Kemiskinan & Mobilitas Sosial
Menurut Oscar Lewis (antropolog Amerika), kemiskinan adalah ketidaksanggupan seseorang dalam memenuhi dan memuaskan keperluan dasar materiilnya. Dengan kata lain, sumber daya materiil yang ada pada dirinya hanya dapat dipakai untuk keperluan konsumsi sehari-hari. Pendapatan yang diperolehnya hanya cukup untuk hari ini, sementara untuk kebutuhan hari esok, ia harus mencarinya lagi. Karenanya, tidak ada dalam kamus orang-orang miskin istilah menabung, apalagi investasi.
Kemiskinan terkait langsung dengan kelangkaan, keterbatasan, dan kekurangan dalam pemilihan dan penguasaan terhadap harta benda, sehingga tidak memungkinkan dirinya untuk bisa melakukan mobilitas secara vertikal. Kemiskinan merupakan sebuah lingkaran setan, misalnya, karena pendapatan kecil, maka seseorang akan kekurangan pangan, tidak dapat berpakaian layak, dan kondisi papan pun jauh dari memenuhi syarat sebagai tempat ”berteduh”. Keadaan ini menyebabkan tingkat produktivitas kerja atau tingkat pendidikan rendah. Akibat lanjutannya adalah dengan sendirinya pendapatan yang diterima pun akan rendah pula.
Lebih fatal lagi bahwa jaringan dan organisasi sosial yang terbentuk dalam masyarakat miskin ini bukannya mendorong mereka pada peningkatan status ekonomi, namun malah menjerat mereka untuk tetap berada dalam lingkaran kemiskinan. Artinya, apa pun yang ada pada masyarakat miskin yang meliputi kerja sama dan solidaritas yang tumbuh di antara mereka, selalu berputar-putar di dalam dan menjebak mereka sendiri untuk tetap hidup dalam batas-batas tertentu, bukan bergerak untuk berkembang.
Meskipun struktur ekonomi dan politik terlihat cukup ketat dalam membatasi partisipasi warga masyarakat miskin, namun ternyata ada juga warga dari masyarakat miskin yang berkat kerja keras, kemauan besar, dan bersikap menekan tingkat konsumsinya dapat menerobos hambatan-hambatan struktural yang ada, hingga dapat melakukan mobilitas vertikal, meskipun jumlahnya tidak begitu banyak.
0 Response to "Kemiskinan & Mobilitas Sosial"