Kalian telah memahami perbedaan dan persamaan antara hikayat dengan
cerpen. Selanjutnya, kalian dapat mengubah hikayat menjadi bentuk cerpen.
Sebelumnya, kalian perlu ingat unsur-unsur pembentuk cerpen.
Perhatikan unsur-unsur pembentuk cerpen berikut dengan saksama!
Cerpen sebagai karya sastra dibentuk oleh unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra, sedangkan
unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur luar yang memengaruhi karya sastra. Unsur
intrinsik cerpen adalah tema, penokohan, plot, sudut pandang, latar, dan gaya
bahasa; unsure ekstrinsik antara lain latar belakang penulis, minat pembaca,
penerbit, dan lain-lain.
a. Tema
Tema adalah gagasan dasar cerita. Gagasan dasar inilah yang kemudian
dijadikan patokan penentuan peristiwa, jalan cerita, pemilihan karakter, dan
unsur-unsur lainnya. Tema suatu cerita baru dapat disimpulkan setelah pembaca
selesai membaca cerita.
b. Penokohan
Penokohan atau perwatakan juga merupakan unsur intrinsic cerpen. Istilah
ini merujuk pada sifat, sikap, atau watak tokoh. Di dalamnya terkandung pula
pengertian siapa tokoh itu, bagaimana wataknya, dan bagaimana penggambarannya
dalam cerita. Karakter tokoh dalam cerita ada yang digambarkan secara langsung,
ada pula secara tidak langsung. Penggambaran secara langsung dilakukan dengan
menyebutkan dalam cerita karakter tokohnya. Perhatikan kutipan berikut:
”... ia sudah lebih dari separuh baya–sudah masuk itungan orang tua, tua
umur–tetapi badannya masih muda rupanya. Bahkan hatinya pun belum sekali-kali
boleh dikatakan tua. ...” (Katak Hendak Jadi Lembu, 1978).
Cara penggambaran tidak langsung antara lain dilakukan dengan teknik
dramatik. Artinya watak itu disimpulkan dari perilakunya dalam cerita. Teknik
yang lain adalah teknik cakapan. Penulis membuat dialog atau percakapan dalam
cerita. Dari caranya bersikap, berpikir, dan berbicara, karakter tokoh bias diperkirakan.
Perhatikan penggalan percakapan berikut.
” Maaf, Tuan, kemarin saya
tidak bisa datang. Anak saya yang kecil sakit panas dan muntah-muntah,” kata
Mas Atmo memelas.
”Sudah dibawa ke dokter, Mo?”
tanya Sugriwa.
”Belum, Pak. Tapi sudah saya
beri obat tradisional,” jawab Mas Atmo tertunduk.
Sugriwa mengeluarkan dompet di
sakunya. Ia ambil dua lembar uang pecahan lima puluh ribuan.
”Begini saja, biar saya nyetir
sendiri saja. Kamu pulang saja, periksakan anakmu ke puskesmas atau ke dokter.
Nih, ambil!” Kata Sugriwa sambil memasukkan uang itu ke saku Atmo.
Penggalan dialog di atas cukup untuk memberikan gambaran siapa tokoh
Atmo dan siapa Sugriwa. Atmo bias diperkirakan sebagai pembantu atau supir,
sedangkan Sugriwa majikannya. Atmo memiliki sifat pemalu, atau setidaknya segan
kepada majikannya. Sugriwa sendiri tampak manusiawi memperlakukan Atmo. Bahkan,
ia bisa disebut dermawan.
c. Latar
Latar atau setting adalah gambaran tempat, waktu, atau budaya
tempat cerita itu terjadi. Dalam cerita, latar berfungsi sebagai pijakan
cerita. Latar ada yang berupa latar fisik dan ada yang berupa latar spiritual.
Latar fisik berupa tempat dan waktu, sedangkan latar spiritual bisa berwujud
adat istiadat.
d. Plot (Jalan Cerita)
Plot atau jalan cerita adalah rangkaian peristiwa yang dirangkai saling
bertautan. Kaitan antarperistiwa tersebut ada yang merupakan hubungan sebab
akibat atau hanya sekadar urutan kronologis. Plot bisa berupa alur maju (sesuai
urutan kronologis), bisa juga alur mundur (flash back). Alur mundur terjadi
ketika peristiwa kembali ke masa lalu. Dalam sebuah cerpen, bisa saja kedua
alur itu digunakan.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam cerpen berarti pusat pengisahan, dalam arti
bagaimana kedudukan narator dalam cerita. Apakah hanya berfungsi sebagai
narator saja atau turut pula menjadi tokoh. Istilah yang digunakan adalah
narator sebagai orang pertama (menjadi tokoh aku) atau menjadi orang ketiga.
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara pengarang mengungkapkan cerita. Ada pengarang
yang bercerita dengan menggunakan kata-kata informal, santai, atau intim. Ada
pula pengarang menggunakan gaya mengejek atau mengkritik.
Berdasarkan ciri-ciri cerpen tersebut, kalian dapat mengubah hikayat
sebagai karya sastra berbentuk prosa menjadi cerpen.
0 Response to "Mengubah Penggalan Hikayat"