Bahasa Latin dan bahasa Sansekerta pada zamannya memiliki penutur yang sangat banyak dan menjadi bahasa utama bagi peradaban manusia, tetapi pada masa ini bahasa itu sudah punah, kita hanya dapat menemukannya pada berbagai hasil tradisi tulis, seperti buku dan kamus. Bahasa yang pernah mengalami kejayaan mengalami kepunahan. Karena bahasa, dialek dan tradisi lisan merupakan satu kesatuan, maka punahnya bahasa Latin dan Sangsekerta menyebabkan juga punahnya dialek dan tradisi lisan yang ada dalam bahasa tersebut. Bahasa Latin mengalami perkembangan memburuk. Hal yang sama dikhawatirkan dapat terjadi pada bahasa, dialek dan tradisi lisan masyarakat bahasa di Indonesia, terutama bahasa, dialek dan tradisi lisan yang memiliki jumlah penutur sangat sedikit (di bawah satu juta penutur).
Banyak faktor yang menyebabkan kekhawatiran itu. Faktor pertama adalah semakin pesatnya kemajuan yang dapat memberikan kemungkinan bagi terjadinya saling pengaruh antara masyarakat bahasa yang bersangkutan. Biasanya masyarakat bahasa dengan jumlah penutur yang besar akan menekan dan menghimpit masyarakat bahasa yang jumlah penuturnya lebih sedikit. Lama kelamaan hal ini akan dapat menyebabkan punahnya bahasa, dialek dan tradisi lisan masyarakat bahasa yang bersangkutan. Karena kalah bersaing dengan bahasa, dialek dan tradisi lisan dari masyarakat bahasa dengan jumlah penutur yang lebih besar.
Faktor kedua adalah sukarnya mempertemukan titik temu antara bahasa nasional dan bahasa daerah. Kedudukan sebagai bahasa negara dan lingua franca, bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang digunakan di sekolah dari berbagai tingkatan. Sehingga hampir setiap anak sekolah di Indonesia dapat berbahasa Indonesia. Hal ini, jelas mengurangi penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan bagi anak-anak yang orang tuanya tidak lancar lagi menggunakan bahasa daerahnya, kemungkinan besar menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan utama dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dibayangkan anak itu kemudian menjadi orang tua dan sudah mulai melupakan bahasa daerahnya. Dapat dipastikan bahwa anaknya kelak tidak akan dapat lagi menggunakan bahasa daerahnya. Hal ini dapat menyebabkan punahnya bahasa daerah dari masyarakat yang bersangkutan.
Faktor ketiga adalah keberadaan teknologi komunikasi dan media informasi yang sangat dominan dengan bahasa Indonesia dan bahasa asing. Setiap keluarga memiliki televisi, ketika menonton televisi kita menyaksikan orang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya, sangat jarang berbahasa daerah. Bahkan sebagian anak-anak Indonesia sudah mulai terasa lebih akrab dengan bahasa asing (bahasa Inggris) daripada bahasa daerahnya. Penyebabnya adalah setiap hari melalui televisi Ia menyaksikan orang menggunakan bahasa Inggris. lambat laun mereka mulai merasak tidak asing dan merasa akrab dengan bahasa asing dibandingkan dengan bahasa daerahnya. Lama kelamaan keadaan ini juga berdampak kurang menguntungkan bagi pelestarian bahasa, dialek dan tradisi lisan yang ada di Indonesia.
Bagaimanakah kita menyikapi keadaan dan situasi yang kurang menguntungkan bagi pelestarian bahasa, dialek dan tradisi lisan yang ada di Indonesia? Kita bersama harus meningkatkan kepedulian terhadap bahasa, dialek dan tradisi lisan yang ada di Indonesia. Kepedulian itu dapat kita wujudkan dengan mengembangkan sikap positif terhadap keadaan dan situasi yang kurang menguntungkan, mengevaluasi dan berusaha mencari hikmah untuk menemukan cara terbaik melestarikan bahasa, dialek dan tradisi lisan yang ada di Indonesia. Bagaimana pun buruknya situasi dan keadaan yang kita hadapi kita harus mewujudkan kepedulian terhadap bahasa, dialek dan tradisi lisan, dengan cara sebagai berikut.
1. Ikut menjaga dan melestarikannya dalam kehidupan nyata. Banyak hal yang dapat dilakukan, diantaranya menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan berkeluarga, menghimpun dan mengoleksi berbagai tradisi lisan daerah sendiri, dan sebagainya.
2. Menghormati bahasa, dialek, dan tradisi lisan masyarakat lain. Dalam hal ini kita harus mengembangkan sikap toleransi, membiarkan dan menghormati orang-orang yang berbicara dalam bahasa sukunya. Tidak perlu tersinggung dan berburuk sangka.
3. Mengembangkan potensi bahasa, dialek, dan tradisi lisan yang ada di lingkungan masyarakat sekitar. Banyak hal yang dapat kita lakukan, mungkin kita sudah harus memasukkan bahasa daerah kita pada teknologi komunikasi, seperti hand phone, dapat juga dilakukan dengan membuat tayangan bahasa daerah di televisi saluran daerah dan nasional, serta mengajarkan bahasa daerah serta mementaskan tradisi lisan di sekolah-sekolah, dan sebagainya.
0 Response to "Mengembangkan Sikap Kepedulian Terhadap Bahasa, Dialek Dan Tradisi Lisan"