Mengkomunikasikan Hasil Penelitian Sosial
Para ilmuwan sosial melakukan penelitian tidak hanya ditujukan untuk mencari suatu pengetahuan sosial yang baru atau penyebab dari masalah-masalah sosial tetapi juga dapat memberikan suatu sumbangan dalam menyelesaikan masalahmasalah sosial. Dalam melaksanakan penelitian para ilmuwan sosial melaksankan dengan hati-hati dan ekstra teliti. Mereka menggali data sesuai dengan apa yang tejadi dilapangan. Karena hasil penelitian yang dilaksanakan akan juga dikomunikasikan kepada masyarakat.
Mengkomunikasikan hasil penelitian tidak semudah dalam menyampaikan suatu makalah dalam seminar atau workshop. Dibutuhkan kecakapan tersendiri dan juga penguasaan ilmu baik dari segi teoritis dan metode juga penguasaan masalah yang dikajinnya. Hal ini dilakukan karena sang peneliti ketika mengkomunikasikan hasil penelitiannya sama saja mempertahankan ide dasar pengetahuannya dan juga ada tuntutan tentang manfaat dari penelitian tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus benar-benar mempersiapkan laporan penelitiannya secara mendalam dengan literatur yang rasional.
Hasil penelitian dapat dikomunikasikan dalam berbagai acara yaitu diantaranya seminar, uji skripsi,tesis, dan disertasi dalam mendapatkan gelar pendidikan. Ada pula melalui bentuk artikel yang dimuat dalam media massa. Bentuk yang paling efektif adalah seminar karena memungkinkan adanya masukan penelitian dari para ilmuwan yang lainnya sehingga hasil penelitian dapat maksimal. Dalam mengkomunikasikan penelitian yang harus dijelaskan secara mendalam adalah latar belakang dan teori yang melandasinya secara rasional dari metodologinya. Sebagai peneliti yang dalam pekerjaan sehari-harinya banyak berhubungan dengan masyarakat umum dan juga pihak-pihak lainnya dalam rangka pengabdian masyarakat maka hal-hal yang bersifat teoritis-konsepsional sebisa mungkin untuk dikemukakan secara mendalam. Dalam mengkomunikasikan penelitian harus memperhatikan beberapa hal yaitu seperti yang dijelaskan oleh Soerjono Soekanto.
1. Khalayak yang dihadapi
Seorang peneliti akan menghadapi khalayak tertentu yang terdiri dari beberapa orang yang kadang-kadang tidak dapat ditemukan batas-batasnya dalam mengkomunikasikan hasil penelitiaanya. Orang-orang yang ditemuinnya mempunyai bermacam-macam kharakter dan juga kemampuan ilmu pengetahuan. Mungkin ada yang lebih menguasai dari public speaker mungkin ada yang dibawah kemampuan public speaker. Heteregonitas itu mungkin ada dilihat dari sudut kebudayaan khusus yang dianut, orientasi politik yang berlainan, agama yang tidak sama, latar belakang pendidikan yang berbeda, dan lain sebagainya. Dalam hal ini biasanya peneliti selalu memahami wacana-wacana yang diungkapkan oleh khalayak ramai. Karena sulit diciptakan hubungan batiniah antara pembicara dengan khalayak.
Menghadapi khalayak yang beraneka ragam latar belakang seorang pembicara harus mampu membuat tolok ukur yang seragam terlebih dahulu. Tolok ukur ini yang dipakai harus mencakup dari pembahasan masalah yang diteliti. Diusahakan adanya pembatasan masalah yang dikaji sehingga tidak menimbulkan berbagai pertanyaan bagi khalayak yang nantinya akan mengancam konsistensi peneliti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah, meminta data yang akan dihadapi dihadapi sebelum acar dilakasanakan. Dengan cara demikian peneliti dapat menegtahui kharakteristik dari kalayak.
2. Usaha agar khalayak menjadi pendengar yang aktif
Seorang peneliti dalam mengkomunikasikan hasil penelitiannya harus mengusahakan agar khalayak menjadi pendengar yang baik. Sehingga tujuan penelitian dapat dipahami dan menimbulkan rangsangan tehadap khalayak. Usaha ini ditujukan agar hasil penelitian benar-benar bermanfaat dan dapat menjadi pemecah dari masalah yang diteliti. Oleh karena itu, penyampainnya harus dapat menggunakan bahasa yang komunikatif dan tidak perlu menggunakan istilahistilah yang tidak subtantif atau tidak penting. Adapun halangan-halangan untuk menjadi pendengar yang baik adalah sebagai berikut:
a. Kesulitan memahami apa yang di bicarakan.
b. Gangguan dalam pandangan.
c. Hal-hal yang mengalihkan perhatiannya.
d. Kelelahan atau keadaan sakit.
e. Waktu yang terbatas
f. Melamun.
Halangan-halangan inilah yang harus dipecahkan oleh pembicara dalam menyampaikan hasil penelitiannya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh pembicara agar khalayak dapat memahami hasil dari penelitian sebagai berikut. Pertama, pembicara harus memberikan pengantar yang menarik dan mungkin mengangkat permasalahan yang kontrovesial sehingga pendengar terangsang untuk menanyakan materi penelitian yang disampaikan. Pengantar yang menarik inilah akan menciptakan suasanana yang menyenangkan dan meimbulkan pertanyaan bagi khalayak ramai. Tetapi kadang pembicara perlu menempatkan dirinya pada posisis yang lebih tinggi. Namun hendaknya hal itu dilakukan sebagai taktik agar dihargai oleh khalayak pendengar juga. Kedua, pembicara harus dapat menciptakan kewibawaan terhadap khalayak dalam penyampaian materi. Dalam usaha kedua ini yang dititik beratkan adalah faktor yang bersifat spiritual yaitu faktor penampilan, gaya berbicara, raut wajah, dan lain sebagainya. Ketiga, yaitu pembicara harus menciptakan landasan pengetahuan yang sama. Usaha ini dilakukan agar pembahasan tidak terlalu melebar dari inti permasalahannya. Dan sebisa mungkin pembicara dapat membatasi masalah dan menggiring khalayak ke pembahasan inti masalah.
3. Usaha untuk mempengaruhi khalayak
Tujuan dari mengkomunikasikan hasil penelitian adalah menyampaikan masalah penelitian kemudian mencari solusi bersama khalayak. Maka seorang pembicara harus dapat mempengaruhi khalayak agar aktif dalam seminar. Langkah yang dapat dilakukan dalam mempengaruhi khalayak adalah mengembangkan suasana sehingga terjadi perubahan. Yang dilakukan dalam langkah ini adalah pembicara mengemukakan masalah yang sama-sama dihadapi, misalnya rendahnya taraf hidupnya dengan berikhtiar. Disamping itu pembicara juga dapat menyakinkan kalayak tentang masalah-masalah yang diteliti. Kedua, pembicara mulai melakukan interaksi dengan khalayak agar tercipta suasana yang menyenangkan. Keadaan ini harus tetap dipertahankan agar kegiatan penyampaian materi penelitian dapat memuat semua gagasangagasan yang dimaksud. Ketiga, pembicara mencoba dan mengajak khalayak untuk megadakan diagnosis terhadap keadaan yang dihadapi. Dalam tahap ini mulai menanggulangi masalah-masalah yang mengagangu dalam pembicaraan. Langkah ke-empat pembicara berusaha untuk menanamkan keinginan dimana pembicara diarahkan pada usaha agar khalayak mempunyai keinginan atau hasrat yang kuat untuk mengubah keadaan, sehingga dapat diduga bahwa pada suatu waktu keinginan tadi akan berubah menjadi tindakan-tindakan yang nyata. Tahap kelima, pembicara sayogyannya berusaha untuk menjelaskan keuntungan dan kerugian sebagai akibat terjadinya perubahan.
Seorang peneliti harus mempunyai kemampuan agar dapat melakukan pembicara dengan baik dan benar. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan menambah wawasan dan juga pengalaman-pengalaman. Yang terpenting yaitu harus mempunyai mental berani dalam mengkomunikasikan penelitian tersebut. Oleh karena itu, jika kalian rajin berlatih diri berbicara didepan umum maka kalian akan terbiasa dan akan menjadi pembicara yang handal. Dengan kemampuan ini maka ketika kalian dalam melakukan penelitian dapat mengkomunikasikan ke khalayak dengan baik sehingga hasil penelitian kalian sangat berguna.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka seorang peneliti harus memiliki kemampuan-kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil penelitian sebagai berikut.
a. Menyajikan dengan bahasa yang sederhana tetapi benar, sehingga mudah dimengerti khalayak.
b. Menyajikan bahan secara sistematis.
c. Menguasai bahan yang disajikan.
d. Memberikan contoh-contoh sederhana tetapi penting yang berasal dari kehidupan sehari-hari.
e. Menyesesuaikan diri dengan khalayak secara serta merta dan cepat.
f. Tidak menimbulkan ketegangan, walaupun harus menyajikan hal-hal yang kadang-kadang bersifat kontrovesial.
g. Membentuk opini positif.
h. Berdiskusi dengan benar.
i. Membimbing kalayak ke arah kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya secara mandiri.
Dengan menguasai poin-poin diatas maka peneliti benar-benar dapat mewujudkan cita-citanya yang diuraiakan dalam kerangka penelitian kepada masyarakat. Serta seorang peneliti juga tidak lagi gagap dalam mengkomunikasikan hasil penelitian terhadap orang-orang yang lebih cerdas dari peneliti.
Mengkomunikasikan hasil Penelitian antropologi
Setelah penelitian selesai dilaksanakan dan laporan awal selesai disusun, maka hasil penelitiannya perlu diseminarkan. Seminar hasil penelitian dilaksanakan dalam rangka untuk mempresentasikan hasil penelitian kepada orang lain. Tujuan utamanya adalah untuk mengkomunikasikan hasil yang dicapai untuk ditanggapi oleh orang lain. Hasil penelitian tidak tertutup terhadap kritik dari peserta seminar, sehingga masukan-masukan dalam seminar dapat dijadikan bahan untuk memperbaiki dan melengkapi laporan penelitian. Dengan demikian berarti peneliti tidak tertutup terhadap kritik yang sifatnya membangun, melainkan justru harus terbuka terhadap kritik dan masukan yang ada.
Dalam seminar yang menjadi pokok permasalahan adalah peneliti. Disini peneliti sebagai orang yang berperan dalam kegiatan seminar. Peneliti akan menjadi pembicara yang nantinya akan menjadi tokoh utama untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil penelitian. Sebagai pembicara dalam seminar ada beberapa tuntunan yang harus dipenuhi.Tuntutan yang harus dipenuhi adalah mampu menciptakan suasana seminar yang menarik, dapat mengubah cara pandang, dan memberikan pengetahuan yang bermanfaat dari hasil penelitian yang dilakukan. Peneliti yang menjadi pembicara juga harus dapat mengaktulisasikan isi dari laporan penelitian secara sistematis. Apa yang disampaikan langsung pada inti permasalahannya. Dalam menyajikan materi jangan sampai membuat kejenuhan bagi para pendengar. Sebisa mungkin peneliti dalam mengkomunikasikan penelitian menyajikan sesuatu yang menarik dan dapat menimbulkan berbagai pertanyaan untuk memberikan masukan kekurangan penelitian. Peneliti yang menjadi pembicarakan dalam seminar menggunakan bahasa yang mudah di pahami dan jangan sampai menggunakan istilah-istilah yang tidak perlu.
Menurut Soerjono Soekanto (1982) seorang peneliti etnografi yang akan mengkomunikasikan hasil laporan penelitiannya dengan baik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Menyajikan dengan bahasa yang sederhana tetapi benar, sehingga mudah dimengerti khalayak.
2. Menyajikan bahan secara sistematis.
3. Menguasai bahan yang disajikan.
4. Memberikan contoh-contoh sederhana tetapi penting yang berasal dari kehidupan sehari-hari.
5. Menyesesuaikan diri dengan khalayak secara serta merta dan cepat.
6. Tidak menimbulkan ketegangan, walaupun harus menyajikan hal-hal yang kadang-kadang bersifat kontrovesial.
7. Membentuk opini positif.
8. Berdiskusi dengan benar.
9. Membimbing khalayak ke arah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara mandiri.
10. Mengakui keterbatasan pengetahuannya.
Dalam acara seminar sosial ada beberapa unsur yang menjadi bagian dari peserta seminar. Seminar yang dilaksanakan oleh instansi-instansi memiliki standarisasi umum yang menjadi unsur-unsur kegiatan. Tetapi juga ada seminar yang dilaksanakan dengan unsur-unsur yang menimal. Biasanya seminar ini adalah ujian dalam meraih gelar-gelar kesarjanaan. Dalam bentuk seminar demikian hanya terdiri dari peneliti atau pembicara dan penguji atau penelaah hasil penelitian. Untuk seminar besar dan resmi unsur-unsurnya terdiri atas:
1. Pemimpin diskusi atau moderator.
2. Pemapar isi laporan.
3. Penanggap utama.
4. Penulis hasil selama presentasi atau notulen.
5. Audiense atau pendengar.
Unsur-unsur seminar diatas ini sudah menjadi satu kesatuan yang harus terpenuhi. Jika salah satunya tidak ada acara seminar tidak bisa dilaksanakan. Hal ini terkait dengan posisi dari unsur-unsur seminar yang memiliki peran yang saling melengkapi. Dengan demikian, kegitan seminar dalam mengkomunikasikan hasil penelitian memang harus direncanakan secara matang agar acara seminar sukses
0 Response to "Tips mudah Mengkomunikasikan hasil Penelitian dalam Seminar"