Menelaah Karya Sastra Naratif
Cerpen sebagai karya sastra
dibentuk oleh unsur intrinsik dan
unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra, sedangkan unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur luar yang memengaruhi karya sastra.Unsur intrinsik
cerpen adalah tema, penokohan,
plot, sudut pandang, latar, dan gaya bahasa, sedangkan unsur ekstrinsik,
misalnya latar belakang penulis.
1. Tema
Tema adalah gagasan dasar cerita.
Gagasan dasar inilah yang
kemudian
dijadikan patokan penentuan peristiwa, jalan cerita, pemilihan karakter, dan
unsur-unsur lainnya. Tema suatu cerita baru dapat disimpulkan
setelah pembaca selesai membaca cerita.
2. Penokohan
Penokohan atau perwatakan juga
merupakan unsur intrinsik cerpen.
Istilah
ini merujuk pada sifat, sikap, atau watak tokoh. Di dalamnya terkandung pula
pengertian siapa tokoh itu, bagaimana wataknya, dan bagaimana
penggambarannya dalam cerita. Penggambaran karakter tokoh dalam cerita ada
yang digambarkan secara langsung, ada pula secara tidak langsung.
Penggambaran secara langsung dilakukan dengan menyebutkan dalam
cerita karakter tokohnya. Perhatikan kutipan berikut.
”...ia sudah lebih dari separuh
baya-sudah masuk itungan orang tua, tua umur- tetapi badannya masih
muda rupanya. Bahkan,
hatinya pun belum sekali-kali boleh
dikatakan tua. ...” (Katak
Hendak Menjadi Lembu, 1978).
Tokoh ia secara langsung
digambarkan sebagai seorang separuh
baya,
tetapi memiliki badan yang masih terlihat muda begitu juga hati (jiwanya).
Cara penggambaran tidak langsung,
antara lain dilakukan dengan
teknik
dramatik, artinya watak itu disimpulkan dari perilakunya dalam cerita. Teknik
yang lain adalah teknik cakapan. Penulis membuat dialog atau percakapan dalam
cerita. Dari caranya bersikap,
berpikir,
dan berbicara, karakter tokoh bisa diperkirakan. Perhatikan penggalan percakapan
berikut.
”Maaf Tuan, kemarin saya tidak bisa
datang. Anak saya yang
kecil sakit panas dan muntah-muntah,”
kata Mas Atmo memelas.
”Sudah dibawa ke dokter, Mo?” tanya
Sugriwa. ”Belum, Pak. Tapi
sudah saya beri obat tradisional,” jawab
Mas Atmo tertunduk.
Sugriwa mengeluarkan dompet di
sakunya. Ia ambil dua lembar
uang pecahan lima puluh ribuan. ”Begini
saja, biar saya nyetir
sendiri saja. Kamu pulang saja,
periksakan anakmu ke puskesmas atau ke dokter. Nih, ambil!” Kata
Sugriwa sambil memasukkan
uang itu ke saku Atmo.
Penggalan dialog di atas cukup
untuk memberikan gambaran
siapa
tokoh Atmo dan siapa tokoh Sugriwa. Atmo bisa diperkirakan sebagai pembantu atau
supir, sedangkan Sugriwa majikannya. Atmo memiliki sifat pemalu atau setidaknya
segan kepada majikannya.
Sugriwa
sendiri tampak manusiawi memperlakukan Atmo. Bahkan, ia bisa disebut
dermawan.
3. Latar
Latar atau setting adalah
gambaran tempat, waktu, atau budaya
di
mana cerita itu terjadi. Dalam cerita, latar berfungsi sebagai pijakan cerita. Latar ada yang
berupa latar fisik dan ada yang berupa latar sosial. Latar fisik
berupa tempat dan waktu, sedangkan latar sosial bisa berwujud adat
istiadat.
4. Plot (Alur/Jalan Cerita)
Plot atau jalan cerita adalah
rangkaian peristiwa yang dirangkai
saling
bertautan. Kaitan antarperistiwa tersebut ada yang merupakan hubungan sebab akibat
atau hanya sekadar urutan kronologis. Plot bisa berupa alur maju
(sesuai urutan kronologis), dan alur mundur (flash back).
Alur mundur terjadi ketika urutan cerita tidak sesuai urutan waktu, tetapi
kembali ke masa lalu. Dalam sebuah cerpen, bisa saja kedua alur
itu digunakan.
5. Sudut pandang
Sudut pandang dalam cerpen berarti
pusat pengisahan, dalam arti
bagaimana kedudukan narator dalam cerita. Apakah hanya berfungsi sebagai
narator saja atau turut pula menjadi tokoh. Istilah yang digunakan adalah
narator sebagai orang pertama (menjadi tokoh aku) atau menjadi orang
ketiga.
6. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara pengarang
mengungkapkan cerita. Ada
pengarang
yang bercerita dengan menggunakan kata-kata informal, santai, atau intim. Ada
pula pengarang menggunakan gaya mengejek atau mengkritik.
0 Response to "Menelaah Karya Sastra Naratif"