Latest News

Asuhan Keperawatan keluarga pada anak usia sekolah dan remaja


A.    Konsep Anak Masa Sekolah.
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikabarkan sebagai potret atau gambaran dari tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulangi setelah usia bertambah (Suprajitno. 2004).
Menurut UU No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 , tetapi berumur 18 tahun, seperti yang ditulis Hurlock (1980) masa dewasa ini dimulai umur 18 tahun (Suprajitno. 2004)
1.      Pengertian anak masa sekolah.
Menurut Suprajitno anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanaksejak usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas 1, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan menyesuaikan sosial anak.
Menurut Erickson, usia sekolah dimulai pada umur 6-12 tahun adalah tahap industri Vs. inferiority. Anak siap menjadi pekerja dan ingin dilibatkan dalam aktifitas , bila diberi tugas akan dikerjakan sampai selesai. Sudah ingin menghasilkan sesuatu , mulai belajar aturan - aturan dan kompetisi melalui proses pendidikan belajar dan berhubungan dengan orang lain. Jika harapan anak terlalu tinggi dan tidak mampu memenuhi standart maka anak menjadi inferiority, kurang percaya diri , gangguan prestasi dan takut kompetisi.
Menurut Jean Peuget, anak sekolah usia 7-11 tahun merupakan tahap konkrit operasional. Pada fase ini anak sudah mulai berpikir lebih logis dan terarah,dapat memilih , menggolongkan , mengorganisasikan fakta, disamping itu mampu berpikir dari sudut pandang orang lain. Pada fase ini pula anak dapat mengetahui konsep guru, tetapi belum dapat berpikir hal - hal yang abstrak. Anak telah dapat mengatasi persoalan dengan konkrit dan sistematis menurut persepsinya.


2.      Perkembangan Usia Sekolah
a.      Perkembangan fisik.
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja, meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti (Suprajitno. 2004).
b.      Perkembangan Kognitif.
Seiring dengan masuknya anak kesekolah dasar, kemapuan kognitifnya urut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya piker anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Menurut teori piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit.dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya.
c.       Perkembangan moral.
Masa akhir kanan-kanak, perkembangan moralnya dikategorikan oleh Kohlberg berada pada tahap konvensional. Pada tahap ini, anak mulai belajar tentang peraturan-peraturan yang berlaku, menerima peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai denagan aturan yang diterimanya. Anak mencoba bersikap konsekuen. Orang tua perlu memberikan suatu imbalan atau hukuman terhadap perilaku anak.
d.      Perkembangan spiritual.
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah kongkrit atau nyata dari pada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik terhadap syurga dan neraka sehingga cenderung melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk neraka. Anak mulai belajar tentang alam nyata dan sulit memahami simbol-simbol supranatural sehingga konsep-konsep religius perlu disajikan secara kongkret atau nyata dan coba menghubungkan fenomena yang terjadi dengan logika.
e.       Perkembangan Bahasa
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari berbagai pelajaran sekolah, bacaan pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena selama mencari pengalaman anak telah mendengar pengucapan yang benar sehingga mampu mengucapkan dengann benar. Pembentukan kalimatnya teratur dan tidak terpotong-potong setelah usia 9 tahun. Untuk meningkatkan penrngertian terhadap bahasa, anak perlu diberi kesempatan mendengarkan radio dan menonton televisi untuk meningkatkan konsentrasi dan pengertian. Juga perlu dilibatkan dalam pembicaraan sosial sehingga ego sentris sedikit hilang. Pembicaraan yang dilakukan dalam tahap ini lebih terkendali dan terseleksi, karena anak menggunakan pembicaraan sebagai alat komunikasi.
f.       Perkembangan sosial.
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok. Wujud dari aktivitas ini banyak orang menyebut sebagai geng anak, tetapi berbeda tujuannya dengan geng remaja. Tujuan dari geng anak-anak diantaranya memperoleh kesenangan dengan bermain.
g.      Perkembangan seksual.
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-teman terlebih dari guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian, dan bahkan gerak-gerik sesuai dengan seksnya. Kecendrungan pada usia ini, anak mengembangkan minat sesuai dengan dirinya. Di sini, peran orang tua sangat penting untuk mempersiapkan anak menjelang peberitas.

3.      Manfaat Bermain pada Anak Sekolah
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis karena selama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan sosial sehingga memungkinkannya untuk menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak (Suprajitno. 2004).
Bentuk bermain yang diminati anak usia dini :
a.       Bermain konstruktif : membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa memikirkan manfaatnaya, seperti menggambar, melukis, dan membentuk sesuatu.
b.      Menjelajah. Ingin bermain jauh dari lingkunga rumah.
c.       Mengumpulkan :.benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa benda ke rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya di dalam laci
d.      Permainan dab olah raga : cenderung ingin memainkan permainan anak besar (bermain bola dan basket ) dan senang pada permainan yang bersaing.
e.       Hiburan : anak ingin meluangkan waktu untuk membaca, mendengar radio, menonton.

4.      Tugas perkembangan keluarga terhadap anak masa sekolah.
Keluarga dengan anak usia sekolah merupakan salah satu tahap yang mesti dilalui dan merupakan masa-masa yang sibuk bagi orang tuanya dan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh anak-anaknya (Suprajitno. 2004).
Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga adalah :
a.       Mensosialisasikan anaknya dalam lingkungannya, termasuk keberhasilan  dalam belajar dan kebutuhan.
b.      Berkelompok dengan teman sebayanya
c.       Dan memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarganya.


5.      Masalah Anak Usia Sekolah
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya firik dan psikologis (Suprajitno. 2004).
a.       Bahaya fisik
1)      Penyakit.
penyakit yang sering adalah yang berkaitan dengan kebersihan diri anak
2)      Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan keterampilan tertentu.
b.      Bahaya Psikologis
1)      Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-temannya sebayanya maupun orang dewasa, bila ia masih menunjukan pola-pola ekspresi emosi yang kurang menyenangkan, seperti marah yang berlebih, cemburu yang berlebih sehingga tidak disenangi orang lain.
2)      Bahaya moral
Ada enam  bahaya moral yang umumnya dikaitkan dengan sikap moral dan prilaku anak antara lain :
a)      Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau media masa tentang benar dan salah yang sesuai dengan kode orang dewasa
b)      Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam terhadap prilaku
c)      Disiplin yang tidak konsisten membuat anak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan.
d)     Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
e)      Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga perilaku menjadi kebiasaan.
f)       Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain salah



3)      Bahaya dalam perkembangan kepribadian.
Ada dua bahaya yang serius dalam perkembangan kribadian dalam periode ini. Pertama, perkembangan konsep diri yang buruk yang mengakibatkan penolakan diri, dan kedua, egosentrisme yang merupakan lanjutan dari wal masa kanak-kanak.

  1. Konsep Masa Remaja.
1.      Pengertian masa remaja.
Masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis dan psikososial. Remaja dimulai pada umur 12-18 tahun dimana para remaja akan mengalami puberitas. Masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya (Samsunuwiyati Mar’at,2005).
Remaja mulai menyampaikan kebebasanya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya. Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dari pada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir (Samsunuwiyati Mar’at,2005).
Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua (Samsunuwiyati Mar’at,2005).
   
2.      Kehidupan seksual remaja
Seksualitas berkaitan dengan anatomi seksual (organ-organ tubuh), fungsi hormon seksual, dan perilaku seksual dalam kehidupan sosial. Resiko perilaku seksual pada remaja terjadi pada remaja yang tidak mampu mengendalikan diri, sehingga terlibat dalam kehidupan seksual secara bebas (di luar aturan norma sosial) (Samsunuwiyati Mar’at,2005),

3.      Tugas perkembangan Remaja.
Tugas perkembangan ada dalam setiap tahap kehidupan. Tidak hanya untuk remaja namun dari kanak-kanak hingga dewasa lanjut.Setiap tahap kehidupan memang telah memiliki tugas perkembangannya masing-masing.
Tugas perkembangan remaja perlu diketahui para remaja agar dapat dijadikan acuan bagi masa berikutnya yaitu masa dewasa dan perlu diketahui pula oleh para orangtua dan guru agar dapat membimbing putra-putri/murid-muridnya untuk dapat melewati masa-masa “penuh badai” tersebut dengan baik.
Adapun tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
a.       Menerima kondisi fisik dan menggunakan tubuh secara efektif.
Artinya seorang remaja bisa belajar menerima diri sendiri, bentuk tubuh, bentuk wajah. Menggunakan tubuh secara efektif berarti juga harus bisa merawat dan menjaganya. Tidak melakukan perbuatan yang belum waktunya dilakukan seperti hubungan intim sebelum menikah. remaja bisa terkena infeksi menular seksual atau terjadilah kehamilan yang tidak diinginkan. Selain itu, dampak psikologis yang ditimbulkan tidaklah sebentar, melainkan berkepanjangan.
b.      Dapat menjalin hubungan yang baru dan lebih matang baik dengan teman sejenis atau lawan jenis.
Remaja diharapkan sudah mampu untuk menerima pertemanan atau persahabatan tidak hanya dari teman putra atau putri saja, tapi dari keduanya. Selain itu, kremaja diharapkan mampu untuk menjaga dan memelihara hubungan yang sudah terjalin dengan baik. Dengan kata lain, bila terjadi konflik atau masalah dalam hubungan yang sudah terjalin, maka mereka dapat menyelesaikannya dengan cara yang matang. Tidak dengan cara-cara agresif atau sebaliknya malah menjadi pasif, tapi menyelesaikan segala masalah dengan cara asertif dan berusaha mencari penyelesaian yang dapat menguntungkan semua pihak.
c.       Dapat menerima peran jenis kelamin.
Belajar menerima peran jenis kelamin artinya, belajar untuk menerima diri sebagai seorang perempuan atau laki-laki sesuai dengan jenis kelaminnya.
d.      Mencapai kemandirian secara emosional, baik terhadap orangtua maupun terhadap orang dewasa lainnya.
Contoh dari mencapai kemandirian secara emosional antara lain, belajar menghargai perbedaan yang ada, seperti perbedaan pendapat serta mampu mengenali emosi dan menempatkannya secara tepat. alah yang ada tanpa perlu terlalu banyak bergantung pada orangtua.
e.       Mempersiapkan karir dan kemandirian ekonomi.
Sebagian besar dari remaja ketika ditanya tentang karir jawabannya banyak banget sampai keliatan kalau sebenarnya mereka masih bingung. Agar mereka tidak bingung dan semakin mantap menentukan bidang apa yang nanti akan ditekuni, sebaiknya orangtua atau guru membantu mereka untuk mempersiapkan diri dari sekarang.
Cara mempersiapkannya dapat dilakukan dengan mengenali bakat, kemampuan dan minat yang dimiliki. Jika perlu lakukan konsultasi pada ahlinya, yaitu psikolog untuk mengetahui minat, bakat, dan kemampuan diri .
f.       Mengembangkan keahlian intelektual dalam hidup bermasyarakat.
Dalam mengembangkan keahlian intelektual di masyarakat remaja diharapkan mampu mengembangkan keahlian yang dimiliki untuk mempersiapkan masa depan. Misalnya kalau ingin menjadi seorang dokter, mereka dapat memilih kuliah di fakultas kedokteran dan mengembangkan keahlian itu tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk bakti pada masyarakat dan mengabdi pada Tuhan.
g.      Memiliki nilai-nilai yang digunakan sebagai pedoman hidup.
Remaja diharapkan sudah memiliki nilai-nilai yang akan digunakan dalam kehidupan. Misalnya, tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, tidak memakai obat-obat terlarang. Tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan orang lain, atau melakukan perusakan lingkungan serta menanamkan rasa kasih sayang terhadap semua makhluk.
Berhasil atau tidaknya seorang remaja menjalani tugas perkembangan selain tergantung pada diri remaja itu sendiri,juga perlu didukung oleh orangtua dan guru sebagai pembimbing mereka.

4.      Tugas perkembangan keluarga terhadap anak masa remaja.
Keluarga dengan anak usia remaja merupakan salah satu tahap yang mesti dilalui, orang tua harus lebih memberikan pengawasan dan nasehat agar remaja tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak di inginkan. Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga adalah :
a.       Memantau perkembangan kedewasaan remaja terutama pada masa peberitas.
b.      Memberikan penjelasan akan peran dan tugas seorang remaja yang baru masuk ke masa peberitas.
c.       Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
d.      Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
e.       Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
f.       Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

C.    Peran perawat pada Asuhan Keperawatan keluarga pada anak sekolah dan remaja
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai pendidik (educator)
Pendidik membantu perubahan perilaku dalam suatu keluarga, mulai dari perilaku yang tidak sehat menjadi prilaku yang sehat. Perawat sebagai pendidik agar mengadakan perubahan pola berfikir ,tingkah laku klien,  keluarga dan masyarakat.
2.      Sebagai penesehat (Counselor)
Dengan kemampuan berkomunikasi terapeutik maka perawat memiliki peran membantu memecahkan masalah dalam keluarga.
3.      Sebagai innovator
Peran perawat sebagai pembaharu karena perawat memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap lingkungan keluarga.
4.      Sebagai pembela (advocate)
Perlindungan terhadap hak-hak keamanan dalam pelayanan kesehatan, perawat berperan untuk membela hak-hak suatu keluarga sehingga lebih mempermudah keluarga dalam mencapai kesehatan.

Peran perawat tersebut diharapkan dapat memberikan kemandirian dalam suatu keluarga sehingga bertujuan agar fungsi keluarga berjalan dengan baik.
1.      Keluarga dapat mengetahui jenis penyakit yang mengganggu kesehatan
2.      Kelarga dapat membuat keputusan tindakan kesehatan
3.      Keluarga dapat merawat anggota keluarga yang sakit.
4.      Keluarga dapat mempertahankan struktur atau lingkungan yang sehat.
5.      Keluarga senantiasa memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat.
Dengan kelima fungsi keluarga tersebut berjalan dengan baik maka status kesehatan keluaga tersebut dapat ditingkatkan.

D.    Asuhan Keperawatan keluarga Dengan Anak Usia Sekolah dan Remaja
1.      Pengkajian
Dalam tahap pengkajian, data yang perlu diperoleh oleh perawat yaitu data yang berhubungan dengan keluarga dan anak (Suprajitno. 2004).


a.      Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga.
1)      Identitas ; nama KK, alamat, komposisi  keluarga (nama, seks, hubungan keluarga, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, dan pekerjaan), tipe keluarga, suku/budaya, agama, status sosial, aktivitas keluarga.
2)      Riwayat dan tahap perkembangan keluarga ; tahap perkembangan keluarga saat ini, tugas perkembangan yang sudah pernah dilakukan, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga suami istri.
3)      Lingkungan ; karakteristik rumah, karakteristik lingkungan, mobilitas keluarga, hubungan keluarga dengan lingkungan, sistem sosial yang mendukung.
4)      Struktur keluarga : pola komunikasi, pengambilan keputusan, peran anggota keluarga, bilai-nilai yang berlaku di keluarga.
5)      Fungsi keluarga.
6)      Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga.

b.      Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
1)      Identitas anak.
2)      Riwayat kehamilan sampai kelahiran.
3)      Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
4)      Kebiasaan saat ini (pola prilaku dan kegiatan sehari-hari)
5)      Pertumbuhan dan perkembangan saat ini.
6)      Pemeriksaan fisik

c.       Pengkajian yang berhubungan dengan anak pada masa Remaja
Pengkajian yang dapat dilakukan pada remaja adalah sebagai berikut.
1)      Data biografis
2)      Alasan kunjungan (keluhan utama)
3)      status kesehatan saat ini
4)      Data kesehatan saat ini
5)      Status kesehatan sebelumnya
6)      Riwayat  keluarga
7)      Tinjauan ulang system fisiologis
8)      Riwayat psikososial
9)      Pola seksualitas dan reproduksi
10)  Pola peran dan hubungan
11)  Pola nilai dan kenyakinan
12)  Penampilan umum
13)  Perilaku selama wawancara
14)  Pola komunikasi & Pola asuh orang tua
15)  Kemampuan interaksi

d.      Diagnosis dan diagnosis keperawatan keluarga pada anak sekolah dan remaja.
Diagnosis yang dapat terjadi pada anak sekolah menurut Suprajitno tahun 2004 adalah sebagai berikut :
1)      Diagnosa pada anak sekolah.
Setelah pengkajian, perawat pengklarifikasikan data untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Masalah atau diagnosa yang muncul pada anak sekolah adalah :
a)      Gangguan pemenuhan nutrisi; lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh.
b)      Menarik diri dari lingkungan sosial
c)      Ketidak berdayaan mengerjakan tugas sekolah
d)     Menurunnya  atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah
e)      Berontak atau menentang terhadap peraturan keluarga.
f)       Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
g)      Gangguan pemenuhan kebersihan diri
h)      Nyeri (akut atau kronis)
i)        Trauma atau cedera pada sistem integumen dan gerak.
2)      Diagnosa pada Remaja
a)      Koping individu tidak efektif
b)      Perilaku destruktif
c)      Depresi
d)     Nutrisi kurang/lebih
e)      Resiko terjadi cedera
f)       Resiko terjadi penyimpangan seksual
g)      Kurang perawatan diri
h)      Distress spritual
i)        Resiko penyalahgunaan obat
j)        Potensial peningkatan kebugaran fisik
k)      Potensial peningkatan aktualitasi diri.
l)        Konflik keluarga
m)    Gangguan citra tubuh

e.       Diagnosa dan intervensi keperawatan
1)      Diagnosa dan intervensi pada anak sekolah
Gangguan gambaran diri pada anak A yang berhubungan dengan persepsi yang keliru terhadap diri sendiri (Suprajitno. 2004)
Intervensi :
a)      Beri kesempatan anak menyatakan perasaan tentang dirinya dan reaksi orang lain
b)      Beri penjelasan tentang pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak sesuai usianya
c)      Anjurkan anak untuk membaca buku yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak sesuai usianya
d)     Libatkan anak untuk menyelesaikan masalah
e)      Beri dukungan terhadap keadaan diri anak

3. Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakit berat. (Suprajitno. 2004)
Intervensi :
a)      Diskusi tentang tugas keluarga
b)      Diskusi bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota keluarga sakit
c)      Kaji sumber dukungan yang ada disekitar keluarga
d)     Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya pertolongan yang telah dilakukan
e)      Ajarkan cara meerawat anak dirumah



2)      Diagnosa dan intervensi pada Remaja
Resiko Tinggi Konflik keluarga (hubungan keluarga tidak harmonis) berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal masalah yang terjadi pada remaja
Intervensi :
a)      Diskusikan faktor penyebab
b)      Diskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
c)      Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja remaja
d)     Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
e)      Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
f)       Berikan pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membuat alternatif

0 Response to "Asuhan Keperawatan keluarga pada anak usia sekolah dan remaja"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Klik salah satu Link di Bawah ini, untuk menutup BANNER ini...