Setiap dialek memiliki perbedaan, Dialek suatu daerah berbeda dengan dialek daerah lainnya. Meskipun rumpun bahasa yang digunakan adalah sama. Dialek bahasa Jawa Surakarta berbeda dengan Bahasa Jawa yang ada di Jawa Timur dan daerah Purwokerto, dan sebagainya. Menurut Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983), perbedaan dialek pada garis besarnya dapat dibagi menjadi lima macam. Kelima macam pembedaan itu ialah sebagai berikut.
a. Perbedaan fonetik
Perbedaan ini berada di bidang fonologi. Biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut. Sebagai contoh dapat dikemukakan carema dengan cereme yaitu buah atau pohon cerme, gudang dengan kudang, jendela, gandela atau janela. Mandadaki dengan manakaki (nama sejenis pardu). Dari contoh-contoh itu tampak bahwa perbedaan fonetik itu dapat terjadi pada vokal maupun konsonan (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1983).
b. Perbedaan semantik
Perbedaan semantik merujuk kepada terciptanya kata-kata baru, berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk. Peristiwa tersebut biasanya terjadi geseran makna kata. Geseran tersebut bertalian dengan dua corak makna, yaitu:
1) Pemberian nama yang berbeda untuk lambang yang sama di beberapa tempat yang berbeda, seperti turi dan turuy ‘turi ’, balimbing dan calingcing buat belimbing. Pada bahasa Sunda, geseran corak ini pada umumnya dikenal dengan istilah sinonim, padan kata atau sama makna (Guiraud, 1970: 15, dikutip oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1983).
2) Pemberian nama sama untuk hal yang berbeda di beberapa tempat yang berbeda. Misalnya calingcing untuk calincing dan belimbing, meri untuk itik dan anak itik. Pada Bahasa Sunda, geseran ini dikenal dengan nama homonimi (Guiraud, 1970: 8, dikutip oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1983).
c. Perbedaan onomasiologis
Menurut Guiraud (1970: 16), yang dikutip oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983), perbedaan onomasiologis merujuk pada nama yang berbeda berdasarkan satu konsep, yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda. Menghadiri kenduri misalnya, di beberapa daerah Bahasa Sunda tertentu biasanya disebut ondangan, kondangan atau kaondangan. Ini jelas disebabkan oleh adanya tanggapan atau tafsiran yang berbeda mengenai kehadiran di tempat kenduri itu. Kondangan, ondangan dan kaondangan didasarkan kepada tanggapan bahwa kehadiran di situ karena diundang, sedangkan nyambungan didasarkan kepada tafsiran bahwa kehadiran di situ disebabkan oleh keinginan menyumbang barang sedikit kepada yang punya kenduri.
d. Perbedaan semasiologis
Menurut Guiraud (1970: 17-18), yang dikutip oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983), perbedaan semasiologis merujuk kepada pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda. Frase-frase seperti rambutan Aceh, pencak cikalong dan orang yang berhaluan kiri, tidak jarang diucapkan hanya Aceh, cikalong dan kiri saja. Ucapan ini sudah dalam kaitan tertentu. Dengan demikian kata Aceh, misalnya, mengandung sedikitnya lima makna, yaitu:
1) nama suku bangsa,
2) nama daerah,
3) nama kebudayaan,
4) nama bahasa, dan
5) nama sejenis rambutan.
e. Perbedaan morfologis
Menurut Guiraud (1970), yang dikutip oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983), perbedaan morfologis merujuk pada sistem tata bahasa yang bersangkutan. Hal tersebut disebabkan oleh frekuensi morfem-morfem yang berbeda, oleh kegunaannya yang berkerabat, oleh wujud fonetisnya, oleh daya rasanya dan oleh sejumlah faktor lainnya lagi.
0 Response to "Pembeda Dialek Menurut Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa"