Organ reproduksi manusia terbentuk sejak embrio yaitu pada usia kehamilan 6 minggu, maka sejak dini jenis kelamin sudah dapat ditentukan.Anatomi fisiologi alat reproduksi perlu diketahui oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang obstetri.
Organ-organ yang membentuk alat reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Genetalia Eksterna ( Alat kelamin luar)
Merupakan organ atau alat kelamin yang dapat dilihat dari luar, bila wanita dalam posisi lithotomi.
Organ-organ ini terletak diantara os pubis, ramus inferior dan perineum. Yang termasuk genetalia eksterna adalah :
a. Mons Veneris
Adalah bagian yang menonjol dibagian simpisis pubis dan terdiri dari jaringan lemak Seterlah pubertas mons veneris ditumbuhi rambut.Fungsi dari rambut pubis ini selain dari estetika juga dapat merupakan pencegahan terhadap infeksi secara tidak langsung.
b. Labia Mayora
Terdiri dari bagian kiri dan kanan, berbentuk lonjong mengecil kebawah dan belakang.Bertemunya kedua labia mayora membentuk komisura posterior.
c. Labia Minora
Merupakan suatu lapisan tipis dari kulit sebelah dalam labiamayora.Kedua lipatan tersebut kiri dan kanan bertemu diatas preputium klitoridis dan dibawah klitoris.
d. Klitoris (Klentit)
Merupakan suatu organ yang kecil terletak diatas labia minora.Ukurannya kira-kira sebesar kacang hijau sampai sebesar cabe rawit.
e. Vestibulum
Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh klitoris dan dorsal oleh fourchet.
f. Hymen ( Selaput dara)
Merupakan batas antara genitalia eksterna dan interna, hymen berupa selaput yang menutupi introitus vagin, biasanya hymen berlubang dengan bentuk berbeda-beda dari yang semilunaris( bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang.
g. Perineum
Terletak diantara vulva dan anus, panjang sekitas 4 cm.Perineum mempunyai susunan otot dan susuna syaraf serta pembuluh darah yang komplek.
2. Genetalia Internal
Merupakan organ atau alat kelamin yang tidak dapat dilihat dari luar, terletak disebelah dalam dan hanya dapat dilihat dengan alat khusus atau dengan pembedahan.
Yang termasuk genetalia internal adalah :
a. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka
belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dinding 1,25 cm.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus dan serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian proksimal dari uterus, disini kedua tuba falopii masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar, pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis servisis uteri dan pars supravaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis.
Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan:
1) Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam
2) Miometrium, lapisan tebal otot polos
3) Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar. Endometrium terdiri atas sel epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkelok.
Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi. Dalam masa haid endometrium sebagian besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa sekretorik. Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting pada persalinan karena sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan menjepit pembuluh darah. Uterus ini sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik
b. Tuba falopi
Tuba falopii terdiri atas :
1) Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2) Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3) Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
4) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbrae.
c. Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian disalurkan ke dalam tuba. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut.
d. Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang sekitar 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf.
B. Fisiologi Persalinan
Peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan menurut Dr. H. Junizaf:
1. Pembuahan / fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih / spermatozoa pria.
2. Pembelahan sel (zigot).hasil pembuahan tersebut.
3. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal : implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri).
4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot – embrio – janin menjadi bakal individu baru.
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon : estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin dsb. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.
Terjadi perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi dan organ-organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan hormonal tersebut.
C. Kala persalinan
Pembentukan tonjolan ketuban atau bag of forewater (cairan amnion / ketuban yang terperangkap dalam serviksdi depan presenting part) dapat diraba oleh pemeriksa melalui pemeriksaan per vaginaan. Tonjolan ini terasa tegang pada saat his dan dapat mengalami ruptur. Ruptur selaput amnion dapat terjadi setiap saat dalam proses persalinan, tetapi biasanya terjadi pada akhir kala satu persalinan. Ruptura amnion juga dapat terjadi sebelum persalinan dimulai sehingga peristiwa ini tidak bisa dianggap secara kaku sebagai tanda dimulainnya persalinan. Jika cairan amnion sudah di temukan sebelum atau sesudah persalinan dimulai sementara engagement kepala dalam panggul belum bisa di pastikan, pemeriksaan per vaginaan harus dilakukan oleh dokter atau bidan untuk mengetahui apakah terjadi prolapsus funikuli.
1. Kala satu
Durasi rata – rata kala satu persalinan adalah 10 – 12 jam pada primigravida dan sekitar 4 – 6 jam pada multipara. Kontraksi dan retraksi otot – otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran kavum uteri dengan pemendekan serta penebalan segmen atas uterus dan pemanjangan serta penipisan segmen bawah uterus. Dengan demikian:
a. Serviks akan tertarik ke atas – mengalami effacement
b. Kepala janin mulai bergerak turun ke dalam panggul
c. Selaput amnion (yang tidak elastis) akan terlepas dari segmen bawah uterus yang teregang
d. Tonjolan ketuban terbentuk di depan kepala janin.
e. Serviks secara berngsur – angsur berdilatasi terjadi secara bersamaan / stimulan pada multipara dengan penarikan segmen bawah uterus ke atas dan penekanan tonjolan ketuban atau kepala janin ke bawah.
Pada akhir kala satu:
a. Serviks mengalami dilatasi penuh
b. Uterus, serviks dan vagina membentuk satu saluran yang kontinu
c. Selaput amnion mengalami ruptur
d. Kontraksi uterus yang kuat akan terjadi, dan biasanya kontraksi terjadi setiap 2 hingga 3 menit sekali yang lamanya antara 50 – 60 detik untuk setiap kontraksi.
e. Kepala janin akan bergerak turun kedalam pelvis
2. Kala dua
Kala dua persalinan berlangsung selama rata – rata ¾ hingga 1 jam pada primigravida dan selama sekitar 15 – 30 menit pada multipara. Transisi dari kala satu ke kala dua kerapkali terjadi dengan sangat cepat pada multipara. Pelintasan janin lewat vagina untuk dilahirkan tercapai melalui:
a. Kontraksi uterus yang kuat, lama tetapi mungkin kurang frekuen dalam retraksi uterus
b. Penggunaan tenaga sekunder – otot abdomen dan diafragma-untuk membantu mendorong janin bergerak turun dalam jalan lahir
c. Pergeseran otot panggul dengan gerakan maju kepala janin
d. Dilatasi vagina yang cukup luas (keadaan ini dipersiapkan oleh hormon progesteron)
e. Penipisan dan pemanjangan perinium (yang menjadi datar karena gerakan maju kepala janin)
f. Penonjolan vulva dan dilatasi orifisiumnya oleh kepala janin yang muncul.
Semua keadan ini mencapai puncaknya dengan kelahiran bayi
3. Kala tiga
Setelah bayi dilahirkan, ukuran uterus mengalami penggurangan yang cukup besar. Sesudah beberapa saat, uterus akan menyesuaikan dengan keadaan tanpa janin, ekmudian menggalami prose kontraksi dan retraksi. Karena bukan jaringan otot (sehingga tdak dapat berkontraksi bersama uterus, plasenta akan mulai terangkat dari dinding uterus. Kalau hal ini terjadi, pembuluh darah besar yang ada dalam uterus dibelakang plasenta akan berdarah dan darah yang keluar akan mengisi ruang retroplasenta. Kalau ruang ini sudah terisi oleh darah akan membeku.
Kontraksi uterus lebih lanjut menyebabkan pelepasan plasenta dan perdarahan retroplasental yang berikutnya sampai seluruh plasenta benar-benar terlepas serta bergerak turun dan dengan bantuan tenaga volunter (tenaga mengejan dari ibu) diekspulsikan keluar.
Proses pelahiran plasenta ini dapat menghabiskan waktu 5 menit hingga setenggah jam dengan kontraksi uterus yang dapat terjadi setiap 2-3menit sekali.obat-obat oksitosik sering diberikan untuk mempercepat pelepasan plasenta. Antara multipara dan primipara biasanya tidak terdapat perbedaaan pada durasi kala tiga.
Selama terjadinya desensus plasenta, selaput amnion akan terlepas dari dinding uterus oleh berat plasenta itu sendiri.
Tanda-tanda pelepasan dan penurunan plasenta
Pelepasan plasenta dideteksi dengan observasi vagina untuk melihat pengeluaran sedikit darah yang berasal dari balik plasenta.
Pada saat penurunan (desensus):
a. Fundus uteri mengalami kontraksi kuat
b. Tinggi fundus turun sampai umblikus
c. Tali pusat tampak memanjang pada vulva
Pengendalian perdarahan
Setelah plasenta terlepas dan dilahirkan, uterus ditinggalkan dengan luka yang lebar –bekas tempat pelekatan plasenta. Daerah ini tadinya mendapatkan pasokan darah yang cukup besar untuk memenuhi setiap kebutuhan fisik janin dan dengan demikian banyak mengandung pembuluh darah yang bewsar-besar dengan ujung yang sehingga menumpahkan cukup banyak darahyang bisa membuat ibu hamil dengan cepat mengalami kematian karena perdarahan jika tidak dilakukan sesuatu untuk menghentikan aliran darah tersebut.
Perdarahan dari bekas pelekatan plasenta akan terkendali secara alami, dan perdarahan yang berlebihan dapat dicegah dengan:
a. Kontraksi dan refraksi uterus yang kuat dan terus – menerus, sehingga mengurangi ukuran tempat pelekat plasenta; serabut – serabut otot yang berjalan saling menyilang berfungsi sebagai “jahitan hidup: dengan menutup sinus – sinus darah dan mengurangi aliran pada tempat plasenta.
4. Kala empat
Kala empat persalinan merupakan istilah yang kadang – kadang digunkan untuk periode ini, tugas fisiologi yang paling pentingadalah mempertahankan kontraksi dan retraksi uterus yang kuat. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan memberikan obat – obatan oksitosik seperti gometrin maleat, syntocinin atau sytometryn secara profilaksisatau terapeutik. Obat – obatan ini sering diberikan pada akhir kala dua persalinan sesudah keberadaan kehamilan kembar yang tidak terdiagnosis disingkirkan. Obat – obatan oksitosik dapat membuat tanda – tanda pelepasan plasenta menjadi tidak begitu jelas karena cepatnya dan kuatnya kontraksi uterus berikutnya.
D. Konsep dasar
1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode laten). (Ben Zion. 1994)
Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10 % dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadian sekitar 4 %. Sebagian dari ketuban pecah dini mempunyai periode laten melebihi satu minggu. Early rupture of membrane adalah ketuban pecah pada fase laten persalinan. (Heni Nur Kusuma, 2002)
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Serviks inkopeten
b. Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion
c. Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang
d. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sepalopelvik disproforsi
e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
f. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga menyebabkan ketuban pecah.
3. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi
b. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, cairan tersebut merembes atau menetes , dengan ciri pucat dan bergaris warna darah darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk dan berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran sementara. Demam , bercak pada vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung dan janin bertambah cepat merupakan tanda – tanda infeksi.
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
- Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
- Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sedehana.
6. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (KPD)
Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPD dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang sehat
b) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas
c) Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
d) Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
e) Menghadapi KPD, diperlukan KIM terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
f) Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S
g) Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan.
Asuhan-Keperawatan-Ibu-Hamil-Dengan-Masalah-Ketuban-Pecah-Dini.htm
8. Komplikasi
a. Ibu
- Infeksi maternal: koriomnititis( demam >38o¬¬C, takikardi, leukositis, nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk dan bernanah, DJJ meningkat)
b. Janin
- Penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin
- Trauma pada waktu lahir
- Premature
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan keperawatan ketuban pecah dini menurut Marilynn E. Doengoes, 2001
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)
b. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.
c. Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
d. Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
e. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
f. Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
2. Pemeriksaan
a. Sirkulasi
- Apakah ada riwayat hipertensi, edema patologis,dan penyakit jantung sebelumnya
- Integritas ego
- Adanya ansietas sedang
b. Makanan / cairan
- Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan yang terjadi pada hidroamion
c. Nyeri / ketidaknyamanan
- Kontraksi intermitten sampai regularyang jaraknyakurang dari 10 menitselam paling sedkit30 detikdalam 30 – 60 menit
d. Pernafasan
- Karena perokok berat
e. Keamanan
- Adanya infeksi(ISK dan infeksi vagina)
f. Seksualitas
- Tulang servikalisdilatsai, membran amnion terjadi ruptur, perdarahan trimester III, aborsi sebelumnya, persalinan preterm, uterus distensi berlebih.
g. Interaksi sosial
- Dari kelas soial ekonomi rendah
h. Penyuluhan pembelajaran
- Ketidak adekuatan atau tidak adanya perawatan prenatal, umur dibawah 18 tahun atau diatas 40 tahun, dan penggunaan alcohol atau obat – obtan
i. Temukan kajian yang lain
- Keluaran cairan bening pada vagina secara mendadak, dengan diikuti dengan drainase
- Vagina penuh dengan cairanpada pemeriksaan speculum
B. Data subjektif
1. Pancaran involunter atau kebocoran
2. Cairan jernih dari vagina merupakan gejalyang khas. Tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus
3. Riwayat haid
4. Umur kehamilan diperkirakan dari haid terakhir
C. Data objektif
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan umum: suhu normal terutama disertai infeksi
3. Pemeriksaan abdomen: uterus lunak dan tidak ada nyeri tekan
4. Pemeriksaan pelvic: pemeriksaan speculum steril pertama kali dilakukan untuk memeriksa adanya cairan amnion dalam vagina. Pemeriksaan vagina steril menentukan penipisan dan dilatasi servik
D. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap cedera b/d melahirkan bayi tidak matur
Hasil yang diharapkan
- Mempertahankan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang enunjukkan maturitas bayi
Intervensi:
- Kaji kondisi ibu yang dikontraindikasikan terhadap terapi steroid untuk memudahkan maturitas pada janin
- Kaji DJJ : perhatikan adanya aktivitas uterus atau perubahan servikal. Siapkan terhadap kemungkinan kelahiran praterm
- Tekankan pentingnya perawatan tindak lanjut
- Bantu sessuai kebutuhan pada analisa cairan amnionitik dari amnionsintesis atau spesimen vaginal; tes untuk jamur
Rasional
- Pada HKK dan korioamnionitis terapi steroid dapat memperberat hipertensi dan menutupi tanda infeksi. Steroid dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah pada pasien dengan diabetes.
- Tokolitik dapat meningkatkan DJJ. Kelahiran dapat sangat cepat pada bayi kecil bila kontraksi uterus menetap tidak responsif pada tokolitik atau bila perubahan servikal berlanjut
- Jika janin dilahirkan dalam 7 hari dari pemberian steroid, dosis harus di ulang setiap saat.
- Resiko L/S, adanya pg, dan hasil tes shake menandakan kondisi paru janin . ferning mnandakan ruptur membran dengan peningkatan resiko infeksi
2. Nyeri b/d kontraksi otot
Hasil yang diharapkan
- Melaporkan ketidaknyamanan menjadi minimal, terkontrol, penggunanaan tehnik relaksasi
Intervensi:
- Percepat proses penerimaan dan lakukan tirah baring pada klien, dengan posisi miring kiri.
- Tinjau ulang teknik relaksasi
- Gunakan tindakan kenyamanan keperawatan seperti mengganti limen dan posisi, gosokan punggung dan sentuhan terapeutik
- Kaji membran mukosa terhadap adanya ulserasi atau reaksi mengunyah nifedipin
- Pantau tanda vital ibu dan janin
- Berikan analgesik, sesuai indikasi
Rasional :
- Posisi miring kiri memperbaiki aliran darah uterus dan dapat menurunkan kepekaan uterus
- Membantu menurunkan persepsi klien tentang ketidaknyamanan dan meningkatkan rasa kontrol
- Menghilangkan tegangan otot dan kelelahan.
- Nifedipin dapat mengiritasi rongga mulut.
- Menunjukkan keefektifan intervensi
- Analgesik ringan menurunkan tegangan dan ketidaknyamanan otot
c. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d respon imun imatur, kulit rapuh, jaringa trauma, prosedur invasif
Hasil yang diharpakan
- Mempertahankan serum negatif, CSS, urin, dan kultur nasofaringeal dengan hitung darah lengkap, trombosit, kadar PH dan tanda vital badan
Intervensi :
- Tinjau ulang catatatan kelahiran, perhatikan apakah tindakan resusitasi diperlukan, lama pecah ketuban, dan adanya korioamnionitas
- Tentukan usia gestasi janin dengan menggunakan kriteria Dubowitz
- Tingkatkan cara – cara mencuci tangan dan gunakan antiseptik sebelum membantu dalam pembedahan atau prosedur invasif
Rasional :
- Faktor – faktor maternal seperti KPD dengan persalinan dan kelahhiran paterm kemungkinan disebabkan oleh proses infeksi yang mempredisposisikan bayi paterm pada infeksi
- Kelahiran sebelum gestasi minggu ke 28 sampai 30 meningkatkam kerentanan bayi terhadap infeksi
- Mencuci tangan adalah praktik yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang serta mengontrol infeksi dalam ruang perawatan.
0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN IBU BERSALIN DENGAN KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD)"