Konsep Dasar Seksio Caesarea (SC)
1. Pengertian
SC adalah suatu persalinan buatan, dimana janin di lahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo Sarwono : 133, tahun 2007).
SC adalah persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan menyayat dinding rahim ( Kasdu Dini : 8, tahun 2003).
SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus ( Wiknjosostro : 863, tahun 2008).
SC adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh . (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal : 536, tahun 2002).
1. Pengertian
SC adalah suatu persalinan buatan, dimana janin di lahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo Sarwono : 133, tahun 2007).
SC adalah persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan di perut dengan menyayat dinding rahim ( Kasdu Dini : 8, tahun 2003).
SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus ( Wiknjosostro : 863, tahun 2008).
SC adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh . (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal : 536, tahun 2002).
2. Indikasi
Operasi SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun janin
a. Faktor janin
Tindakan operasi di lakukan karena keadaan janin, seperti janin besar dan pertumbuhannya terhambat berat.
1) Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang terlalu berlebihan karena ibu menderita kencing manis.
Namun, selain janin besar, janin dengan berat badan kurang (<2,5 kg), lahir prematur, dan dismatur atau pertumbuhan janin terhambat, juga menjadi pertimbangan di lakukannya persalinan dengan operasi.
2) Kelainan letak bayi
Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sunsang dan letak lintang.
3) Ancaman gawat janin (fetal distress)
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan Dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan seperti Hipertensi atau kejang rahim.
4) Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, misalnya kerusakan genetik, dan Hidrosephalus.
5) Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus di lakukan persalinan dengan operasi.
a) Plasenta privia
Merupakan posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir, dan mengakibatkan kepala janin tidak bisa turun dan masuk ke jalan lahir.
b) Plasenta lepas ( solution plasenta )
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi di lakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.
c) Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim, biasanya di alami oleh ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu yang pernah operasi, ibu berusia rawan untuk hamil yang pertama kali di atas 35 tahun.
d) Vasa previa
Merupakan pembuluh darah di bawah rahim yang apabila di lewati janin dapat menimbulkan perdarahan banyak yang membahayakan ibu.
6) Kelainan tali pusat
Berikut ini ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu :
a) Prolapsus tali pusat ( tali pusat menumbung)
b) Terlilit tali pusat
7) Bayi kembar.
b. Faktor ibu
Berikut ini, faktor ibu yang menyebabkan janin harus di lahirkan dengan operasi :
1) Usia
Ibu yang melahirkan pertama kali pada usia sekitar 35 tahun,karena pada usia ini biasanya seseorang memiliki penyakit beresiko seperti Hipertensi, DM dan Preeklampsia.
2) Tulang panggul
Cephalopelvik disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak bisa melahirkan secara alami.
3) Persalinan sebelumnya dengan operasi caesar
Pada umumnya, operasi caesar akan di lakukan lagi pada persalinan kedua apabila operasi sebelumnya menggunakan sayatan vertikal karena tekhnik ini memiliki empat kali lebih besar terkena ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya.
4) Faktor hambatan jalan lahir
Hambatan jalan lahir dapat di karenakan :
a) Jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan
b) Tumor
c) Kelainan bawaan pada jalan lahir
d) Tali pusat pendek
e) Ibu sulit bernafas (mempunyai riwayat penyakit Asma).
5) Kelainan kontraksi rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, yang menyebabkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.
6) Ketuban pecah dini (KPD)
Air ketuban yang pecah sebelum waktunya akan membuka rahim sehingga memudahkan masuknya bakteri dari vagina, yang mengakibatkan terjadinya infeksi pada ibu hamil dan janin dalam kandungan. Dengan demikian biasanya dokter akan segera membantu mengeluarkan bayi, baik melalui persalinan biasa maupun bedah caesar.
7) Rasa takut kesakitan
Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit. Hal ini terjadi karena ketika berkontraksi, otot-otot rahim berkerut sebagai upaya membuka mulut rahim dan mendorong kepala bayi kearah panggul. Kondisi tersebut yang menyebabkan seorang wanita lebih memilih melahirkan dengan cara operasi.
3. Kontra indikasi
Pada umumnya seksio sesarea tidak di lakukan pada :
a. Janin mati
b. Syok, anemia berat, sebelum di atasi
c. Kelainan kongenital berat.
4. Resiko
Terdapat beberapa bahaya yang telah di kenal bagi bayi bila persalinan di lakukan dengan SC yang meliputi :
a. Hipoksia akibat sindroma hipotensi terlentang
b. Depresi pernafasan karena anastesia
c. Sindroma gawat pernafasan, jelas lebih lajim pada bayi yang di lahirkan dengan seksio.
Resiko untuk ibu karena SC harus di anggap lebih serius karena mereka berhubungan langsung dengan tindakan operasi.
Berikut komplikasi yang bersifat relevan :
a. Infeksi yang di dapat di rumah sakit, terutama setelah di lakukan operasi seksio pada persalinan atau infeksi puerperal (nifas)
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
3) Berat, Peritonitis, sepsis dan usus paralitik
b. Pendarahan, karena pendarahan yang banyak dapat menyebabkan syok secara mendadak.
c. Cedera pada organ lain, jika tidak di lakukan dengan hati-hati seperti terlukanya rektum atau kandung kemih.
d. Parut dalam rahim
e. Fenomena tromboemboli, terutama pada multipara dengan varikositas
f. Ileus, terutama karena peritonitis dan kurang sering karena dasar obstruksi
g. Kecelakaan anastesi.
h. Alergi, terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu.
i. Mempengaruhi produksi ASI, biasanya karena efek pembiusan.
5. Jenis-jenis Seksio sesarea
Berikut ada jenis-jenis sayatan operasi, pemilihan jenis sayatan ini tergantung pada keadaan ibu dan bayinya.
a. SC Transperitonealis.
1) SC klasik atau corporal
Dilakukan dengan membuat sayatan vertikal/memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan:
a) Mengeluarkan janin dengan cepat
b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonialis yang baik.
b) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
2) SC Ismika atau profundal
Dilakukan dengan melakukan sayatan horizontal/melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical tranversal) kira-kira 10-14 cm.
Kelebihan :
a) Penjahitan luka lebih mudah
b) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebarab isi uterus ke rongga peritoneum.
d) Perdarahan tidak begitu banyak.
e) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang/lebih kecil.
Kekurangan :
a) Luka dapat meleber kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri uterine pacah sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak.
b) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
b. SC ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.
6. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:
a. Infeksi puerperal (nifas)
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
3) Berat, peritonitis, sepsis dan usus paralitik.
b. Perdarahan
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonialisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Pasca Operasi Seksio Caesarea
Asuhan Keperawatan akan di jelaskan melalui dari Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian data dasar klien
a. Riwayat kehamilan
Perhatikan siklus haid, prenatal care, taksiran persalinan, tanggal persalinan dan keluhan-keluhan selama kehamilan.
b. Riwayat persalinan
Alasan dilakukannya SC, dan keadaan umum bayi.
c. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus), dan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
d. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya fakto-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpati
e. Makanan / cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang keringpembatasn puasa pra operasi insufisiensi pancreas/DMpredesposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis.
f. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya trauma bedah/insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/abdomen, nyeri tekan uterus mungkin ada.
g. Pernapasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler.
h. Kepala dan leher
Perhatikan bentuk kepala dan leher, nyeri tekan, massa, lesi dan kebersihan rambut.
i. Mata
Fungsi penglihatan dan warna konjungtiva
j. Kulit
Alergi, penyakit kulit, sianosis dan turgor kulit.
k. Abdomen
Perhatikan tinggi fundus uteri, distensi, keadaan luka post operasi, konsistensi, kontraksi dan letak uterus.
l. Eliminasi
Gangguan perubahan BAK dan BAB semenjak kehamilan dan pasca operasi.
m. Keamanan
Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan, balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh. Jalur parenteral bila di gunakan paten dan sisi bebas eritema, bengkak, dan yeri tekan.
n. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus, aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak.
o. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap, hemoglobin atau hematokrit : mengkaji perubahan dari kadar praoperasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
Urinalis : kultur urine, darah vagina dan lochea.
p. Penyuluhan / Pembelajaran
Kelahiran caesaria dapat atau mungkin tidak di rencanakan, mempengaruhi kesiapan dan pemahaman klien terhadap prosedur.
2. Prioritas keperawatan
a. Mengurangi ansietas dan trauma emosional
b. Menyediakan keamanan fisik.
c. Mencegah komplikasi pascaoperasi
d. Meredakan rasa sakit
e. Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
f. Menyediakan informasi mengenai kebutuhan pascapartum.
3. Diagnosa keperawatan
Menurut Marilyn E. Doengoes (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Diagnosa keperawatan klien dengan post op SC adalah sebagai berikut :
a. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, pengalaman pembedahan.
b. Nyeri b.d trauma pembedahan, efek-efek anastesia, distensi kandung kemih/abdomen.
c. Resti infeksi b.d trauma jaringan/kulit rusak, penurunan Hb, prosedur invasif, destruksi pertahanan terhadap bakteri, peningkatan pemajanan lingkungan.
d. Konstipasi b.d penurunan tonus otot.
e. Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri, dan kebutuhan perawatan bayi b.d kurang terpaparnya informasi.
Menurut Carpenito, Lynda Juall (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi inefektif menyusui b.d bibir sumbing, prematuritas, operasi payudara sebelumnya, putting yang masuk kedalam, dan ketidakadekuatan refleks let-down.
4. Rencana Keperawatan
Adapun Rencana keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Ansietas b.d. krisis situasi, ancaman pada konsep diri, pengalaman pembedahan.
Tujuan : Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ke tingkat yang dapat di atasi.
Tindakan :
1) Dorong keberadaan/partisipasi dari pasangan.
2) Tentukan tingkat ansietas klien
3) Lakukan pendekatan diri pada klien supaya klien merasa nyaman
4) Dorong klien untuk mengungkapkan kebutuhan dan harapan yang tidak terpenuhi..
5) Yakinkan bahwa pembedahan merupakan jalan terbaik yang harus ditempuh untuk menyelamatkan bayi dan ibu
6) Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien/bayi.
b. Nyeri b.d trauma pembedahan, efek-efek anastesia, distensi kandung kemih/abdomen
Tujuan : mengungkapkan berkurangnya nyeri, klien tampak rileks, mampu istirahat tidur dengan tepat.
Tindakan :
1) Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri
2) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan da intervensi yang tepat.
3) Evaluasi TD dan nadi
4) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya nyeri penyerta
5) Ubah posisi yang nyaman untuk klien
6) Ajarkan latihan nafas dalam.
7) Kolaborasi dalam pemberian Analgesik
c. Resti infeksi b.d trauma jaringan/kulit rusak, penurunan Hb, prosedur invasif, destruksi pertahanan terhadap bakteri, peningkatan pemajanan lingkungan.
Tujuan : Bebas dari infeksi.
Tindakan :
1) Kaji tanda-tanda infeksi, perhatikan kemerahan, edema, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.
2) Kaji suhu, nadi dan jumlah leukosit.
3) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan.
4) Tinjau ulang Hb/Ht ; perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi
5) Kaji status nutrisi klien
6) Anjurkan dan gunakan tekhnik mencuci tangan dengan cermat.
7) Berikan penkes untuk menjaga daya taahan tubuh, kebersihan luka, serta tanda-tanda infeksi dini pada luka
8) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik khusus untuk proses infeksi yang teridentifikasi.
d. Konstipasi b.d penurunan tonus otot.
Tujuan : mendapatkan kembali pola eliminasi optimal dalam 4 hari pascapartum, bising usus aktif dan adanya flatus.
Tindakan :
1) Auskultasi terhadap adanya bising usus normal
2) Palpasi abdomen, perhatikan adanya distensi atau ketidaknyamanan.
3) Anjurkan cairan oral yang adekuat( 6-8 gelas/hari)
4) Tingkatkan ambulasi dini sesuai batasan
5) Kolaborasi dalam pemberian analgesik sebelum ambulasi dan pelunak feses.
e. Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri, dan kebutuhan perawatan bayi b.d kurang terpaparnya informasi
Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis dan dapat melakukan prosedur yang perlu dengan benar.
Tindakan :
1) Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar
2) Berikan penyuluhan tertulis dengan format yang distandarisasi
3) Perhatikan status psikologis dan rspon terhadap kelahiran caesarea.
4) Tinjau ulang kebutuhan-kebutuhan perawatan diri misalnya perawatan perineal, insisi, hygiene.
5) Demonstrasikan tekhnik-tekhnik perawatan bayi.
f. Resiko tinggi Inefektif menyusui b.d bibir sumbing, prematuritas, operasi payudara sebelumnya, putting yang masuk kedalam, dan ketidakadekuatan refleks let-down.
Tujuan : menyatakan kepercayaan diri dalam menciptakan kepuasan, menyusui efektif dan menunjukan secara mandiri
Tindakan :
1) Kaji faktor pemberat pada kesulitan atau ketidakpuasan
2) Ajarkan penatalaksanaan perawatan putting susu
3) Ajarkan bagaimana memeras, menangani ASI dengan aman
4) Tekankan perlunya istirahat
5) Motivasi untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
5. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk meningkatkan timbal balik dari rencana keperawatan dan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang di berikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tentukan terlebih dahulu.
Evaluasi dari diagnosa-diagnosa keperawatan di atas adalah antara lain melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ke tingkat yang dapat di atasi, mengungkapkan berkurangnya nyeri, klien tampak rileks, mampu istirahat tidur dengan tepat, bebas dari infeksi, mendapatkan kembali pola eliminasi optimal dalam 4 hari pascapartum, bising usus aktif dan adanya flatus, mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis dan dapat melakukan prosedur yang perlu dengan benar, menyatakan kepercayaan diri dalam menciptakan kepuasan, menyusui efektif dan menunjukan secara mandiri.
Asuhan Keperawatan akan di jelaskan melalui dari Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian data dasar klien
a. Riwayat kehamilan
Perhatikan siklus haid, prenatal care, taksiran persalinan, tanggal persalinan dan keluhan-keluhan selama kehamilan.
b. Riwayat persalinan
Alasan dilakukannya SC, dan keadaan umum bayi.
c. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus), dan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
d. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya fakto-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpati
e. Makanan / cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang keringpembatasn puasa pra operasi insufisiensi pancreas/DMpredesposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis.
f. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya trauma bedah/insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/abdomen, nyeri tekan uterus mungkin ada.
g. Pernapasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler.
h. Kepala dan leher
Perhatikan bentuk kepala dan leher, nyeri tekan, massa, lesi dan kebersihan rambut.
i. Mata
Fungsi penglihatan dan warna konjungtiva
j. Kulit
Alergi, penyakit kulit, sianosis dan turgor kulit.
k. Abdomen
Perhatikan tinggi fundus uteri, distensi, keadaan luka post operasi, konsistensi, kontraksi dan letak uterus.
l. Eliminasi
Gangguan perubahan BAK dan BAB semenjak kehamilan dan pasca operasi.
m. Keamanan
Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan, balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh. Jalur parenteral bila di gunakan paten dan sisi bebas eritema, bengkak, dan yeri tekan.
n. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus, aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak.
o. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap, hemoglobin atau hematokrit : mengkaji perubahan dari kadar praoperasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
Urinalis : kultur urine, darah vagina dan lochea.
p. Penyuluhan / Pembelajaran
Kelahiran caesaria dapat atau mungkin tidak di rencanakan, mempengaruhi kesiapan dan pemahaman klien terhadap prosedur.
2. Prioritas keperawatan
a. Mengurangi ansietas dan trauma emosional
b. Menyediakan keamanan fisik.
c. Mencegah komplikasi pascaoperasi
d. Meredakan rasa sakit
e. Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
f. Menyediakan informasi mengenai kebutuhan pascapartum.
3. Diagnosa keperawatan
Menurut Marilyn E. Doengoes (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Diagnosa keperawatan klien dengan post op SC adalah sebagai berikut :
a. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, pengalaman pembedahan.
b. Nyeri b.d trauma pembedahan, efek-efek anastesia, distensi kandung kemih/abdomen.
c. Resti infeksi b.d trauma jaringan/kulit rusak, penurunan Hb, prosedur invasif, destruksi pertahanan terhadap bakteri, peningkatan pemajanan lingkungan.
d. Konstipasi b.d penurunan tonus otot.
e. Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri, dan kebutuhan perawatan bayi b.d kurang terpaparnya informasi.
Menurut Carpenito, Lynda Juall (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi inefektif menyusui b.d bibir sumbing, prematuritas, operasi payudara sebelumnya, putting yang masuk kedalam, dan ketidakadekuatan refleks let-down.
4. Rencana Keperawatan
Adapun Rencana keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Ansietas b.d. krisis situasi, ancaman pada konsep diri, pengalaman pembedahan.
Tujuan : Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ke tingkat yang dapat di atasi.
Tindakan :
1) Dorong keberadaan/partisipasi dari pasangan.
2) Tentukan tingkat ansietas klien
3) Lakukan pendekatan diri pada klien supaya klien merasa nyaman
4) Dorong klien untuk mengungkapkan kebutuhan dan harapan yang tidak terpenuhi..
5) Yakinkan bahwa pembedahan merupakan jalan terbaik yang harus ditempuh untuk menyelamatkan bayi dan ibu
6) Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien/bayi.
b. Nyeri b.d trauma pembedahan, efek-efek anastesia, distensi kandung kemih/abdomen
Tujuan : mengungkapkan berkurangnya nyeri, klien tampak rileks, mampu istirahat tidur dengan tepat.
Tindakan :
1) Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri
2) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan da intervensi yang tepat.
3) Evaluasi TD dan nadi
4) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya nyeri penyerta
5) Ubah posisi yang nyaman untuk klien
6) Ajarkan latihan nafas dalam.
7) Kolaborasi dalam pemberian Analgesik
c. Resti infeksi b.d trauma jaringan/kulit rusak, penurunan Hb, prosedur invasif, destruksi pertahanan terhadap bakteri, peningkatan pemajanan lingkungan.
Tujuan : Bebas dari infeksi.
Tindakan :
1) Kaji tanda-tanda infeksi, perhatikan kemerahan, edema, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.
2) Kaji suhu, nadi dan jumlah leukosit.
3) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan.
4) Tinjau ulang Hb/Ht ; perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi
5) Kaji status nutrisi klien
6) Anjurkan dan gunakan tekhnik mencuci tangan dengan cermat.
7) Berikan penkes untuk menjaga daya taahan tubuh, kebersihan luka, serta tanda-tanda infeksi dini pada luka
8) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik khusus untuk proses infeksi yang teridentifikasi.
d. Konstipasi b.d penurunan tonus otot.
Tujuan : mendapatkan kembali pola eliminasi optimal dalam 4 hari pascapartum, bising usus aktif dan adanya flatus.
Tindakan :
1) Auskultasi terhadap adanya bising usus normal
2) Palpasi abdomen, perhatikan adanya distensi atau ketidaknyamanan.
3) Anjurkan cairan oral yang adekuat( 6-8 gelas/hari)
4) Tingkatkan ambulasi dini sesuai batasan
5) Kolaborasi dalam pemberian analgesik sebelum ambulasi dan pelunak feses.
e. Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri, dan kebutuhan perawatan bayi b.d kurang terpaparnya informasi
Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis dan dapat melakukan prosedur yang perlu dengan benar.
Tindakan :
1) Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar
2) Berikan penyuluhan tertulis dengan format yang distandarisasi
3) Perhatikan status psikologis dan rspon terhadap kelahiran caesarea.
4) Tinjau ulang kebutuhan-kebutuhan perawatan diri misalnya perawatan perineal, insisi, hygiene.
5) Demonstrasikan tekhnik-tekhnik perawatan bayi.
f. Resiko tinggi Inefektif menyusui b.d bibir sumbing, prematuritas, operasi payudara sebelumnya, putting yang masuk kedalam, dan ketidakadekuatan refleks let-down.
Tujuan : menyatakan kepercayaan diri dalam menciptakan kepuasan, menyusui efektif dan menunjukan secara mandiri
Tindakan :
1) Kaji faktor pemberat pada kesulitan atau ketidakpuasan
2) Ajarkan penatalaksanaan perawatan putting susu
3) Ajarkan bagaimana memeras, menangani ASI dengan aman
4) Tekankan perlunya istirahat
5) Motivasi untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
5. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk meningkatkan timbal balik dari rencana keperawatan dan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang di berikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tentukan terlebih dahulu.
Evaluasi dari diagnosa-diagnosa keperawatan di atas adalah antara lain melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ke tingkat yang dapat di atasi, mengungkapkan berkurangnya nyeri, klien tampak rileks, mampu istirahat tidur dengan tepat, bebas dari infeksi, mendapatkan kembali pola eliminasi optimal dalam 4 hari pascapartum, bising usus aktif dan adanya flatus, mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis dan dapat melakukan prosedur yang perlu dengan benar, menyatakan kepercayaan diri dalam menciptakan kepuasan, menyusui efektif dan menunjukan secara mandiri.
0 Response to "asuhan keperawatan SC (seksio caesarea) pasca operasi"