Kata nosokomial berasal dari kata dalam bahasa yunani Nosokomien yang artinya rumah sakit atau tempat perawatan. Kata itu sendiri berasal dari Norus artinya penyakit, komeion berarti merawat. Nosokomial diartikan segala sesuatu yang berasal atau berhubungan dengan rumah sakit atau tempat perawatan.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang berasal dari fasilitas kesehatan, misalnya infeksi yang terjadi pada pasien rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang tidak tidak sedang dalam masa inubasi waktu penderita pulang kerumah dan juga infeksi pada petugas tempat perawatan tersebut yang penularannya terjadi dirumah sakit juga atau dapat diartikan sebagai infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik melalui :
- Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan yang lainnya.
- Petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
- Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.
- Sumber Lainnya
Yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada dirumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.
Dan pada umumnya infeksi Nosokomial yang mendapat perhatian hanyalah infeksi yang terjadi pada penderita yang sedang dirawat dirumah sakit. Infeksi yang tidak diketahui masa inkubasinya yang timbul pada penderita yang dirawat inap, harus dianggap sebagai infeksi nosokomial sampai dapat dibuktikan secara klinis ataupun epidemi ologis bahwa infeksi dapat dibuktikan secara klinis ataupun epidiomiologis bahwa infeksi tersebut berasal dari masyarakat.
Infeksi nosokomial sebetulnya bukan masalah baru. Semenjak adanya penderita yang dirawat ditempat perawatan masalah ini sudah ada. Namun yang tercatat dalam sejarah kesehatan menjurus kearah ditemukannya peranan antiseptik dalam pencegahan penularan penyakit. Infeksi nosokomial ini selain meningkatkan resiko kematian penderita, juga mengakibatkan perpanjangan masa tinggal dirumah sakit sehingga meningkatkan biaya perawatan yang harus dibayar penderita.
Infeksi nosokomial dapat secara eksogen atau endogen. Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal, contohnya adalah organisme salmonella dan clostridium tetani. Infeksi endogen dapat terjadi bila sebagian flora normal klien berubah dan terjadi pertubumhan yang berlebihan. Contohnya adalah infeksi yang disebabkan enterokokus, ragi, dan steptokokus. Bila organisme dalam jumlah cukup yang normalnya ditemukan dalam salah satu rongga atau lapisan tubuh dipindahkan kebagian tubuh lain, terjadi infeksi endogen. Misalnya penularan dari enterokokus, normalnya ditemukan dalam feses, dari tangan kekulit sering mengakibatkan infeksi luka. Jumlah mikroorganisme yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi nosokomial bergantung pada virulensi organisme, kerentanan hospes dan daerah yang diinfeksi.
Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, jenis dan jumlah prosedur invasif terapi resiko yang diterima dan lama perawatan mempengaruhi resiko terinfeksi. Tempat utama untuk infeksi nosokomial piratorius, dan pembuluh darah.
Infeksi nosokomial meningkatkan biaya perawatan kesehatan secara signifikan, lamanya masa rawat diinstitusi layanan kesehatan, meningkatnya ketidakmampuan, peningkatan biaya antibodi dan masa penyembuhan yang memanjang yang menambah pengeluaran klien, juga institusi layanan kesehatan dan badan pemberian dana (misalnya medicare). Seringkali biaya untuk infeksi nosokomial tidak diganti, oleh sebab itu pencegahan memiliki pengaruh finansial yang menguntungkan dan merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan perawatan
Terjadinya infeksi nosokomial adalah karena beberapa faktor
- Agen penyakit
Macam-macam agen penyakit dapat berupa kuman, virus, jamur, parasit atau rickettsia. Dan macam-macam agen penyakit ini ditentukan pula oleh patogenitasnya, virulensinya, daya invasifnya dan dosis infeksinya.
- Resevior/sumber
Semua kuman ada reseviornya/sumbernya seperti virus, reseviornya adalah manusia, kuman positif gram manusia, tetapi kuman negatif dapat manusia dapat juga alam seperti Pseudomonas. Apabila reseviornya manusia, maka dapat berasal dari traktus respiratorius, traktus digestivus, traktus urogenitalis, kulit (variola) atau darah (hepatitis B).
Kuman itu akan ada diudara pada debu seperti Salmonella, pada droplet seperti Mycrobacterium atau pada kulit yang lepas.
- Lingkungan
Keadaan udara sangat mempengaruhi seperti kelembapan udara, suhu dan pergerakan udara atau tekanan udara.
- Penularan
Penularan adalah perjalanan kuman patogen dari sumber ke hospes. Ada 4 jalan yang dapat ditempuh:
a. Kontak langsung (perawat)
b. Alat (endoskop)
c. Udara
d. Vektor (lalat)
- Hospes
Tergantung port d'entree (tempat masuknya penyakit)
a. Melalui kulit seperti Leptospira atau Staphylococcus.
b. Melalui traktus digestivus seperti Eschericha coli, Shigella, Salmonela.
c. Melalui traktus respiratoris bagian atas partikel =5µ. Apakah melalui traktus respiratorius bagian bawah partikel =5µ.
d. Melalui traktus urinarius seperti Klebsiel la pneumoniae.
Pada hospes tergantung pula pada imunitas alamiah atau buatan yang aktif maupun pasif. Dalam infeksi nosokomial ada yang dapat dicegah dan ada yang tidak dapat dicegah. Yang dapat dicegah terjadinya infeksi nosokomial adalah tindakan cuci tangan sebelum operasi atau cuci tangan dan pakai masker dalam merawat penderita dari sang satu pindah ke yang lain. Sedangkan infeksi yang tidak dapat dicegah adalah karena faktor hospes sendiri yang berubah atau menurun daya imunitasnya karena sakitnya atu karena pengobatannya.
B. RANTAI PROSES INFEKSI
Rantai proses infeksi adalah rangkaian proses masuknya kuman kedalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan beberapa unsur diantaranya:
1. Resevior
Merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan, maupun tanah.
2. Jalan Masuk
Merupakan jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan dari berbagai kuman, seperti saluran pencernaan, pernapasan, pencernaan, kulit dan lain-lain.
3. Inang (host)
Merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat didukung oleh ketahanan kuman.
4. Jalan Keluar
Merupakan tempat keluarnya mikroorganisme dari resevior, seperti sistem pernapasan, sistem pencernaan, alat kelamin dan lain-lain.
5. Jalur Penyebaran
Merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara dan lain-lain.
C. CARA PENULARAN MIKROORGANISME
Proses penyebaran mikroorganisme kedalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan dapat melalui berbagai cara di antaranya :
1. Kontak Tubuh
Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung maupun tidak langsung. Penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit, sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi kuman.
2. Makanan dan Minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi, seperti pada penyakit tifus abdominalis penyakit infeksi cacing, dan lain-lain.
3. Serangga
Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk aedes dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat ditularkan melalui lalat.
4. Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran penyakit sistem pernapasan (penyebaran kuman tuberkolosis) atau sejenisnya.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES INFEKSI
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses infeksi adalah:
1. Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan dengan cepat atau lambat.
2. Kuman Penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk kedalam tubuh dan virulensinya.
3. Cara Membebaskan Sumber Dari Kuman
Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran (cahaya) dan lain-lain.
4. Cara Penularan
Cara penularan seperti kontak langsung melalui makanan atau udara dapat menyebabkan penyebaran kuman kedalam tubuh.
5. Cara Masuknya Kuman
Proses penyebaran kuman berbeda tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit dan lain-lain.
6. Daya Tahan Tubuh
Daya tahan tubh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tahan tubuh yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.
E MACAM-MACAM INFEKSI NOSOKOMIAL
1. Infeksi Silang (Cross Infection)
Infeksi yang disebabkan kuman didapat dari orang atau pasien lain dirumah sakit secara langsung atau tidak langsung.
2. Infeksi Lingkungan (Environmental Infection)
Infeksi yang disebabkan kuman yang didapat dari benda atau bahan tak bernyawa dilingkungan Rumah Sakit.
3. Infeksi Sendiri
Infeksi yang disebabkan kuman yang didapat dari pasien sendiri, karena perpindahan kuman dari satu fokus atau jaringan lain pada tubuh yang sama.
F. PENCEGAHAN INFEKSI
Di masa lalu,fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi, meskipun infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di beberapa nagara, terutama dengan timbulnya penyakit acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan hepatitis B yang belum ditemukan obatnya. saat ini perhatian utaama ditujukan untuk mengurangi resiko perpindahan penyakit, tidak hanya terhadap pasien, tetapi juga terhadap pemberi pelayanan kesehatan dan karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang yang bertugas membersihkan dan merawat ruang bedah.
Usaha perawat untuk meminimalkan serangan dan penyebaran infeksi didasarkan pada prinsip teknik aseptik. Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab penyakit. Teknik aseptik adalah usaha mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme. yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah msuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengn aman digunakan. Dua jenis teknik aseptik medis atau bedah:
a. Asepsis Medis
Teknik asepsis medis atau teknik bersih termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Mencuci tangan, mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk obat, merupakan contoh asepsis medis. Prinsip asepsis medis biasanya yang menghidangkan makanan.
b. Asepsis Bedah
Teknik steril termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari suatu daerah. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora. Teknik steril harus digunakan saat melakukan prosedur invasif.
Setelah suatu objek menjadi tidak steril atau tidak bersih, objek tersebut terkontaminasi. Pada asepsis medis suatu area atau objek dinyatakan terkontaminasi jika area atau objek tersebut mengandung patogen. Misalnya bedpan yang sudah terpakai, lantai, dan kassa yang basah merupakan contoh objek terkontaminasi. Pada asepsis bedah, suatu area atau objek yang tidak steril, misalnya sobekan pada sarung tangan bedah memaparkan bagian luar sarung tangan terhadap permukaan kulit, sehingga mengkontaminasi sarung tangan tersebut
Perawat bertanggung jawab menyediakan lingkungan yang ama bagi klien. Keefektifan tindakan kontrol infeksi bergantung pada sifat dan konsistensi dalam menggunakan teknik aseptik. Mudah untuk melupakan langkah kunci prosedur atau bila terburu-buru mengambil jalan pintas yang melanggar prosedur aseptik. Bagaimanapun ketidak mampuan perawat untuk bertindak sangat teliti.
0 Response to "Infeksi Nosokomial"