya adalah kolesterol dan pigmen, dan sering mengandung campuran komponen empedu. Manifestasi batu empedu timbul bila batu bermigrasi dan menyumbat duktus koledukus. Obstruksi menyebabkan nyeri dan menyumbat ekskresi empedu. Nyeri viseral di perkirakan oleh kontraksi bilier dan di sebut kolik bilier. Nyeri ini tidak seperti kolik, tetapi biasanya di rasakan menetap, sangat sakit atau ada tekanan di epigastrium.
Obstruksi duktus empedu di ikuti oleh kolesistitis akut yang mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iskemia di kandung empedu atau iritasi kimia dari organ yang di sebabkan oleh pemajanan jangka panjang terhadap konsentrat empedu. Infeksi bakteri utama dapat menyebabkan kolesistitis, tetapi sampai dengan 80% kasus, terjadi batu obstruktif dalam saluran empedu.
Kolesistitis akut dapat menyebabkan komplikasi dengan abses dan atau perforasi kandung empedu. Kolesistitis kronis biasanya di hubungkan dengan batu di dalam duktus bilier dan di manifestasikan oleh intoleran terhadap makanan berlemak, mual dan muntah, dan nyeri setelah makan
Patofisiologi Kolelitiasis dimulai dengan adanya gabungan material mirip batu yang terbentuk didalam kandung empedu, pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga stabilitas empedu. Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi (Supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolestrol, kalsium, birirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu kristal yang terbentuk terbak dalam kandung empedu, kemudian lama kelamaan Kristal tersebut bertambah ukuran, ukuran, beragregasi, melebur dan membentuk batu.(Yayan, 2008).
6. Manifestasi Klinis
Kelainan ini frekuensinya meningkat sesuai bertambahnya umur, mungkin tanpa gejala, mungkin pula terdapat gejala-gejala seperti perasaan penuh di epigastrium, nyeri perut kanan atas, atau dapat juga kolik bilier di sertai demam dan ikterus.(Mansjoer, 2000)
7. Komplikasi
Menurut Mansjoer (2000) komplikasi yang ditimbulkan pada Kolelitiasis adalah:
a. Infeksi kandung empedu
b. Obstruksi pada duktus
c. Peritonitis
d. Ruptura dinding kandung empedu
8. Data Penunjang
Menurut Yayan (2008) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien Kolelitiasis, antara lain:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tujuan dari pemeriksaan laboratorium ini adalah untuk menyokong dan menegakkan diagnosis yang ada, batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut dapat terjadi leukosititosis. Apabila terjadi sindrom mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan billirubin serum akibat penatanan duktus koleduktus oleh batu. Kadar billirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koleduktus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilse serum biasanya meningkat sedang setiap kali terjadi serangan akut
b. Pemeriksaan Radiologis
Menurut Yayan (2008) pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan pada pasien Kolelitiasis, antara lain:
1) Foto polos Abdomen
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak, kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos, pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak dikuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, difleksura hepatika.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifitas dan sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatika. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus, dengan USG punctum rasa maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.
3) Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif murah, sederhana dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesitografi oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar birilubin serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu

9. Penatalaksanaan atau pengobatan
Adapun penatalaksanaan dari batu empedu menurut Mansjoer, Arif (2001, hlm 511) adalah sebagai berikut:
a.    Konservatif
1)    Diet rendah lemak
2)    Obat-obat antikolinergik – antispasmodik
3)    Analgesik
4)    Antibiotik, bila di sertai kolesistitis
5)    Asam empedu (asam kenodeoksikolat) 6,75-4,5 g/hari di berikan dalam waktu yang lama, di katakan dapat menghilangkan batu empedu, terutama batu kolesterol. Asam ini mengubah empedu yang mengandung banyak kolesterol (lithogenic bile) menjadi empedu dengan komposisi normal. Dapat juga untuk pencegahan, namun efek toksiknya banyak, kadang-kadang diare.
b.    Kolesistektomi
Dengan kolesistektomi, pasien dapat hidup normal, makan seperti biasa. Umumnya di lakukan pada pasien dengan kolik bilier atau diabetes.
Kolesistektomi terdiri dari eksisi kandung empedu dari dinding hepar posterior dan malignansi duktus sistikus, vena dan arteri. Setelah eksplorasi duktus koledukus, dokter bedah biasanya memasang selang T untuk menjamin drainase empedu adekuat selama penyembuhan duktus.
Keputusan untuk kolesistektomi segera atau di tunda tergantung pada faktor-faktor resiko. Penundaan pembedahan biasanya keputusan yang benar pada klien yang mengalami angina tidak stabil, penyakit arteri karotis signifikan, gagal jantung kongestif, dan sirosis.
Pasien dengan post op kolesistektomi harus selalu di observasi akan adanya tanda-tanda infeksi kebocoran empedu ke dalam rongga peritoneal dan obstruksi drainase bilier. Jika cairan empedu tidak dapat mengalir dengan baik kemungkinan terjadi obstruksi yang memaksa cairan empedu mengalir balik ke dalam hati dan darah, dan dapat terjadinya ikterus, sehingga perawat harus melakukan pengamatan khusus terhadap warna sklera pasien.
Semua pasien dengan drainase bilier, kondisi dan warna feses harus di amati setiap hari dan di catat. Spesimen urine dan feses dapat di kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan pigmen empedu. Dengan cara ini, kita dapat menentukan apakah pigmen empedu sudah menghilang dari dalam darah dan telah mengalir kembali ke dalam duodenum. Pasien dengan kolesistektomi di anjurkan untuk melakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui bagaimana keadaan duktus setelah di lakukan operasi.

C. Asuhan Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Kolelitiasis digunakan pendekatan yang sistematis yaitu dengan pendekatan proses keperawatan. Pendekatan ini digunakan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang klien hadapi baik baik bersifat bio, psiko, sosio kultural dan spiritual (Doenges ,1999)
1. Pengkajian
Pengkajian yang biasa dilakukan adalah:
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan / keletihan
Tanda : Gelisah
b. Istirahat
Tanda : Takikardia, berkeringat
c. Eliminasi
Gejala : perubahan warna urine dan feses
Tanda : Distensi abdomen
- Teraba massa pada kuadran kanan atas
- Urine gelap, pekat
- Feses warna tanah liat
d. Makanan / cairan
Gejala : - Anoreksia, mual / muntah
- Tidak toleran terhadap lemak dan makanan pembentuk gas, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dispepsia
Tanda : - Adanya penurunan berat badan
e. Nyeri
Gejala : - Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan
- Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makanan
- Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 3 menit
Tanda : - Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan, tanda Murphy positif
f. Pernafasan
Tanda : - Peningkatan frekuensi pernapasan
- Pernapasan tertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal
g. Keamanan
Tanda : - Demam, menggigil
- Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (Pruritus)
- Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K)
h. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : - Kecendrungan keluarga untuk terjadi batu empedu
2. Diagnosa dan Perencanaan Tindakan
Menurut Doenges (1999) terdapat lima diagnosa keperawatan untuk penyakir Kolelitiasis yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrosis
Evaluasi : - Melaporkan nyeri hilang / terkontrol
- Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi individual
Intervensi: - Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul)
- Catat respon terhadap obat dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang
- Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman
- Gunakan sprei halus / katun
- Anjurkan menggunakan tehnik relaksasi
- Kontrol suhu lingkungan
- Kolaborasi masukan / pertahankan penghisapan Nasogastrik sesuai indikasi
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui penghisapan gaster berlebihan, muntah distensi dan hipermotilitas gaster
Evaluasi: - Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat
- Tanda-tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
- Pengisian kapiler baik
- Mengeluarkan urin yang cukup dan tidak ada muntah
Intervensi: - Pertahankan masukan dan haluaran akurat
- Awasi tanda atau gejala peningkatan mual, muntah kram abdomen
- Hindarkan dari lingkungan yang berbau
- Lakukan kebersihan oral
- Kaji adanya perdarahan
- Kolaborasi untuk mempertahankan puasa
- Berikan cairan IV, elektrolit dan vitamin K
c. Tidak efektif pola napas berhubungan dengan nyeri, kerusakan otot, penurunan energi atau kelemahan
Evaluasi : - Membuat pola nafas efektif
- Tak ada tanda gangguan atau komplikasi pernapasan
Intervensi : - Observasi frekuensi atau kedalaman pernapasan
- Auskultasi bunyi napas
- bantu pasien untuk membalik, batuk dan napas dalam
- Tinggikan kepala tempat tidur posisi semi fowler rendah
- Kolaborasi bantu pengobatan pernapasan
- Berikan analgesik sebelum pengobatan pernapasan

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan substansi kimia (empedu)
Evaluasi : - Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu tanpa komplikasi
- Menunjukkan prilaku untuk meningkatkan penyembuhan / mencegah kerusakan kulit
Intervensi : - Periksa selang dan drain insisi
- Pertahankan selang T pada sistem penampungan tertutup
- Observasi warna dan karakter drainase
- Observasi adanya cekukan
- Ganti balutan sesering mungkin bila perlu
- Observasi kulit, sklera, urin terhadap perubahan warna
- Catat warna dan konsistensi feses
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, tidak mengenal sumber informasi
Evaluasi : - Mengatakan pemahaman proses penyakit
- Melakukan dengan benar prosedur yang perlu
- Melakukan perubahan pola hidup
Intervensi : - Kaji ulang proses penyakit
- Tunjukkan perawatan insisi
- Anjurkan membuang tampungan drainase
- Tekankan pentingnya mempertahankan diit rendah lemak
- Hindari minum beralkohol
- Anjurkan pasien untuk mencatat dan menghindari makanan berlemak

0 Response to "asuhan keperawatan Kolelitiasis (Batu Empedu)"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...