Kepercayaan ini memiliki kesamaan definisi dengan agama bumi. Keduanya sama-sama percaya dengan benda-benda yang memiliki kekuatan secara alamiah. Dalam buku Antropologi William A Haviland kepercayaan yang berkembang di masyarakat ada bermacam-macam. adapun jenis-jenis kepercayaan sebagai berikut.
1. Animisme
Menurut Tylor religi yang tertua ialah animisme yang kemudian berkembang secara evolusi menjadi politeisme, dan akhirnya monoteisme. Tumbuhnya religi menurut Tylor diawali dengan kesadaran manusia akan adanya roh, bahwa di alam ini, di mana saja, ada roh .Manusia memuja roh, khususnya roh orang yang meninggal, karena menurut anggapannya roh-roh tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik pengaruh yang bersifat positif (mendatangkan keuntungan) maupun yang bersifat negatif (merugikan). Dari sinilah kemudian berkembang kepercayaan animisme, yang sisa-sisanya masih banyak kita jumpai hingga sekarang.
Istilah tunggal animisme mengandung banyak variasi. Binatang da tumbuh-tumbuhan semua dapat memiliki jiwa tersendiri. Roh-roh yang bersangkutan sangat bermacam-macam. Tetapi pada umumnya animisme lebih dekat kepada manusia daripada kepada dewa dan dewi serta lebih lebih terlibat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dinamisme
Menurut Marett, manusia sudah mengenal religi semenjak masyarakat masih hidup dalam taraf yang sederhana. Dalam tingkat religi yang sederhana manusia menganggap bahwa pada benda-benda atau gejala-gejala alam yang luar biasa terdapat kekuatan sakti. Kepercayaan yang dianggap mendahului kepercayaan animisme ini disebut preanamisme.
Istilah lain yang biasa dipergunkan dalam kepustakaan antropologi adalah dinamisme, yaitu suatu kepercayaan yang menganggap benda-benda tertentu di alam semesta ini mengandung kekuatan gaib atau istilah antropologinya mana, sehingga kepercayaan ini sering juga disebut manaisme. Kekuatan gaib ini dapat berpengaruh baik atau buruk bagi kehidupan manusia (misalnya kekuatan pada batu akik, keris, dan sebagainya).
3. Totemisme
Menurut Robertson Smith totemisme, religi tertua umat manusia dalam tingkat kehidupan yang masih sederhana ialah pemujaan terhadap totem. Totemisme adalah suatu religi dimana kelompok manusia menganggap bahwa diri mereka adalah keturunan dari suatu jenis binatang atau tumbuhan tertentu, sehingga mereka memuja binatang atau tumbuh-tumbuhan totemnya serta membangun tiang totem sebagai tempat pemujaan.
Istilah totem sendiri berasal dari bahasa suku Indian Ojibwa Ototaman yang berarti persaudaraan. Binatang totem tabu untuk dibunuh atau dimakan. Menurut pendapat P.P. Arnadit pada masyarakat Flores terdapat sisa-sisa totemisme. Hal ini terlihat misalnya dari nama suatu klen di Maumere yaitu Kuat Era (Kuat artinya klen, sedangkan Era artinya penyu) ada pula klen yang bernama Kuat Higite (Higite artinya kerbau). Kepercayaan monoteisme ternyata sudah tumbuh pada masyarakat yang masih sangat sederhana tingkatannya. Masyarakat suku bangsa asli Australia dalam kepercayaannya tidak memuja roh-roh, tetapi mereka mempercayai adanya kekuatan supranatural, yaitu suatu wujud tertinggi yang mengawasi perilaku manusia dalam hidupnya. Jadi semacam kepercayaan monoteisme yang terdapat pada masyarakat yang masih sederhana yang disebut Urmonotheisme untuk membedakan dengan monoteisme modern.
4. Politeisme
Politeisme adalah kepercayaan kepada dewa-dewa. Setiap dewa mempunyai tugas tertentu. Di antara dewa-dewa itu ada yang terbesar yang dihormati dan dipuja. Menurut E. Durkheim religi timbul dari sentimen kemasyarakatan. Rasa atau emosi keagamaan timbul dalam batin manusia sebagai akibat adanya sentimen kemasyarakatan. Wujud dari sentimen kemasyarakatan ini yaitu suatu kompleks dari perasaan yang mengandung rasa cinta, rasa bakti, rasa terikat, yang disebabkan karena adanya suatu perasaan pada tiap diri individu anggota masyarakat bahwa kehidupan tiap individu mendapat pengaruh yang kuat dari anggapan yang bersifat kolektif. Sentimen kemasyarakatan yang menimbulkan emosi keagamaan tersebut harus selalu dikobarkan, untuk itu diperlukan suatu objek yang bersifat sakral sebagai pusat upacara kemasyarakatan. Objek tersebut adalah totem.
Menurut Bruhl ada perbedaan antara alam pikiran primitif dengan alam pikiran modern. Alam pikiran primitif (metalic primitive) mempunyai ciri-ciri pokok:
1. Unsur hukum partisipasi (la loi de participation)
2. Unsur mistik (mistique)
3. Unsur prelogis (prelogique)
Unsur hukum partisipasi (la loi de participation) adalah suatu anggapan yang menghubungkan hal-hal yang lahirnya kelihatan sama, atau hal-hal yang sebutannya sama, atau hal-hal yang berdekatan dan sebagainya. Mengenai salah satu, maka berarti akan mengenai yang lainnya. Misalnya menusuk boneka sama dengan menusuk orang yang digambarkan dengan boneka tersebut. Mistik (mistique) ialah suatu anggapan bahwa di alam semesta ini terdapat kekuatan sakti yang dapat mendatangkan pengaruh buruk atau baik bagi kehidupan manusia. Prelogis maksudnya adalah alam pikiran masyarakat sederhana yang menganggap sesuatu hal ada di suatu tempat dan pada saat yang sama ada di tempat lain.
5. Monoteisme
Kepercayaan monoteisme adalah percaya dengan satu Tuhan yaitu Tuhan yang Maha Esa. Kepercayaan ini menganggap bahwa Tuhan itu ada dan tidak ada yang menyamai. Tuhan yang berkuasa dari segala kehidupan manusia. Ritual keagamaan yang dilakukan yaitu penyembahan terhadap satu Tuhan, Dewa, ataupun Dewi.
6. Panteisme
Kepercayaan yang menyakini bahwa Tuhan adalah alam itu sendiri. Pemikiran ini menyangkal kehadiran Yang maha tinggi yang trasenden dan yang bukan merupakan bagian dari alam. Tergantung akan pemahamannya, pandangan ini dapat dibandingkan sepadan dengan ateisme, deisme, dan teisme.
0 Response to "Jenis-Jenis Kepercayaan yang Berkembang di Masyarakat"