1. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng ke arah muka belakang , ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus 7- 7,5 cm, lebar diatas 5,25cm, dan tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25cm. letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversioflexio (serviks ke depan dan membentuk sudut vagina , demikian pula, korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri.
Uterus terdiri atas:
1). Fundus uteri adalah bagian uterus proximal; disitu kedua tuba faloppi masuk ke uterus.
2). Korpus uteri adalah bagian uterus terbesar.
3). Serviks uteri.
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk . endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti perting dalam siklus haid pada seseorang wanita dala masa reproduksi. Dalam masa haid endometrium untuk sebagian besar di lepaskan, untuk kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa sekretorik ( kelnjar-kelenjar telah berkeluk-keluk dan terisi dengan getah). Masa-masa ini dapat di periksa dengan mengadakan biopsy endometrium.
Tuba palofi terdiri atas :
1. pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus
2. pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang semoit seluruhnya.
3. Pars ampullaris, merupakan berbentuk sebagai saluran agak lebar tempat terjadi konsepsi.
4. Infundipulun merupakan bagian dari ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan menpunyai fimbria.
Fimbria berfungsi bagi tuba untuk menangkap telur kemudian menyalurkan kedalam tuba.
Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot di dinding tuba terdiri atas otot longitudinal dan otot serkuler. Lebih kedalam lagi terdapat selaput yang berlipat dengan sel-sel yang bersekresi dan berselia yang has, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi kea rah kavum uteri dengan arus yang di timbulkan oleh getaran rambut tersebut.
2. Ovarium
Wanita pada umum nya mempunyai dua ovarium kanan dan kiri, dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamuntum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal 1,5 cm. struktur ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar yang meliputi epitolium germinatipun yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta polikel-polikel primobria dan medulla di sebelah dalam korteks terdapat stroma dengan pembuluh darah, serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.diperkirakan wanita terdapat kira- kira 100.000 folikel primer.tiap bulan satu folikel keluar, kadang- kadang dua folikel, yang didalamnya akan berkembang folikel de graff.
Folikel de graff yang matang terdiri atas 1). ovum yaitu suatu sel terbesar dengan diameter 0,1 mm yang memepunyai nucleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu nucleus pula, 2). Stratum granulasom yang terdiri atas sel-sel granulose, yakni sel-sel bulat kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum, pada perkembangan lebih lanjut terdapat di tengah nya suatu rongga terisi likuor folikulli. 3).teka internal, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel-sel lebih kecil dari pada sel granulose. Dan 4). D luar teka interna di temikan teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
Pada ovulasi folikel yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulose yang melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiate bersama-sama ovum ikut dilepas. Sebelum di lepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam 2 tahap sebagai persiapan untuk dapat di buahi.
B. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi pada manusia kira-kira 28 hari, tetapi bila lebih atau kurang tergantung dari mekanisme hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi. ( Tjokronegoro, 1994)
Siklus menstruasi dapat dibagi dalam 4 stadia, dihitung mulai dari saat keluarnya darah, disebut hari pertama.
1. Menstruasi : hari 1-5
Beberapa jam sebelum menstruasi arteriol spirallis kontriksi satu persatu dan menyebabkan endomet5rium pucat. Setelah anemi llokal ini maka mukosa mengkerut dan mati. Beberapa saat kemudian arteriol relaksasi selama beberapa menit sehingga darah keluar, darah yang tidak membeku masuk ke kavum uteri bersama jaringan endometrium yang mati.
2. Repair : hari ke 4-6
Selama 5 hari mennstruasi maka stratum kompaktum dan sebagian besar stratum spongiosom hilang dikeluarkan. Sel-sel epitel kelenjar pada stratum basal dan sisi stratum spongiosum tumbuh keluar menutupi permukaan endometrium dengan dengan epitel baru.
3. Poliferasi : hari ke 7-15
Fase menyelesaikan perbaikan setelah menstruasi. Pada saat ini folikel-folikel ini baru tumbuh dalam ovaria. Kelenjar-kelenjar berpoliferasi dan memanjang. Sel-sel jarinngan ikat bertambah dan berdeferensiasi menjadi serabut retikuler. Tebal endometrium bertambah dari satu mm menjadi 2mm atau lebih.
Repair dan profilerasi disebut fase folikuler.
4. Sekresi hari ke 16-28
Disebut juga stadium progestasional. Ini sesuai dengan pertumbuhan dan fungsi korpus luteum. Kelenjar-kelenjar melebar, berkelok-kelok, dan penuh dengan sekresi kental yang hanya mengandung glikogen.
Arteriol berbentuk spiral dan kapiler – kapiler member darah pada dua pertiga endometrium. Sepertiga basal diberi darah oleh cabang- cabang arteri uteri lurus. Pada akhir periode ini tebal endometrium telah dua kali disebabkan sekresi an cairan oedema.
1. Aspek Endokrin Dalam Siklus Haid
Sekarang di ketahui dalam proses ovulasi harus ada kerjasama antara korteks serebri, hipotalamus, hipofisi, ovarium, glandula tiroidea, glandula suprarenalis, dan kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan hipotalamu, hipofisis, dan ovarium . menurut teoti neurohumoral yang di anut sekarang, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh adenohipofisis melalui sekresi neurohormonyang di salurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan factor yang dapat di isolasi dan di sebut Gonadotropin Releasing Hormonem(Gn RH) karena dapat merangsang pelepasan Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan hipofisis.
Siklus haid normal dapat di pahami dengan baik dengan membaginya atas dua fase dan satu, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormone sepanjang siklus haid di sebabkan oleh mekanisme umpan balik antara hormone steroid dan hormone gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negative terhadap FSH, sedangkan terhadap LH estrogen menyebabkan umpan balik negative jika kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormone gonadotropin ini mungkin pada hipotalamus.
Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikuler dini, beberapa folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH sebabkan oleh regrei korpus luteum, sehingga hormone steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi esterogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH, folikel yang akan berovulasi akan melindungi dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel –folikel lain mengalami mengalami ateresia. Pada waktu inilah juga meningkat, namun pada peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan esterogen dalam folikel.
Perkembangan folikel yang cepat pada masa folikel akhir ketika FSH mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan follikel berakhir setelah kadar esterogen dalam plasma jelas meninggi.eesterogen pada mulanya meninggi secara berangsur- angsur , kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH(LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakbatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, esterogen menurun. Menurunnya esterogen mungkin disebabkan oleh perubahan orfologik pada folikel. Munkin pula menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan balik negative yang pendek dari LH terhadap hypothalamus. Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin adanya ovulasi; follikel hendaknya pada tingkat yang matang, agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16-24 jam setelah lonjakan LH pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang. Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnya tekanan dalam folikel , tetapi oleh perubahan- perubahan degenerative kolagen pada dinding folikel, sehingga ia menjadi tipis . mungkin juga prostaglandin F2 memegang peranan dalam peristiwa itu.
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulosa yang membesar, membentuk vakoula dan bertumpuk pigmen kuning (lutein) ; folikel menjadi korpus luteum vaskularisasi dalam lapisan granuolosa juga bertambah dan mencapai puncaknya pada 8-9 hari setelah ovulasi.
Pada kehamilan, hidupnya korpuds luteum di perpanjang oleh adanya rangsangan dari Human Chorionik Gonadotrophin (HCG), yang di buat oleh sinsisiotrofoblast. Rangsangan ini di mulai pada puncak perkembangan korpus luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untk mencegah terjadinya regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korp[us luteum hingga 9-10 minggu kehamilan. Kemudian, fungsi itu di ambil alih oleh oleh plasenta.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa kunci siklus haid tergantung dari perubahan-perubahan kadar estrogen. Pada permulaan siklus haid meningkatnya FSH di sebabkan oleh menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya. Berhasilnya perkembangan folikel tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen olehfolikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya esterogen meningkat pada pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya korpus luteum tergantunh pula pada pada kadar minimum LH ynag terus-menerus. Jadi hubungan antara folikeldan hipotalamus bergantung pada fungsi esterogen, yang menyampaikan pesa-pesan berupa umpan balik positif atau negative. Segala keadaan yang menghambat produkssi esterogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus reproduksi yang normal.
2. Histologik Pada Ovarium Dalam Siklus Hiad
perubahan- perubahan yang terjadi pada ovarium pada waktu siklus haid yaitu:
- selama tidak ada aktivitas seksual terlihat folikel- folikel kecil ( follikel primer)
- sebelum folikel- folikel ini menjadi besar tetapi hanya satu yang berisi ovum yang matang.
- folikel yang berisi folikel yang matang ini akan pecah, telur keluar(ovulasi).
- kalau telur tidak dibuahi, korpus luteum tetap akan dipertahankan selama kehamilan dan sikllus berakhir setelah bayi lahir dan selesai menyusui.
3. Perubahan Histologik Pada Endometrium Dalam Siklus Haid
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaputu lendir uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu:
a Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase ini endomentrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan secret dari uterus, serviks, dan kelnjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
b Fase pascahaid atau fase regenerasi.
Luka endometrium yang trejadi akibat pelepasan sebagian besar beransur-ansur sembuh dan ditutupi kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium kurang lebih dari 0,5 mm. fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih dari 4 hari.
c Fase intermenstrum atau fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal kurang dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
1) Fase proliferasi dini (early proliferation pfase)
2) Fase proliferasi madya (midproliferation)
3) Fase proliferasi akhir (late proliferasi phase)
d Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar-kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan cirri fase proliferasi; sel-sel kelenjar mangalami mitosis. Sebagian sediaan , masih menunjukan suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan-perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboik. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis. Nucleus sel stroma relative besar sebab sitoplasma relative sedikit.
e Fase proliferasi madya
Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar berkeluk-keluk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami edema. Tampak banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake nucleus).
f Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.
g Fase prahaid atau fase sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah, yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang di buahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibauhi. Fase sekresi dibagi atas:1) fase sekresi dini, dan 2) fase sekresi lanjut.
h Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis dari pada fase sebelumnya karena kehilangan cairan. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yakni :
1) Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan dengan lapisan miometrium; lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada kelenjar.
2) Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. Ini di sebabkan oleh banyak nya kelenjar yang melebar dan berkeluk-keluk dan hanya sedikit stroma di antaranya.
3) Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran kelenjar sempit, lumennya berisi secret, dan stromanya edema.
i Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, debgan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk-keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma sel-sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan.
4. Mekanisme Haid
Hormone steroid estrogen dan progesterone mempengaruhi pertumbuhan endometrium. Dibawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase proliferasi; sesudah ovulasi, endomentrium memasuki fase sekresi. Dengan menurunnya kadar estrogen dan progesterone pada akhir siklus haid, terjadi regresi endometrium yang kemudian diikuri oleh perdarahan yang terkenal denagn nama haid.
Mekanisme haid belum diketahui seluruhnya, akan tetapi sudah dikenal beberapa factor yang, kecuali factor hormonal, memegang peranan dalam hal ini. Yang penting ialah :
a. Factor-faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruh tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikuti serta dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, dengan akibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke streoma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak tejadi, maka dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, dan merusakan bagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu, timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
b. Factor-faktor vascular
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan system vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vene-vene dan hubungan antaranya, seperti di gambarkan di atas.
Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.
c. Factor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. Dengan desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu factor untuk membatasi perdarahan pada haid.
A. Gangguan Menstruasi
1. Dysmenorrhea
a. Pengertian
Istilah dysmenorrhea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997).
b. Jenis – jenis dysmenorrhea
1) Dysmenorrhea primer
a) Pengertian
Dysmenorrhea primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa adanya kelainan ginekologik yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarke, biasanya sesudah menarke, umumnya sesudah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarke biasanya bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung sampai beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang yang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Rasa nyeri dapat disertai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare (Hanafiah, 1997).
b) Etiologi
Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dysmenorrhea primer. Menurut Hanafiah (1997), beberapa faktor berikut ini memegang peranan penting sebagai penyebab dysmenorrhea primer, antara lain:
(1). Faktor kejiwaan
Gadis-gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses menstruasi, maka mudah untuk timbul dysmenorrhea primer. Faktor ini, bersama-sama dismenorea merupakan kandidat terbesar untuk menimbulkan gangguan insomnia.
(2). Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga menurunkan ketahanan terhadap nyeri, faktor-faktor ini adalah anemia, penyakit menahun, dan sebagainya.
(3). Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer adalah karena terjadinya stenosis kanalis servikalis. Akan tetapi sekarang tidak lagi dianggap sebagai faktor penting sebagai penyebab dismenorea primer, karena banyak wanita menderita dismenorea primer tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi, begitu juga sebaliknya. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea karena otot-otot uterus berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
(4). Faktor endokrin
Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 alfa yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 alfa berlebih dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
(5). Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dysmenorrhea primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkiale.
c) Patofisiologi
Mekanisme terjadinya nyeri pada dysmenorrhea primer diterangkan sebagai berikut : Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase ini A2 akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium; menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dysmenorrhea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia (Sunaryo, 1989).
2) Dysmenorrhea sekunder
Dysmenorrhea sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organik, seperti endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus dan polip uterus. IUD juga dapat merupakan penyebab dismenorea ini. Dismenorea sekunder dapat disalahartikan sebagai dismenore primer atau dapat rancu dengan komplikasi kehamilan dini, terapi harus ditunjukkan untuk mengobati penyakit dasar (Bobak, 2004)
2. Menorrhagia
a. Pengertian
Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan biasanya disertai dengan pada siklus yang teratur.
Menorrhagia biasanya berhubungan dengan nocturrhagia yaitu suatu keadaan dimana menstruasi mempengaruhi pola tidur wanita dimana waita harus mengganti pembalut pada tengah malam. Menorrhagia juga berhubungan dengan kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.
b. Etiologi
Etiologi menorrhagia dikelompokan dalam 4 kategori yaitu,
1) Gangguan pembekuan,
Walaupun keadaan perdarahan tertentu seperti ITP dan penyakit von willebrands berhubungan dengan peningkatan menorrhagia, namun efek kelainan pembekuan terhadap individu bervariasi. Pada wanita dengan tromboitopenia kehilangan darah berhubungan dengan jumlah trombosit selama haid. Splenektomi terbukti menurunkan kehilangan darah.
2) Disfunctional uterine bleeding (DUB)
Pada dasarnya peluruhan saat haid bersifat self limited karena haid berlangsung secara simultan di seluruh endometrium serta jaringan endometrium yang terbentuk oleh estrogen dan progesterone normal bersifat stabil. Pada DUB, keadaan ini sering terganggu.
DUB dapat terjadi disertai ovulasi maupun anovulasi. Pada keadaan terjadinya ovulasi, perdarahan bersifat lebih banyak dan siklik hampir sesuai dengan siklus haid. Pada keadaan anovulasi, perdarahan bersifat namun dengan siklus yang tidak teratur sehingga sering disebut menometrorrhagia. DUB dapat disebabkan estrogen withdrawl bleeding, progesteron withdrawl bleeding, estrogen breakthrough bleeding, progesterone breakthrough bleeding.
3) Gangguan pada organ dalam pelvis.
Menorrrhagia biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus, adenommiosis, infeksi pelvis, polips endometrial, dan adanya benda asing seperti IUD. Wanita dengan perdarahan haid melebihi 200 cc 50% mengalami fibroid. 40% pasien dengan adenomiosis mengalami perdarahan haid melebihi 80cc13. Menorrhagia pada retrofleksi disebabkan karena bendungan pada vena uterus sedangkan pada mioma uteri, menorrhagia disebabkan oleh kontraksi otot yang kurang kuat, permukaan endometrium yang luas dan bendungan vena uterus.
4) Gangguan medis lainnya.
Gangguan medis lainnya yang dapat menyebabkan menorrhea diantaranya hipotiroid dan sindrom cushing, patifisiologi terjadinya belum diketahui dengan pasti11,13. Dapat juga terjadi pada hipertensi, dekompsatio cordis dan infeksi dimana dapat menurunkan kualitas pembuluh darah. Menorrhagia dapat terjadi pada orang asthenia dan yang baru sembuh dari penyakit berat karena menyebabkan kualitas miometrium yang jelek.
c. Terapi
Terapi menorrhagia sangat tergantung usia pasien, keinginan untuk memiliki anak, ukuran uterus keseluruhan, dan ada tidaknya fibroid atau polip. Spektrum pengobatannya sangat luas mulai dari pengawasan sederhana, terapi hormon, operasi invasif minimal seperti pengangkatan dinding endometrium (endomiometrial resection atau EMR), polip (polipektomi), atau fibroid (miomektomi) dan histerektomi (pada kasus yang refrakter).
Dapat juga digunakan herbal yarrow, nettle’s purse, agrimony, ramuan cina, ladies mantle, vervain dan raspbery merah yang diperkirakan dapat memperkuat uterus. Vitex juga dianjurkan untuk mengobati menorrhea dan sindrom pre-mentrual. Dianjurkan juga pemberian suplemen besi untuk mengganti besi yang hilang melalui perdarahan. Vitamin yang diberikan adalah vitamin A karena wanita dengan lehilangan darah hebat biasanya mengalami penurunan kadar vitamin A dan K yang dibutuhkan untuk pembekuan darah. Vitamin C, zinc dan bioflavinoids dibutuhkan untuk memperkuat vena dan kapiler.
d. Prognosis
Prognosis pada semua ketidakteraturan adalah baik bila diterapi dari awal.
5) Oligomenorrhe
a. Pengertian
Pada oligomenorrhea siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Pendarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari biasa. Hal yang terakhir ini diberikan nama polimenorragia atau epimenorragia.
Polimenorragia dapat disebabkan oleh gangguan hormunal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah gangguan ovulasi kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya.
Oligomenorrhea adalah adanya komplikasi dari siklus menstruasi. Istilah ini digunakan, jika siklus menstruasi tidak teratur. Oligomenorrhea dapat menyebabkan suatu masalah ketika hamil. Selain itu juga bisa membuat wanita lebih rentan untuk mengalami patah tulang.
Wanita dengan Oligomenorrhea akan terus mengalami menstruasi secara tidak teratur hingga penyebabnya diketahui dan kondisinya bisa diobati. Perawatan atau pengobatan Oligomenorrhea, tergantung oleh penyebabnya. Misalnya, faktor-faktor sosial seperti stress, sakit, pola makan buruk, dan sering bepergian juga dapat menyebabkan Oligomenorrhea.
b. Etiologi
Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih.
Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis6. Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal. Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas.
Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.
c. Gejala
Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita dengan oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus.
d. Pengobatan
Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorrhea dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi6. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering diterapi dengan hormonal. Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan. Pengobatan alternatif lainnya dapat menggunakan akupuntur atau ramuan herbal.
e. Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan.
6) Amenorrhea
a. pengertian
Amenorrhea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut – turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder. Kita berbicara pembagian antara primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah dapat haid; sedangkan amenorrhea sekunder penderita pernah mendapat hain, tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorrhea primer umumnya mempunyai sebab- sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan – kelainan kongenital dan kelainan – kelainan genetik. Adanya amenorrhea sekunder lebih menunjukan kapada sebab – sebab yangh timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor – tumor, penyakit infeksi, dan lain – lain.
Istilah kriptomenorrhea menunjukan kepada keadanya di mana tidak tampak adanya haid karena darah tidak keluar berhubungan ada yang menghalangi, misalnya pada ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis, dan lain – lain.
Selanjutnya ada pula amenorrhea fisiologik, yakni terdapat dalam menopause.
b. Klasifikasi amenorea
Seperti di katakan di atas, amenorea primer dan amenorea sekunder masing-masing mempunyai sebab-sebab sendiri, pada amenorea primer kelainan gonad memegang peranan penting. Akan tetapi, banyak sebab di temukan pada kedua jenis amenorea. Oleh karena itu, klasifikasi di bawah ini mencakup sebab-sebab pada amenorea primer dan amenorea sekunder.
1. Gangguan organik pusat
Sebab organik : tumor, radang, destruksi.
2. Gangguan kejiwaan
a. Syok emosional
b. Psikosis
c. Anoreksia nervosa
d. Pseudosiesis
3. Gangguan poros hipotalamus-hipofisis
a. Sindrom amenorea-galaktorea
b. Sindrom stein-Leventhal
c. Amenorea hipotalamik
4. Gangguan hipofisis
a. Sindrom sheehan dan penyakit simmonds
b. Tumor
1.) Adenoma basofil (penyakit cushing)
2.) Adenoma saidofil (akromegali, gigantisme)
3.) Adenoma kromofob (sindrom forbes-albright)
5. Gangguan gonad
a. Kelainan kongenital
1. Disgenesis ovarii (sindrom turner)
2. Sindrom testicular feminization
b. Menopause prematur
c. The insensitive ovary
d. Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang dan sebagainya.
e. Tumor sel-granulosa, sel-teka, sel-hilus, adrenal, arenoblastoma
6. Gangguan Glandula suprarenalis
a. Sindrom adrenogenital
b. Sindrom cushing
c. Penyakit addison
7. Gangguan glandula tiroidea
Hipotireoidi, hipertireoidi, kretinisme
8. Gangguan pankreas
Diabetes melitus
9. Gangguan uterus, vagina
a. Aplasia dan hipoplasia
b. Sindrom asherman
c. Endometritis tuberkulosa
d. Histerektomi
e. Aplasia vaginae
10. Penyakit-penyakit umum
a. Penyakit umum
b. Gangguan gizi
c. Obesitas.
0 Response to "penanganan dan penatalaksanaan pada gangguan menstruasi"