Latest News

Gambaran Beberapa Bahasa Daerah Indonesia


Untuk memperoleh gambaran umum ditinjau terhadap bahasa daerah di Indonesia, berikut ini disajikan gambaran beberapa bahasa daerah Indonesia, yaitu meliputi:
1. Bahasa Jawa
Menurut Zulyani Hidayah (1999), orang Jawa sering menyebut dirinya Wong Jowo atau Tiang Jawa. Jumlah populasinya paling banyak dibandingkan dengan suku-suku bangsa lain, dan wilayah asal serta wilayah persebarannya di seluruh Indonesia juga paling luas. Pada pembicaraan sehari-hari orang Jawa digunakan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu. Menurut Koentjaraningrat (1999), pada waktu mengucapkan bahasa Jawa, seseorang harus memperhatikan dan membeda-bedakan keadaan orang yang diajak berbicara atau yang sedang dibicarakan, berdasarkan usia dan status sosialnya.
Menurut Koentjaraningrat (1999), bila ditinjau dari tingkatannya, bahasa Jawa terdiri dari bahasa Jawa Ngoko dan bahasa Jawa Krama. Bahasa Jawa Ngoko dipakai untuk orang yang sudah dikenal akrab, dan terhadap orang yang lebih muda usianya serta lebih rendah derajat atau status sosialnya. Bahasa Jawa Krama dipergunakan untuk bicara dengan orang yang belum dikenal akrab, tetapi yang sebaya dalam umur maupun derajat, dan juga terhadap orang yang lebih tinggi umur serta status sosialnya. Dari kedua macam derajat bahasa ini, timbul berbagai variasi dan kombinasi dalam bahasa Jawa, yang terletak di antara bahasa Jawa Ngoko dan Bahasa Krama, yaitu bahasa Jawa Madya Ngoko, bahasa Jawa Madya antara dan Bahasa Jawa Madya Krama. Jenis lainnya dari bahasa Jawa adalah bahasa Krama Inggil, terdiri dari 300 kata-kata yang dipakai untuk menyebut nama-nama anggota badan, aktivitas, benda milik, sifat-sifat dan emosi-emosi dari orang-orang yang lebih tua umur atau lebih tinggi derajat sosial. Jenis lainnya lagi adalah Kedaton (atau bahasa Bagongan) yang khusus dipergunakan di kalangan istana. Jenis lainnya adalah bahasa Jawa Krama Desa atau bahasa orang-orang di desa-desa. Akhirnya bahasa Jawa Kasar yakni salah satu macam bahasa daerah yang diucapkan oleh orang-orang yang sedang dalam keadaan marah atau mengumpat seseorang.

2. Bahasa Bali
Suku bangsa Bali atau Bali Hindu mendiami Pulau Bali yang sekarang menjadi sebuah propinsi dengan delapan buah kabupaten. Pulau yang terdiri dari dataran rendah dikelilingi bagian pesisir dan daerah perbukitan serta pengunungan di bagian Tengah. Suku bangsa Bali menggunakan bahasa Bali dalam percakapan sehari-hari. Bahasa Bali terdiri dari beberapa dialek, yaitu dialek Buleleng, Karangasem, Klungkung, Bangli, Gianyar, Badung, Tabanan dan Jembrana. (Zulyani Hidayah, 1999).
Peninggalan-peninggalan prasasti dari zaman Bali–Hindu menunjukkan adanya suatu bahasa Bali Kuno yang agak berbeda dengan bahasa Bali sekarang. Bahasa Bali kuno di samping mengandung banyak kata-kata sansekerta, pada masanya terpengaruh oleh bahasa Jawa Kuno dari zaman Majapahit, ialah zaman di mana pengaruh Jawa besar sekali kepada kebudayaan Bali. Bahasa Bali mengenal apa yang disebut “Perbendaharaan kata-kata hormat”, walaupun tidak sebanyak seperti di dalam bahasa Jawa. Bahasa hormat (basa alus) yang dipakai kalau berbicara dengan orang-orang tua atau tinggi, telah mengalami beberapa perubahan akibat pengaruh modernisasi dan cita-cita demokrasi akhir-akhir ini (Koentjaraningrat, 1999).

3. Bahasa Minangkabau
Daerah asal dari kebudayaan Minangkabau kira-kira seluas daerah propinsi Sumatera Barat sekarang ini, dengan dikurangi daerah kepulauan Mentawai. Umumnya orang Minangkabau mencoba menghubungkan keturunan mereka dengan suatu tempat tertentu, yaitu Par(h)iangan, Padang Panjang. Mereka beranggapan bahwa nenek moyang mereka berpindah dari tempat itu dan kemudian menyebar ke daerah penyebaran yang ada sekarang (Koentjaraningrat, 1999).
Bahasa sehari-hari Mingkabau adalah bahasa Minangkabau. Bahasa Minangkabau termasuk ke dalam rumpun bahasa Melayu Austronesia dengan aturan tata bahasa yang amat dekat dengan bahasa Indonesia, karena itu dekat pula dengan bahasa Melayu Lama yang mendasari bahasa Indonesia. Kata-kata Indonesia dalam bahasa Minangkabau hanya mengalami sedikit perubahan bunyi, seperti tiga menjadi tigo, lurus menjadi luruih, bulat menjadi bulek, empat menjadi ampek, dan sebagainya (Zulyani Hidayah, 1999).

4. Bahasa Bugis
Kebudayaan Bugis adalah kebudayaan dari suku bangsa Bugis – Makasar yang mendiami bagian terbesar dari Jazirah selatan dari Pulau Sulawesi. Jazirah itu merupakan suatu propinsi, yaitu propinsi Sulawesi Selatan. Penduduk Propinsi Sulawesi Selatan terdiri dari empat suku bangsa ialah Bugis, Makasar, Toraja dan Mandar. Percakapan sehari-hari orang Bugis menggunakan bahasa Ugi (Koentjaraningrat, 1999).
Orang Bugis sering juga disebut orang Ugi. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Ugi atau bahasa Bugi. Menurut ahli etnolinguistik klasik, Esser, Bahasa Bugis sekelompok dengan bahasa-bahasa orang Lawu, Sa’dan, Mandar, Pitu Ulunna Sallu, Makasar dan Seko. Bahasa Bugis terdiri pula atas beberapa dialek, seperti dialek Bone, Soppeng, Luwuk, Wajo, Bulukumba, Sidenreng, Pare-Pare dan lain-lain. Sejak berabad-abad yang lalu orang Bugis telah mengenal tulisan sendiri yang disebut aksara lontarak, yaitu aksara tradisional yang mungkin berasal dari huruf sansekerta yang ditulis di atas daun lontar (daun sejenis palem) (Zulyani Hidayah, 1999).

5. Bahasa Melayu
Bahasa Melayu dapat ditemukan di Jambi, Langkat dan Riau. Masyarakat Jambi menggunakan bahasa Melayu Jambi. Masyarakat Langkat menggunakan bahasa Melayu Langkat dan bahasa Melayu Riau menggunakan bahasa Melayu Riau. Menurut Zulyani Hidayah (1999), Bahasa Melayu yang dipakai di Jambi sangat dekat dengan bahasa Indonesia. Bedanya hanya sedikit, misalnya kata-kata yang berakhiran A dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Melayu Jambi menjadi O, seperti duga menjadi dugo, mata menjadi mato, kemana menjadi kemano, permata menjadi permato, dan seterusnya.
Orang Melayu Langkat mendiami daerah sepanjang pesisir timur pulau Sumatera, mulai dari daerah Langkat di utara sampai ke Labuhan Batu di selatan. Bahasa mereka adalah bahasa Melayu seperti umumnya dikenal orang di sekitar pantai timur Sumatera dan semenanjung Malaysia. Orang Melayu langkat menggunakan bahasa Melayu dialek langkat yang dicirikan dengan pemakaian huruf E pada akhir kalimat. Selain itu, irama (nada) dalam cara berbicaranya juga memiliki ciri khas yang berbeda dengan bahasa Melayu yang digunakan di daerah lain (Zulyani Hidayah, 1999).
Suku bangsa Melayu di Riau adalah salah satu keturunan para migran dari daratan Asia bagian tengah. Mereka juga menggunakan bahasa Melayu yang disebut dengan bahasa Melayu Raiu. Bahasa Melayu ini tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia sekarang, malah dianggap sebagai salah satu dasar bahasa Indonesia. Bahasa Melayu Riau disebut juga Bahasa Melayu Tinggi, karena awalnya digunakan sebagai bahasa sastra oleh masyarakat Indonesia pada akhir abad yang lalu. Sebelum mengenal tulisan Latin, masyarakat Melayu Riau menuliskan gagasan mereka dalam tulisan arab – melayu atau arab gundul (Zulyani Hidayah, 1999).

0 Response to "Gambaran Beberapa Bahasa Daerah Indonesia"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...