Konsep Dasar Tumor Buli-Buli
1. Pengertian
Tumor merupakan suatu lesi sebagian hasil pertumbuhan abnormal dari sel yang autonom atau relative autonomi yang menetap, walaupun rangsang penyebabnya telah dihilangkan ( I.C.E Underwood, 1999, halaman 258).
Tumor buli adalah Tumor yang terdapat di buli (Long, Barbara C. 1996).
Tumor Buli-buli lebih sering mengenai penderita laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 2 banding 1. biasanya dijumpai pada tumor superficial dan pada umumnya belum disertai metastase, tetapi tumor ini mempunyai sifat rekurens yang tinggi. (Basuki B Purnomo, 2003, halaman 170)
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Tumor buli terjadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat disekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita penyakit tumor buli adalah:
a. Pekerjaan
Pekerja-pekerja dipabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit, petani, dan pekerja pada salon sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa Amin Aromatik (2-naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil).
b. Perokok
Resiko untuk mendapatkan tumor buli pada orang yang merokok adalah 2-6 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine.
c. Infeksi Saluran Kemih
Telah diketahuai bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan nitrasamin yang merupakan zat karsinogen.
d. Kopi, Pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakai obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika, dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko timbulnya tumor buli-buli. (Basuki B Purnomo, 2003, halaman 170)
1. Pengertian
Tumor merupakan suatu lesi sebagian hasil pertumbuhan abnormal dari sel yang autonom atau relative autonomi yang menetap, walaupun rangsang penyebabnya telah dihilangkan ( I.C.E Underwood, 1999, halaman 258).
Tumor buli adalah Tumor yang terdapat di buli (Long, Barbara C. 1996).
Tumor Buli-buli lebih sering mengenai penderita laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 2 banding 1. biasanya dijumpai pada tumor superficial dan pada umumnya belum disertai metastase, tetapi tumor ini mempunyai sifat rekurens yang tinggi. (Basuki B Purnomo, 2003, halaman 170)
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Tumor buli terjadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat disekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita penyakit tumor buli adalah:
a. Pekerjaan
Pekerja-pekerja dipabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit, petani, dan pekerja pada salon sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa Amin Aromatik (2-naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil).
b. Perokok
Resiko untuk mendapatkan tumor buli pada orang yang merokok adalah 2-6 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine.
c. Infeksi Saluran Kemih
Telah diketahuai bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan nitrasamin yang merupakan zat karsinogen.
d. Kopi, Pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakai obat-obatan siklofosfamid yang diberikan intravesika, dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko timbulnya tumor buli-buli. (Basuki B Purnomo, 2003, halaman 170)
4. Manifestasi Klinis
Penyakit Tumor Buli mempunyai manifestasi klinis yang mengarah kepada gangguan sistem perkemihan. Adapun tanda dan gejala adalah seperti ; Kencing campur darah yang intermitten, merasa panas waktu kencing, merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis
5. Klasifikasi
a. Staging dan klasifikasi
Klasifikasi Duke-Masina, Jewtt dengan modifikasi Strong-Marshal untuk
menentukan operasi atau observasi :
1) T : Pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.
Tis : Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Tx : Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
To : Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 : Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
T2 : Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
T3 : Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebas dapat diraba di buli-buli.
T3a : Invasi otot yang lebih dalam
T3b : Perluasan lewat dinding buli-buli
T4 : Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a : Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b : Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen.
2) N : Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe
pemeriksaan klinis, lympgraphy, urography, operative
Nx : Minimal yang ditetapkan kelenjar Lymfe regional tidak dapat ditemukan
No : Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 : Pemebsaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 : Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple
N3 : Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebas antaranya dan tumor
N4 : Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
3) M : Metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh
Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
Mx : Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 : Adanya metastase jauh
M1a : Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b : Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c : Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d : Metastase dalam organ yang multiple
b. Type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1) Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell., anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2) Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3) Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
4) Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
1) Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
2) Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
3) Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-buli
4) Angiography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
2) Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
3) Lymphopenia (N = 1490-2930)
c. Cystoscopy dan biopsy
1) Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor
2) Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
d. cystologi
1) Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil sel dari pada tumor.
7. Penatalaksanaan
Reseksi Trans Urethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada karsinoma insitu atau untuk lesi permukaan yang kecil. Karena kecepatan kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau immunoterapi mungkin dianjurkan. Terapi laser mungkin dilakukan untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih segmental digunakan untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung kemih atau dinding lateral atau untuk adenokarsinoma
Ketika tumor itu invasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol dengan pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan.
Tidak ada regimen kemoterapi pasti yang telah dianjurkan untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut. (sumber : Arifin. 2008. www.rusari.com diperoleh tanggal 21 Juni 2009).
8. Komplikasi
a. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
b. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
c. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi
d. Terjadi pembesaran pada ginjal akibat refluks oklusi ureter.
9. Prognosis
Penemuan dan pemeriksaan dini, prognosisnya baik, tetapi bila sudah lama dan adanya metastase ke organ lebih dalam dan lainnya prognosisnya jelek.
C. Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Dengan Tumor Buli.
Menurut Gale, Danielle & Charette, Jane (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
b. Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kencing. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
c. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing bercampur darah, kesulitan pada saat ingin buang air kecil
Palpasi, teraba tumor (masa) suprapubik pemeriksaan bimanual teraba tumpul pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
(a) Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
(b) Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
(c) Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli- buli
(d) Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
2) Pemeriksaan laboratorium
(a) Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
(b) Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
(c) Lymphopenia (N = 1490-2930)
3) Cystoscopy dan biopsy
(a) Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor
(b) Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
4) cystologi
(a) Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil sel dari pada tumor.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan.
d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
e. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
3. Rencana Keperawatan
Tahap rencana keperawatan dimulai dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan dan indikator, menentukan tindakan atau intervensi yang akan dilakukan.
a. Cemas / takut berhubungan dengan :
Tujuan : Klien dapat mengurangi rasa cemasnya, Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif, Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi :
Tabel 2.1. Intervensi dan rasional diagnosa cemas
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
b. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
f. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar. a. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
b. Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
c. Dapat menurunkan kecemasan klien.
d. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
e. Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
g. Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan :
Tujuan : Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas, Melaporkan nyeri yang dialaminya, Mengikuti program pengobatan, Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri.
Intervensi :
Tabel 2.2. Intervensi dan rasional diagnosa nyeri
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
b. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
c. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
d. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
f. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
g. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
b. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
c. Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
d. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
e. Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
f. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
g. Untuk mengatasi nyeri.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan :
Tujuan : Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi, Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat, Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
Intervensi :
Tabel 2.3. Intervensi dan rasional diagnosa gangguan nutrisi
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
f. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.
Kolaboratif
i. Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
j. Berikan pengobatan sesuai indikasi
k. Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
l. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus. a. Memberikan informasi tentang status gizi klien.
b. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
c. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
d. Kalori merupakan sumber energi.
e. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
f. Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
g. Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.
h. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
i. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
j. Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien.
k. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.
d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan :
Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga meningkat.
Intervensi :
Tabel 2.4. Intervensi dan rasional diagnosa kurang pengetahuan tentang penyakit
INTERVENSI RASIONAL
a. Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
b. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.
c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
d. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
e. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
f. Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
g. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
h. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
a. Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
b. Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
c. Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
d. Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
e. Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
f. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g. Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
e. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan:
Tujuan : Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
Intervensi :
Tabel 2.5. Intervensi dan rasional diagnosa resiko tinggi kurangnya volume cairan
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
b. Timbang berat badan jika diperlukan.
c. Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
d. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien.
e. Anjurkan intake cairan sampai 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
f. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.
g. Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.
Kolaboratif
h. Berikan cairan IV bila diperlukan.
i. Berikan therapy antiemetik.
j. Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin. a. Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
b. Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
c. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
d. Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
e. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
f. Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.
g. Mencegah terjadinya perdarahan.
h. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
i. Mencegah/menghilangkan mual muntah.
j. Mengetahui perubahan yang terjadi.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan :
Tujuan : Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi, Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal.
Intervensi :
Tabel 2.6. Intervensi dan rasional diagnosa resiko tinggi infeksi
INTERVENSI RASIONAL
a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
b. Jaga personal hygine klien dengan baik.
c. Monitor temperatur.
d. Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
e. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.
Kolaboratif.
f. Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.
g. Berikan antibiotik bila diindikasikan. a. Mencegah terjadinya infeksi silang.
b. Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
c. Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
d. Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
e. Mencegah terjadinya infeksi.
f. Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.
g. Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
Penyakit Tumor Buli mempunyai manifestasi klinis yang mengarah kepada gangguan sistem perkemihan. Adapun tanda dan gejala adalah seperti ; Kencing campur darah yang intermitten, merasa panas waktu kencing, merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis
5. Klasifikasi
a. Staging dan klasifikasi
Klasifikasi Duke-Masina, Jewtt dengan modifikasi Strong-Marshal untuk
menentukan operasi atau observasi :
1) T : Pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.
Tis : Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Tx : Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
To : Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 : Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
T2 : Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
T3 : Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebas dapat diraba di buli-buli.
T3a : Invasi otot yang lebih dalam
T3b : Perluasan lewat dinding buli-buli
T4 : Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a : Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b : Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen.
2) N : Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe
pemeriksaan klinis, lympgraphy, urography, operative
Nx : Minimal yang ditetapkan kelenjar Lymfe regional tidak dapat ditemukan
No : Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 : Pemebsaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 : Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple
N3 : Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebas antaranya dan tumor
N4 : Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
3) M : Metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh
Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
Mx : Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 : Adanya metastase jauh
M1a : Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b : Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c : Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d : Metastase dalam organ yang multiple
b. Type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1) Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell., anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2) Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3) Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
4) Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
1) Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
2) Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
3) Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli-buli
4) Angiography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
2) Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
3) Lymphopenia (N = 1490-2930)
c. Cystoscopy dan biopsy
1) Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor
2) Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
d. cystologi
1) Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil sel dari pada tumor.
7. Penatalaksanaan
Reseksi Trans Urethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada karsinoma insitu atau untuk lesi permukaan yang kecil. Karena kecepatan kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau immunoterapi mungkin dianjurkan. Terapi laser mungkin dilakukan untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih segmental digunakan untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung kemih atau dinding lateral atau untuk adenokarsinoma
Ketika tumor itu invasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol dengan pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan.
Tidak ada regimen kemoterapi pasti yang telah dianjurkan untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut. (sumber : Arifin. 2008. www.rusari.com diperoleh tanggal 21 Juni 2009).
8. Komplikasi
a. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
b. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
c. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi
d. Terjadi pembesaran pada ginjal akibat refluks oklusi ureter.
9. Prognosis
Penemuan dan pemeriksaan dini, prognosisnya baik, tetapi bila sudah lama dan adanya metastase ke organ lebih dalam dan lainnya prognosisnya jelek.
C. Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Dengan Tumor Buli.
Menurut Gale, Danielle & Charette, Jane (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
b. Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kencing. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
c. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing bercampur darah, kesulitan pada saat ingin buang air kecil
Palpasi, teraba tumor (masa) suprapubik pemeriksaan bimanual teraba tumpul pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
(a) Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
(b) Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
(c) Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam dinding buli- buli
(d) Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
2) Pemeriksaan laboratorium
(a) Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
(b) Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
(c) Lymphopenia (N = 1490-2930)
3) Cystoscopy dan biopsy
(a) Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor
(b) Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
4) cystologi
(a) Pengecatan sieman/papanicelaou pada sediment urine terdapat transionil sel dari pada tumor.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan.
d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
e. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
3. Rencana Keperawatan
Tahap rencana keperawatan dimulai dengan memprioritaskan diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan dan indikator, menentukan tindakan atau intervensi yang akan dilakukan.
a. Cemas / takut berhubungan dengan :
Tujuan : Klien dapat mengurangi rasa cemasnya, Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif, Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi :
Tabel 2.1. Intervensi dan rasional diagnosa cemas
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
b. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
f. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar. a. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
b. Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
c. Dapat menurunkan kecemasan klien.
d. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
e. Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
g. Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan :
Tujuan : Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas, Melaporkan nyeri yang dialaminya, Mengikuti program pengobatan, Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri.
Intervensi :
Tabel 2.2. Intervensi dan rasional diagnosa nyeri
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
b. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
c. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
d. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
f. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
g. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
b. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
c. Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
d. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
e. Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
f. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
g. Untuk mengatasi nyeri.
c. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan :
Tujuan : Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi, Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat, Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
Intervensi :
Tabel 2.3. Intervensi dan rasional diagnosa gangguan nutrisi
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
f. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.
Kolaboratif
i. Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
j. Berikan pengobatan sesuai indikasi
k. Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
l. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus. a. Memberikan informasi tentang status gizi klien.
b. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
c. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
d. Kalori merupakan sumber energi.
e. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
f. Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
g. Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.
h. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
i. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
j. Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien.
k. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.
d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan :
Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga meningkat.
Intervensi :
Tabel 2.4. Intervensi dan rasional diagnosa kurang pengetahuan tentang penyakit
INTERVENSI RASIONAL
a. Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
b. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.
c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
d. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
e. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
f. Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
g. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
h. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
a. Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
b. Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
c. Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
d. Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
e. Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
f. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g. Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
e. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan:
Tujuan : Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
Intervensi :
Tabel 2.5. Intervensi dan rasional diagnosa resiko tinggi kurangnya volume cairan
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
b. Timbang berat badan jika diperlukan.
c. Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
d. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien.
e. Anjurkan intake cairan sampai 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
f. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.
g. Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.
Kolaboratif
h. Berikan cairan IV bila diperlukan.
i. Berikan therapy antiemetik.
j. Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin. a. Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
b. Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
c. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
d. Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
e. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
f. Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.
g. Mencegah terjadinya perdarahan.
h. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
i. Mencegah/menghilangkan mual muntah.
j. Mengetahui perubahan yang terjadi.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan :
Tujuan : Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi, Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal.
Intervensi :
Tabel 2.6. Intervensi dan rasional diagnosa resiko tinggi infeksi
INTERVENSI RASIONAL
a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
b. Jaga personal hygine klien dengan baik.
c. Monitor temperatur.
d. Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
e. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.
Kolaboratif.
f. Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.
g. Berikan antibiotik bila diindikasikan. a. Mencegah terjadinya infeksi silang.
b. Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
c. Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
d. Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
e. Mencegah terjadinya infeksi.
f. Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.
g. Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
0 Response to "Asuhan Keperawatan Tumor Buli-Buli"