Kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang kepada kita tidak dengan serta merta menjadi milik kita seutuhnya. Pada setiap proses pewarisan budaya, orang yang menjadi sasaran pewarisan akan menentukan sikap, menerima atau menolak warisan budaya itu. Bila keputusannya adalah menolak maka budaya yang diwariskan itu tidak akan pernah menjadi milik pribadi yang bersangkutan. Bila keputusannya adalah menerima maka budaya yang diwariskan itu akan menjadi miliknya. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk memastikan budaya yang diwariskan itu menjadi miliknya adalah dengan melakukan internalisasi.
Internalisasi adalah proses mencerna dan meresapkan nilai-nilai budaya ke dalam hati sanubari anggota masyarakat sehingga alam pikiran, sikap dan perilakunya sesuai dengan kebudayaan masyarakatnya. Keberhasilan sosialisasi sangat tergantung pada kesadaran, keinginan dan tekad yang kuat pada diri setiap individu untuk menerima dan mengikuti budaya masyarakatnya, dan pada akhirnya menjadikan budaya masyarakat itu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kepribadiannya.
Seseorang yang sedang melakukan proses internalisasi sangat mungkin mengalami perang batin. Penyebabnya adalah nilai budaya yang ada dinilai sudah usang atau irrasional, tetapi sebagai anggota masyarakat, individu yang bersangkutan diharuskan bersikap konformitas guna mengikuti kelakuan kolektif.
Proses internalisasi berlangsung dengan pelan-pelan, penuh kesabaran, hati-hati dan memerlukan momen-momen yang tepat. Jika prosesnya tergesa-gesa, sembrono dan tidak pada moment yang tepat maka internalisasi akan mengalami kegagalan. Proses internalisasi dapat berlangsung dengan keras, berat dan disiplin hanya pada lembaga-lembaga tertentu, seperti lembaga pendidikan militer, kepolisian dan kedinasan lainnya. Ini juga dilakukan untuk mencapai tujuan maksimal dari sosialisasi.
0 Response to "Internalisasi dalam pewarisan budaya"