Seperti yang seringkali dipaparkan bahwa
puisi merupakan hasil perenungan penyair terhadap sebuah objek yang dibumbui
dengan kreativitas dan imajinasinya. Puisi adalah ungkapan perasaannya, entah
sedih, duka, gembira, dan sebagainya. Membaca puisi sama halnya dengan membaca
pikiran penyair yang sekaligus memahami apa yang saat itu mengitarinya.
Lingkungan di mana penyair tinggal sangat berperan aktif terhadap lahirnya
sebuah puisi. Dengan membaca puisi secara langsung, Anda dapat memahami
kebudayaan masyarakat saat puisi itu dilahirkan.
1. Menemukan Standar
Budaya dalam Puisi Tiap Periode
Seperti yang telah
dipaparkan di atas, puisi merupakan ungkapan perasaan penyair melalui rangkaian
kata-kata yang sarat makna. Kata-kata dalam puisi tersebut tidaklah tunduk pada
aturan logis sebuah kalimat, tetapi tunduk pada ritme larik puisi. Dalam larik-larik
puisi yang lebih pendek, kesatuan kata atau kata-kata yang mandiri akan
membentuk makna puisi. Makna tiap kata akan membantu Anda dalam
menginterpretasi secara keseluruhan isi puisi hingga dapat menemukan budaya
masyarakat yang tergambar dalam puisi tersebut.
Puisi “Sajak Seonggok
Jagung” karya Rendra yang terlahir pada periode tahun 60’an, puisi di atas
menggambarkan kehidupan masyarakat intelek (mahasiswa) yang telah menyandang
predikat sarjana. Dengan hanya berbekal ilmu secara teoretis, mereka harus
terjun ke dunia yang penuh dengan perebutan lapangan kerja. Mereka harus
bersaing dengan sesamanya atau yang memang memiliki kemampuan memadai. Itulah
gambaran masyarakat sekarang yang lebih banyak mencetak sarjana dibandingkan
dengan lapangan kerja.
Coba Anda perhatikan lagi
sajak berikut ini!
Perempuan-Perempuan Perkasa (Hartoyo
Andangjaya, 1973)
Perempuan-perempuan yang
membawa bakul di pagi buta,
Dari manakah mereka
Ke satasiun kereta mereka
datang dri bukit-bukit desa
Sebelum peluit kereta pagi
terjaga
Sebelum hari bermula dalam
pesta kerja
Perempuan-perempuan yang
membawa bakul dalam kereta,
Ke manakah mereka?
Di atas roda-roda baja
mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya
menuju ke gerbang kota
Merebut hidup di pasar-pasar
kota.
Perempuan-perempuan yang
membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka,
Akar-akar yang melata dari
tanah perbukitan turun ke kota
Mereka cinta kasih yang
bergerak menghidupi desa demi desa.
(Teori dan Apresiasi
Puisi, 1987:102)
Bandingkanlah gambaran
kehidupan kedua puisi di atas. “Perempuan- Perempuan Perkasa” adalah gambaran
kehidupan masyarakat desa di suatu daerah yang bekerja menjajakan dagangannya
di atas kereta dari semenjak subuh hingga surya terbenam.
2. Menjelaskan Makna Puisi
serta Budayanya
Seperti yang telah
diungkapkan bahwa makna sebuah karya seni, terutama puisi tidak bisa dilepas
dari faktor penikmatnya. Penafsiran yang diperoleh dari tiap penikmat (pembaca)
berbeda-beda, tergantung pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Selain itu,
penggunaan bahasa dalam puisi yang sarat dengan simbolsimbol sangat membutuhkan
keahlian tersendiri untuk menguraikan simbol-simbol tersebut ke dalam sebuah
makna.
Berikut ini disajikan
langkah-langkah pemahaman terhadap sebuah puisi.
Coba Anda perhatikan dengan
seksama!
a. Uraikanlah puisi kata
demi kata, bait demi bait, baris demi baris dalam bentuk parafase.
b. Setelah itu, carilah
kata-kata (berbentuk simbol), artikanlah symbol tersebut untuk mendapatkan
maknanya.
Dari uraian keseluruhan
tersebut, Anda dapat memahami maknanya secara utuh. Puisi yang baik adalah
puisi yang sarat dengan makna dan nilai-nilai, baik itu nilai pendidikan,
sosial, agama, budaya dan lain sebagainya. Nilai budaya yang dimaksud dalam
uraian berikut ini adalah budaya Indonesia, seperti cara memperlakukan anak,
cara makan dan minum, cara menghormati orang lain, dan lain sebagainya. Anda
dapat menemukan nilai budaya dalam sebuah puisi setelah memahami makna
keseluruhan puisi tersebut.
0 Response to "Membaca, menemukan, Menjelaskan Makna Puisi serta Budaya yang tersirat"