Latest News

Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Hematologi : Anemia (Pendarahan)

Anemia (Defisiensi Besi, Pernisiosa, Aplastik, Hemolitik)
1. Pengertian
“Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah.” (Doenges E. Marrlyn, 1999:569)
“Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah”. (Price A. Sylvia, 2002:232)
‘Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Penyebab anemia”
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya.
2. Penyebab anemia
Penyebab anemia antara lain sebagai berikut:
a. Anemia pasca perdarahan: akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun: cacingan.
b. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
c. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie, dll. Sedang faktor ekstrasel: intoksikasi, infeksi-malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
d. Anemia aplastik disebakan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).
3. Klasifikasi anemia
a.. Anemia defisiensi besi
Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira-kira 2 mg yang diserap.
b. Anemia pada penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis. Anemia pada penyakit kronik merupakan jenis anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
c. Anemia pernisiosa
Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun.
d. Anemia defisiensi asam folat
Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu dan daun-daun yang hijau. Umumnya berhubungan dengan malnutrisi.

e. Anemia karena perdarahan
Anemia karena perdarahan hebat misalnya kecelakaan, pembedahan, persalinan dan menstruasi.

f. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari), baik sementara atau terus-menerus.
g. Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun (Autoimmune Hemolytic Anemia, AIHA) merupakan kelainan darah yang didapat.
h. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misal berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin, yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam palsma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) maka mengikat semuanya hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
5. Tanda dan Gejala
a. Tanda-tanda umum anemia:
1) Lelah
2) Lemah
3) Kurang tenaga
4) Kepala terasa melayang
5) Pucat pada mukosa faring
6) Susah berkonsentrasi
b. Manifestasi khusus pada anemia:
1) Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
2) Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6 – 10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb< 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat. Anemia aplastik: ikterus, hepatosplenomegali.

6. Penatalaksanaan
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3 x 10 mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb< 5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

C. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ganguan Sistem Hematologi : Anemia (Pendarahan)
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok, dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakitnya. Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan. Selanjutnya, proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan keperawatan kepada klien, keluarga dan komunitas dan merupakan metode yang efisien dalam membuat keputusan klinik serta pemecahan masalah baik aktual maupun potensial dalam mempertahankan kesehatan (Tarwoto, 2004:1).
Adapun tahap-tahap dalam asuhan keperawatan terdiri dari serangkaian dari lima komponen atau tahap, yaitu : pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Kovier, 1991:83).
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya (Doengoes, 2000 : 6).
Adapun pengkajian dasar menurut Doengoes (2000 : 569 – 581) pada klien anemia adalah:
a. Data biografi meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi medik, ruangan dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan yang lalu berupa penyakit dahulu yang berhubungan dengan keluhan sekarang.
c. Riwayat keluhan sekarang meliputi kapan keluhan itu timbul, apakah sudah berobat dan keluhan apa yang dirasakan.
d. Data keluhan fisiologis dasar
1) Aktifitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan
produktivitas, kebutuhan untuk tidur, toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda : takikardi, lesu dan dispnea.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, palpitasi.
Tanda : TD, disritmia, bunyi jantung, ekstremitas dan skelera.
3) Integritas ego
Gejala : keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan misalnya, penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : diare atau konstipasi, penurunan pengeluaran urin,
feses dengan darah segar, flatulen.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan / cairan
Gejala : penurunan masukan diet, nyeri mulut atau lidah, mual
muntah, adanya penurunan berat badan.
Tanda : membran mukosa kering atau pucat, turgor kulit
buruk.
6) Hygiene
Tanda : kurang bertenaga, penampilan tidak rapi.

7) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, insomnia, kelemahan.
Tanda : peka rangsang, mental lambat, oftalmig, epistaksis.
8) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samar, sakit kepala.
9) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, nafas pendek.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
10) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,
riwayat kanker, tidak toleran terhadap dingin / panas,
gangguan penglihatan.
Tanda : demam rendah, petekie dan ekimosis.
11) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, hilang libido, impotent.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutriasi ke sel. Hasil yang diharapkan / evaluasi : menunjukkan perfusi adekuat misalnya TTV stabil, membran mukosa berwarna merah muda, pengisian kapiler baik, pengeluaran urin adekuat.
Intervensi:
1) Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku.
2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
3) Awasi pernafasan, auskultasi bunyi nafas.
4) Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
5) Kaji respon verbal melambat, mudah terangsang, bingung.
6) Orientasikan pasien sesuai kebutuhan.
7) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
8) Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas.
9) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.
10) Berikan SDM darah lengkap.
11) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak keseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan.
Hasil yang diharapkan / evaluasi : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas, menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi misalnya, TD, nadi, pernafasan masih dalam rentang normal.
Intervensi:
1) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas, catat laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan menyelesaikan tugas.
2) Kaji kehilangan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3) Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan sesudah aktivitas.
4) Berikan lingkungan tenang.
5) Ubah posisi pasien dengan perlahan atau pantau terhadap pusing.
6) Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat.
7) Berikan bantuan dalam aktivitas / ambulasi bila perlu.
8) Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien.
9) Gunakan teknik penghematan energi misalnya, mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas.
10) Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan atau pusing terjadi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
Hasil yang diharapkan / evaluasi : menunjukkan peningkatan, tidak mengalami tanda malnutrisi.
Intervensi:
1) Kaji riwayat nutrisi.
2) Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3) Timbang berat badan tiap hari.
4) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering.
5) Observasi dan catat kejadian nual muntah, platus dan gejala lain.
6) Berikan dan bantu hygiene yang baik.
7) Konsul pada ahli gizi.
8) Pantau pemeriksaan laboratorium.
9) Berikan obat sesuai indikasi.
10) Berikan diet halus, rendah serat, hindari makanan panas / pedas atau asam.
11) Berikan suplemen nutrisi.
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist (anemia).
Hasil yang diharapkan / evaluasi : mempertahankan integritas kulit, mengidentifikasi faktor resiko / perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.
Intervensi:
1) Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor.
2) Ubah posisi secara periodik.
3) Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih.
4) Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif.
e. Diare atau konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat.
Hasil yang diharapkan / evaluasi : membuat atau mengembalikan pola normal dari fungsi usus, menunjukkan perubahan perilaku pola hidup yang diperlukan sebagai penyebab.
Intervensi:
1) Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
2) Auskultasi bunyi usus.
3) Awasi masukan dan pengeluaran dengan perhatian usus pada makanan.
4) Dorong masukan cairan 2500 – 3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
5) Hindari makanan yang berbentuk gas.
6) Kaji kondisi kulit perianal dengan sering.
7) Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan tinggi serat.
8) Berikan obat anti diare.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
Hasil yang diharapkan / evaluasi : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah atau menurunkan resiko, meningkatkan penyembuhan luka.
Intervensi:
1) Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien.
2) Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur perawatan luka.
3) Berikan perawatan kulit perianal dan oral dengan cermat.
4) Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering.
5) Tingkatkan masukan cairan adekuat.
6) Pantau atau batasi pengunjung.
7) Pantau suhu.
8) Amati eritema / cairan luka.
9) Ambil spesimen untuk kultur atau sensitifitas sesuai indikasi.
10) Berikan antiseptik topikal, anti biotik sistemik.
g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
Hasil yang diharapkan / evaluasi : menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik, dan rencana pengobatan.
Intervensi:
1) Berikan informasi tentang anemia spesifik.
2) Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.
3) Jelaskan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk anemia.
4) Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan diet khusus.
5) Dorong untuk menghentikan merokok.
6) Instruksikan dan peragakan pemberian mandiri preparat besi oral.

0 Response to "Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Hematologi : Anemia (Pendarahan)"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...